News
HPN 2025 Kalsel dan “Rasa” Tulisan yang Harus Ada

Published
2 months agoon

Catatan Eka Putra
(Wartawan, Pengurus PWI Pusat)
“Wartawan itu tahu sedikit tentang banyak hal.”
Riau, Koin24.co.id – Itu ungkapan yang kerap diajarkan guru-guru dalam kelas-kelas pelatihan-pelatihan jurnalistik. Maksudnya, wartawan diharapkan mampu menuliskan berbagai berita dengan memberikan analisis secukupnya tanpa harus menguasai akar masalah secara mendalam.
Tapi itu dulu. Di era tsunami informasi sekarang wartawan tidak cukup tahu sedikit tentang banyak hal. Dia harus tahu banyak. Penulisan berita mendalam, investigasi, atau catatan opini terhadap suatu isu mengharuskan wartawan tahu banyak dan mendalam. Jika tidak, ia akan semakin dikalahkan oleh zaman — di mana lawan media bukan hanya konten kreator media sosial, tetapi juga mesin artifical inteligence (AI).
Berat memang. Tetapi cuma itu cara agar pers tetap menjadi referensi terbaik bagi masyarakat dan pengambil kebijakan.
Kehadiran AI atau kecerdasan buatan telah mengubah lanskap media secara signifikan. Algoritma AI mampu mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan informasi dengan kecepatan dan akurasi tinggi. Hal ini menantang peran tradisional wartawan sebagai penyampai informasi utama. Untuk tetap relevan, wartawan harus menawarkan nilai tambah yang tidak dapat diberikan oleh mesin, yaitu analisis mendalam, konteks historis, pemahaman nuansa sekitar topik bahasan, dan tentu saja “rasa” tulisan. Yang terakhir ini kerap menjadi ciri khas setiap wartawan atau gaya tulisan sesebuah media–seperti gaya tulisan seorang Dahlan Iskan. Ya, Pak Dahlan sangat terkenal dengan rasa tulisannya yang khas.
Semua sudah tahu, Dahlan Iskan adalah salah satu sosok wartawan dan pemimpin media yang berhasil mempertahankan relevansi di tengah perubahan zaman. Sebagai mantan CEO Jawa Pos Group dan Menteri BUMN, gaya penulisannya dikenal lugas, personal, dan sering kali menyelipkan humor serta refleksi pribadi. Keunikan gaya Dahlan Iskan juga terlihat dalam caranya menyampaikan opini dengan sudut pandang yang tajam, tetapi tetap ringan dicerna. Ia tidak sekadar melaporkan fakta, tetapi juga memberikan perspektif yang lebih dalam, berdasarkan pengalaman dan pemahamannya yang luas di dunia bisnis, politik, dan kehidupan sosial. Inilah yang membuat tulisannya selalu dinantikan oleh banyak orang.
“Rasa” tulisan ala Dahlan Iskan ini membuat tulisannya tidak hanya informatif tetapi juga menarik untuk dibaca, seolah-olah pembaca sedang mendengarkan cerita langsung dari seorang teman. Dengan pendekatan yang dekat dengan pembaca, Dahlan mampu menghidupkan berita dan opini tanpa kehilangan bobot analisisnya. Robot AI tak akan mampu menirunya.
Nah, “rasa” tulisan seorang Dahlan Iskan tersebut benar-benar dinikmati ratusan wartawan yang hadir pada perayaan Hari Pers Nasional (HPN) 2025 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (8/2/2025) lalu. Pada sesi “Summit Nasional Media Massa” Pak Dahlan turut hadir, dan ia benar-benar hadir memukau peserta dengan materi dan gayanya yang otentik itu. Cara ia menyampaikan buah pikirnya, membuat kita semua yang hadir seperti “tersirap”. Diam dan menunggu semua kalimat-kalimat yang akan ia ucapkan berikutnya.
Pak Dahlan seperti biasanya berbicara penuh energik, penuh data serta gagasan-gagasan baru. Dan kita seperti sedang membaca tulisan-tulisannya di Disway. Tulisannya membuat kita seperti mendengar ia bicara langsung. Sebaliknya, ia berbicara seperti kita sedang membaca tulisannya. Khas sekali.
“Ada atau tanpa AI, media tetap harus hidup,” kata Pak Dahlan menggugah semangat hadirin. Ia mengingatkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh media sekarang ini dalam menyikapi dunia digitalisasi yang semakin canggih. Harus ada beberapa perubahan yang harus dilakukan. Antara lain bagaimana media menyikapi dampak penyakit media sosial (medsos) terhadap masyarakat; yaitu tulisan pendek membuat banyak orang ikut berpikir dangkal dan malas membaca tulisan yang panjang-panjang. Apakah kita ikut gaya medsos demi dekat dengan selera masyarakat kekinian, atau tetap dengan style media lama yang suka menulis panjang meski takut tak dibaca orang ramai. Nah, inilah tantangannya, sekaligus peluang. Yuk, kita bahas.
Di era digital, kata Pak Dahlan, kebenaran tak lagi hanya soal fakta, tetapi juga soal bagaimana fakta itu dibingkai. Dia menyoroti bahwa di masa kini, kepalsuan bisa dipersepsi sebagai kebenaran jika terus-menerus diulang dan diperkuat oleh berbagai pihak. Teknologi digital yang berkembang pesat justru kerap dimanfaatkan untuk menciptakan framing, hoaks, dan manipulasi informasi.
Meski begitu, jurnalisme berbasis fakta tetap tak tergantikan. Kebenaran yang akurat, etis, dan terdokumentasi adalah pondasi utama yang membedakan jurnalisme sejati dari sekadar narasi yang viral. Ada norma dan etika yang melekat pada manusia si penulis berita. Tanpa etika manusia bukan lagi manusia, melainkan kriminal. Inilah yang membedakan pers yang berintegritas dari sekadar mesin pembuat konten. “Rasa” tulisan yang dimiliki mesin AI.
“Rasa” tulisan tidak hanya sekadar ciri khas, tetapi lebih dalam daripada itu ia lahir dari kualitas verifikasi data, menjaga norma dan etika jurnalisme, dan kemampuan menyajikan data secara apik. Untuk sampai ke tahap itu pengetahuan wartawan tentang sesuatu hal harus lebih dari cukup. Wartawan yang sebenarnya tahu persis bagaimana menjaring dan menggali berbagai informasi. Pergaulan yang luas, kedekatan dengan sumber-sumber anonim, lalu masuk ke lorong-lorong “off the record” demi mendapatkan data-data underground adalah di antaranya. Ditambah lagi dengan hadirnya AI sekarang. Apa saja infonya yang diinginkan tinggal klik chatgpt atau sejenisnya.
Seorang wartawan senior pernah mengatakan, sebagai wartawan kita harus paham rumus 9-10. Yakni 9 yang diketahui publik dan 10 yang diketahui wartawan. “Wartawan harus tahu lebih banyak. Minimal satu poin dari masyarakat,” katanya.
Jurnalisme Berbasis Data
Pada Sabtu malam, 8 Februari 2025, Gedung Mahligai Pancasila di Kota Banjarmasin menjadi saksi perhelatan Gala Dinner Hari Pers Nasional (HPN) 2025. Acara ini dihadiri oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Gubernur Kalimantan Selatan H. Muhidin, serta Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch. Bangun.
Dalam kesempatan itu, Fadli Zon berbicara panjang lebar tentang sejarah pers Indonesia dan para wartawan hebat yang telah mewarnainya. Ia menekankan bahwa pers memiliki keterkaitan erat dengan kebudayaan, karena banyak tokoh pers juga merupakan budayawan yang mencintai kekayaan budaya Indonesia. Nama-nama besar seperti Rosihan Anwar dan Jamaluddin Adinegoro menjadi contoh bagaimana seorang wartawan tak hanya menulis berita, tetapi juga berkontribusi dalam membangun peradaban bangsa.
Sejarah Indonesia tak lepas dari kekuatan lisan dan aksara, syair dan tulisan, serta keberanian dalam menyuarakan kebenaran. Sejak masa kerajaan hingga era perjuangan kemerdekaan, pers selalu menjadi bagian penting dalam perjalanan bangsa. Kata-kata, menurutnya, bukan sekadar rangkaian huruf, melainkan nyawa yang menghidupkan peradaban.
Dalam refleksi pribadinya, Fadli Zon mengungkapkan bahwa dirinya pun pernah menjadi wartawan sejak duduk di bangku kelas tiga SMA. Dunia jurnalistik bukan sekadar profesi baginya, tetapi jalan hidup yang kemudian membawanya menjadi redaktur majalah sastra Horison selama dua dekade.
Sempena HPN 2025, dia menyoroti tantangan besar yang dihadapi pers di era digital. Kebebasan pers harus tetap bertanggung jawab agar tetap menjadi cahaya bagi bangsa, terutama di tengah derasnya arus disinformasi dan pengaruh algoritma yang sering kali membelokkan realitas. Dalam dunia yang semakin kompleks ini, ia mengajak insan pers untuk terus menjaga kata-kata agar tetap menjadi penuntun kebenaran dan tidak kehilangan esensinya sebagai penjaga nurani bangsa.
Keesokan harinya, pada Puncak Hari Pers Nasional (HPN) 2025 pada 9 Februari 2025 alumni Sastra Rusia Fakultas Sastra Universitas Indonesia (sekarang FIB UI) ini mengingatkan pers bukan hanya sekadar mengabarkan. Tetapi pers juga mengawal kebijakan dan mengawasi transparansi dalam sektor-sektor vital. Pers hadir dan berkontribusi dalam perjalanan demokrasi Indonesia dengan kemampuan pemberitaan berbasis data dan fakta.
“Tanpa jurnalisme yang berbasis data, masyarakat bisa terjebak dalam disinformasi,” tegas Fadli Zon.
Konsep jurnalisme berbasis data yang diapungkan orang dekat Presiden Prabowo Subianto ini menarik untuk ditelaah kembali. Pers memang sangat dengan data. Tak ada data, tak ada info yang bisa dikabarkan. Melengkapi rumus berita 5W1H saja perlu data yang cukup. Apalagi di era informasi yang semakin kompleks ke depan ini, maka jurnalisme berbasis data menjadi kunci dalam menyajikan berita yang akurat, mendalam, dan berbasis fakta.
Dengan memanfaatkan data sebagai landasan utama, jurnalisme tidak hanya mengandalkan opini atau narasi subjektif, tetapi juga menghadirkan informasi yang dapat diverifikasi dan dipertanggungjawabkan. Data membantu wartawan menggali pola, mengungkap tren tersembunyi, serta memberikan konteks yang lebih luas terhadap suatu peristiwa. Dalam dunia yang dibanjiri informasi, pendekatan ini sangat penting untuk melawan hoaks dan disinformasi yang sering kali tersebar tanpa dasar yang jelas.
Selain itu, jurnalisme berbasis data juga berperan dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, baik dalam pemerintahan, bisnis, politik maupun isu sosial. Dengan analisis data yang tepat, wartawan dapat mengungkap ketimpangan sosial, korupsi, serta berbagai permasalahan yang mungkin terlewat oleh pendekatan jurnalistik konvensional.
Jurnalisme ini bukan hanya sekadar menyajikan angka, tetapi juga mengubah data menjadi cerita yang bermakna dan mudah dipahami oleh publik. Oleh karena itu, di tengah era digital yang dipenuhi dengan informasi instan, jurnalisme berbasis data menjadi pilar penting dalam menjaga kredibilitas media dan membantu masyarakat memahami realitas dengan lebih jelas.
Mengaitkan dengan tema HPN 2025 “Pers Mengawal Ketahanan Pangan untuk Kemandirian Bangsa”, Fadli Zon mengatakan pentingnya jurnalisme berbasis data yang digunakan insan pers dalam mengawal ketahanan pangan dan menjaga kemandirian bangsa.
Dengan kata lain, kemampuan wartawan mengolah data mengenai produksi pangan, rantai distribusi, hingga dampak kebijakan pertanian, pers dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi pangan nasional. Hal ini memungkinkan wartawan untuk tidak hanya melaporkan peristiwa, tetapi juga mengawasi transparansi kebijakan serta memberikan solusi kepada semua pihak.
Ya, dapat disimpulkan, hanya dengan wartawan yang memiliki banyak data, suatu berita bisa dituliskan secara apik, menarik dan tentu saja otentik!
Data Rangkaian HPN 2025
Perayaan HPN 2025 di Kota Banjarmasin berjalan dengan sukses dan meriah. Rangkaian kegiatan yang dicanangkan panitia berjalan seluruhnya yang membahagiakan ribuan wartawan se-Indonesia yang hadir di sana. Gubernur Kalimantan Selatan H Muhidin dalam sambutannya mengatakan HPN 2025 merupakan ajang strategis dalam memperkenalkan potensi unggulan daerah kepada skala nasional bahkan internasional. Dengan tema besar yang mengedepankan kolaborasi antara pers dan pembangunan daerah, HPN 2025 diharapkan dapat membuka peluang baru bagi Kalimantan Selatan dalam berbagai sektor, seperti investasi, perdagangan, pendidikan, hingga pariwisata berbasis kearifan lokal.
Selain itu, kehadiran insan pers dalam perhelatan ini dapat membantu mempromosikan program-program unggulan pemerintah daerah, seperti pengembangan ekonomi berbasis lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui inovasi daerah. “Dengan demikian, HPN 2025 bukan hanya sekadar perayaan dunia pers, tetapi juga langkah konkret dalam mempercepat kemajuan Kalimantan Selatan menuju daerah yang lebih mandiri, kompetitif, dan berdaya saing tinggi,” kata Pak Gubernur Muhidin, penerima Anugerah Pena Emas PWI 2025 ini penuh keyakinan.
Penyelenggaraan Hari Pers Nasional (HPN) Tahun 2025 di Kalimantan Selatan dimulai dengan Seminar Nasional Pers Mendorong Terwujudnya Ketahanan Pangan Nusantara dengan tema “Kalsel Gerbang Logistik” di Banjarmasin, Jumat (7/2/2025) pagi. Kemudian siang hingga sore hari digelar juga seminar dengan tajuk “Transformasi Publikasi Media Berbasis Birokrasi Digital untuk Pers Bertanggung Jawab” bertempat di Neptunus Ballroom Lantai 3 Hotel Galaxy Banjarmasin.
Jumat (7/2/2025) malam dilanjutkan dengan lomba baca puisi untuk Seribu Sungai di Bumi Lambung Mangkurat di Wetland Square Banjarmasin. Acara ini berlangsung seru dan meriah karena diikuti puluhan wartawan dari berbagai provinsi. Mereka unjuk kemampuan menghibur penonton sekaligus berharap menjadi pemenang lomba.
Pada keesokan harinya, Sabtu (8/2/2025), pagi-pagi sekali sudah berkumpul hampir 2.000 orang warga Banjarmasin dan sekitarnya untuk mengikuti kegiatan bakti sosial dan jalan pagi bersama serta pembagian sayur dan buah. Kegiatan tersebut merupakan even yang paling ramai menarik perhatian masyarakat. Ratusan hadiah doorprize sudah dipersiapkan panitia untuk dibagi-bagikan. Tentu saja ini yang paling dinanti-nantikan seluruh peserta jalan santai.
Selanjutnya, pada hari yang sama dilangsungkan kegiatan Diskusi Adinegoro dan Pelatihan Pers Kampus di Hall Gedung FISIP Universitas Lambung Mangkurat. Dr Artini sebagai Ketua Panitia Adinegoro yang juga pengajar komunikasi LSPR berbagi pemikiran bersama Bagja Hidayat (Wapemred Tempo), Dr Akhmad Edhy Aruman (wartawan senior) dan Toto Fachrudin (Sekretaris PWI Kalsel).
Bersamaan dengan itu digelar juga kegiatan Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) dengan pelaksanaan Seminar Nasional Peran Perempuan Sebagai Pondasi Generasi Emas 2045 di Indonesia. Seminar ini mengupas tantangan perempuan Indonesia ke depan, bagaimana mereka mampu mencetak anak-anak menjadi generasi yang berkarakter, unggul, dan berakhlak baik.
Baru pada keesokan harinya, Sabtu (8/2/2025), seminar nasional yang ditunggu-tunggu dengan tajuk “Ekonomi Pancasila Prabowonomics digelar. Ketua Umum PWI Pusat Hendry CH Bangun pada saat pembukaan menyampaikan Ekonomi Pancasila Prabowonomics adalah sebuah pandangan Presiden Prabowo mengenai ekonomi. Sehingga para wartawan diharapkan mengerti dan turut menyampaikannya kepada masyarakat luas. Acara ini menghadirkan beberapa narasumber seperti Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan yang diwakili Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Dandy Satria Iswara, Kepala Analis Ekonomi Bank Syariah Indonesia Banjaran Surya, Dekan Fakultas ULM Banjarmasin Ahmad Yunani, serta Ketua Kadin Kalsel Shinta Laksmi Dewi.
Baru siang harinya, wartawan bergerak mendekati tempat berlangsungnya Summit Nasional Media Massa mengangkat tema “Media Sustainability Di Era Kecerdasan Buatan, Media Massa Menjawab Tantangan Disrupsi Teknologi”. Hadir dan menjadi tokoh utama dalam diskusi tersebut adalah Dahlan Iskan, tokoh pers nasional yang juga pendiri Disway.
Pada acara inilah Dahlan Iskan mengingatkan semua kita bahwa sejatinya Hari Pers Nasional merupakan momentum refleksi seluruh wartawan Indonesia tentang bagaimana mereka bisa eksis dan terus berguna bagi bangsa dan negara.
Dahlan Iskan mengajukan pertanyaan yang cukup menggugah: apakah tulisan wartawan saat ini masih benar-benar relevan dengan kebutuhan masyarakat? Ia mencermati adanya pergeseran nilai dalam dunia jurnalistik, di mana doktrin wartawan di masanya menekankan pentingnya kepentingan umum dalam setiap karya yang dihasilkan. Dahlan mengenang bahwa dahulu, setiap tulisan lahir dengan tujuan memberikan manfaat bagi khalayak luas, bukan sekadar menjadi konsumsi individu semata.
Namun, zaman telah berubah. Kini, kepentingan pribadi lebih mendominasi daripada kepentingan umum. Orang cenderung membaca sesuatu jika tulisan itu memiliki keterkaitan langsung dengan diri mereka. “Jadi, tulisan Anda, apa hubungannya dengan saya? Kalau tidak ada, ya tidak akan dibaca,” ujarnya. Menurutnya, dinamika ini menunjukkan bagaimana preferensi pembaca telah bergeser, dari mencari informasi yang bersifat kolektif menjadi sesuatu yang lebih personal dan sesuai dengan kepentingan individu.
Audiens seminar seketika hening beberapa saat. Apa yang disampaikan Dahlan Iskan ada benarnya, meskipun kebenaran itu tidaklah diinginkan. Mereka menunggu kalimat lanjutan Dahlan Iskan, apakah ini sebuah realitas atau cara dia menyindir keadaan? Namun dia tidak melanjutkan apa-apa, dengan cara mengganti topik pembicaraan lainnya.
Inilah refleksi yang dimaksud Dahlan Iskan tentang setiap penyelenggaraan HPN. Sedang di mana wartawan sekarang berada? Mau menuju ke mana mereka? Bakal panjang untuk diulas. Tetapi wartawan yang mahir menunggangi keunggulan dunia digital namun tetap mempertahankan memiliki “rasa” tulisan dalam naskahnya adalah di antara jawaban untuk realitas sekarang ini. Dia seseorang yang tahu banyak namun otentik dalam menulis karya jurnalistik.***
You may like
News
50 Tahun TMII, Fadli Zon Beri Penghargaan Anjungan Daerah Terbaik

Published
1 hour agoon
April 21, 2025
Jakarta, Koin24.co.id – Merayakan 50 Tahun TMII, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyerahkan Anugerah Pradana Nitya Budaya kepada sejumlah anjungan daerah terbaik. Penghargaan ini menjadi simbol apresiasi pemerintah atas peran aktif anjungan dalam merawat kekayaan budaya Nusantara dan memperkenalkannya kepada generasi muda serta dunia internasional.
Acara puncak peringatan 50 tahun TMII berlangsung meriah pada Sabtu malam,19 April 2025. Ribuan masyarakat memadati kawasan taman budaya tersebut. Hadir pula sejumlah Menteri Kabinet Merah Putih, Staf Khusus Presiden, kepala daerah, tokoh adat, budayawan, hingga seniman dari berbagai penjuru Tanah Air.
TMII menyuguhkan kemeriahan “Pesta Rakyat Nusantara”, dengan pertunjukan seni, musik, tari tradisional, pameran budaya, hingga sajian kuliner khas daerah. Seluruh elemen acara menggambarkan semangat pelestarian budaya yang inklusif dan kolaboratif, yang menjadi inti dari perjalanan panjang TMII selama lima dekade.
“Selama 50 tahun, TMII telah menjadi etalase budaya Nusantara, tempat berlangsungnya pertunjukan seni, pameran budaya, hingga program edukasi lintas generasi. TMII terus bertransformasi menjadi pusat pemajuan kebudayaan yang inklusif dan berdaya saing global,” ujar Fadli Zon dalam sambutannya.
Ia juga menegaskan bahwa TMII merupakan cerminan wajah Indonesia yang majemuk—dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote—dan menjadi perwujudan gagasan Ibu Tien Soeharto yang ingin menghadirkan miniatur Indonesia dalam satu kawasan budaya.
Pada kesempatan tersebut, Kementerian Kebudayaan bersama pengelola TMII untuk pertama kalinya memberikan “Pradana Nitya Budaya TMII Award”, sebuah penghargaan khusus bagi anjungan daerah yang dinilai konsisten dan inovatif dalam menampilkan kekayaan budaya lokal secara berkelanjutan.
Pemenang favorit pilihan masyarakat jatuh pada Anjungan Kalimantan Timur. Sementara penghargaan Anjungan Terbaik versi dewan juri diberikan kepada tiga daerah: Anjungan Kalimantan Selatan meraih Juara I ; disusul oleh Anjungan Bali sebagai Juara II; serta Anjungan Jawa Timur yang menyabet Juara III.
Penghargaan ini akan menjadi agenda tahunan sebagai bentuk apresiasi terhadap kerja budaya di tingkat daerah. Dalam bahasa Sanskerta, Pradana berarti “paling utama”, sedangkan Nitya bermakna “lestari” atau “abadi”. Nama ini mencerminkan tekad pemerintah dalam menjaga budaya sebagai warisan yang hidup dan terus diwariskan.
“Setiap anjungan bukan sekadar bangunan arsitektur tradisional, melainkan panggung kebanggaan budaya, tempat nilai-nilai luhur diwariskan dari generasi ke generasi,” ujar Fadli Zon.
Ia menutup sambutannya dengan harapan agar TMII terus menjadi simbol persatuan dalam keberagaman, sekaligus ruang edukasi dan rekreasi yang membanggakan bagi generasi masa kini dan mendatang.
News
Jaga Kearifan Lokal, Lanud Husein Sastranegara Gelar Kontes Patok Domba dan Kambing

Published
1 day agoon
April 20, 2025
Bandung, Koin24.co.id – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-79 TNI Angkatan Udara, Lanud Husein Sastranegara menggelar kontes pesta patok domba dan kambing yang berlangsung meriah di lapangan olahraga Lanud Husein Sastranegara,pada Minggu (20/4/2025).
Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang perlombaan, tetapi juga bertujuan mengangkat nilai-nilai kearifan lokal serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kualitas dan kesehatan hewan ternak, khususnya domba dan kambing.
Komandan Lanud Husein Sastranegara, Kolonel Pnb Alfian, S.E., M.Han., dalam sambutannya menyampaikan bahwa kejuaraan ini merupakan bentuk sinergi antara TNI AU melalui Lanud Husein Sastranegara dan masyarakat sekitar dalam melestarikan budaya lokal serta memperkuat ketahanan pangan berbasis ternak.
“Kegiatan ini menjadi wujud nyata kepedulian TNI AU khususnya Lanud Husein Sastranegara terhadap kearifan lokal, sekaligus mendorong peternak untuk lebih memperhatikan kualitas dan kesehatan hewan ternaknya,” ujar Danlanud.
Kontes ini diikuti oleh lebih dari 60 peserta dari berbagai daerah di Kota Bandung maupun dari luar kota. Penilaian hewan didasarkan pada kategori kesehatan, keindahan fisik, keselarasan pola, dan bobot. Selain itu, edukasi mengenai perawatan dan pencegahan penyakit ternak juga diberikan kepada para peserta dan pengunjung. Tim juri berasal dari HPDKI Kota Bandung.
Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari masyarakat. Diharapkan kegiatan ini bisa menjadi agenda rutin yang dapat memperkuat hubungan antara Lanud Husein Sastranegara dan masyarakat, sekaligus mendukung kesejahteraan para peternak lokal.
Tampak hadir dalam kegiatan ini Kepala Bidang Peternakan Kesehatan Hewan DKPP Kota Bandung,Wisandi Saefuloh,M.M.,para Kepala Dinas serta keluarga besar Lanud Husein Sastranegara.
News
PWI: Tegakkan Keadilan! Dalam Kasus Gugatan Kepada Regulator Pers

Published
2 days agoon
April 19, 2025
Jakarta, Koin24.co.id – Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan definisi regulator sebagai berikut: regulator/re·gu·la·tor/ /régulator/ n 1 alat pengatur; 2 alat dalam jam yang mengatur kecepatan.
Dengan demikian, suatu institusi pengatur atau regulator dari sebuah sektor diharapkan untuk memastikan agar pemangku kepentingannya berjalan dengan teratur, bak sebuah jam yang berjalan dengan sempurna.
Dalam praktiknya, regulator tanpa diminta, patut menawarkan diri menjadi penengah dari perselisihan yang terjadi di dalam kawasan yurisdiksinya. Apalagi kalau perselisihan itu menyangkut sebuah institusi lembaga profesi yang sudah mengalami pahit manisnya perjuangan, baik secara fisik maupun secara mental seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
PWI yang dibangun dan dirawat oleh para anggotanya selama ini telah mengalami pasang surut sejak masa perang kemerdekaan pada tahun 1946. Organisasi profesi ini berhasil melewati masa Reformasi pada tahun 1998, dan bahkan turut bertempur di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dalam penyusunan Undang-Undang Pers yang sangat fenomenal itu pada tahun 1999.
PWI juga mengawal harapan pasca masa Reformasi agar pers membawa Indonesia memasuki era keemasan. Pers sebagai pilar demokrasi yang beretika dan dapat dipercaya yang menyadari dan melakukan bahwa semua yang dipublikasikannya adalah mewakili kepentingan publik.
Sehingga saat kita membicarakan Persatuan Wartawan Indonesia, secara otomatis kita membicarakan nilai sejarah dan perjuangan dari sektor ini sendiri.
Dalam hal perselisihan internal Persatuan Wartawan Indonesia yang pecah pada tahun 2024, Dewan Pers periode 2022-2025 absen. Hilang. Menyembunyikan dirinya. Tidak nampak upaya pihak regulator pers melakukan tugasnya untuk mengatur dan menjaga kehidupan pers nasional, apalagi melakukan upaya mediasi untuk para pihak yang berselisih.
Atau sebaliknya. PWI berpendapat Dewan Pers tidak perlu ikut campur pada urusan internal individual organisasi wartawan manapun, seperti yang ditunjukan Dewan Pers periode sebelumnya pada beragam perselisihan yang dialami individual organisasi pers.
Alih-alih menenangkan suasana, Dewan Pers justru melakukan tindakan yang mengguncang jagad pers di seluruh Indonesia. Dewan Pers menutup secara sepihak Kantor Sekretariat Pengurus Pusat PWI yang secara administrasi berkantor di Gedung Dewan Pers Lantai 4 sejak tahun 1998. Sehingga mendadak sebuah institusi profesi yang terhormat dan memiliki keanggotaan hampir 20.000 orang di seluruh Indonesia, kehilangan tempatnya beroperasi.
Sesungguhnya, tindakan Dewan Pers bukanlah sebuah tindakan yang didasari oleh niat baik, bahkan tidak patut dicontoh, apalagi dijadikan teladan dalam ekosistem pengaturan mana pun.
Sebagai sebuah institusi regulator yang seharusnya menaungi dan mengayomi para konstituennya, Dewan Pers mengabaikan semua prinsip-prinsip demokrasi dan ketidak berpihakan kepada pihak yang berselisih.
Dewan Pers periode 2022-2025 justru melakukan tindakan melanggar hukum dan karenanya menimbulkan keberpihakan yang satu arah dan melukai rasa keadilan para pihak. Sangat ironis. Regulator, si alat pengatur itu tidak memiliki kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri.
Tidak mengherankan bahwa akhirnya PWI mengajukan gugatan terhadap Dewan Pers dalam Perkara Nomor 711/Pdt.G/2024/PNJkt.Pst pada akhir 2024.
Tiba masanya dalam proses pengadilan, Dewan Pers membuat Eksepsi yang isinya bahkan lebih carut marut daripada tindakan-tindakannya sebelumnya dengan dalil-dalil yang saling bertentangan dengan kondisi legal yang ada dan situasi terjadi.
Dalam Replik menjawab Eksepsi Dewan Pers yang didiskusikan bersama-sama antara penasihat hukum unsur Lembaga Konsultan Bantuan dan Penegakan Hukum (LKBPH-PWI Pusat) dan Law firm OC Kaligis, maka PWI sebagai penggugat antara lain menyebutkan bahwa:
* Ketua dan Anggota Dewan Pers bukanlah pejabat yang memiliki kewenangan dalam aturan Tata Usaha Negara. Sehingga mereka tidak bisa berlindung dengan dalil bahwa pihak yang berhak mengadili kasus ini adalah Pengadilan Tata Usaha Negara;
* Gugatan penggugat bukanlah gugatan yang prematur. Secara administratif, pihak Penggugat telah memberikan surat berupa Surat Undangan Klarifikasi pada September 2024, selain pula telah mengirimkan dua surat sebagai upaya somasi pada akhir 2024. Semua niat baik dan upaya komunikasi itu diabaikan oleh Dewan Pers, tertulis mau pun verbal. Dan lalu pada 30 September mendadak keluar surat Dewan Pers bahwa per 1 Oktober, Kantor Sekretariat PWI harus keluar dari tempatnya berkantor. Sejak saat itu kantor Sekretariat PWI disegel dan ditutup oleh Dewan Pers untuk waktu yang tidak bisa ditentukan;
* PWI sebagai penggugat telah menjalankan bagiannya dengan sebagaimana pantasnya suatu organisasi. Diwakili oleh Kuasa Hukum OC Kaligis dan Firma Hukumnya, PWI telah memastikan agar tidak terjadi kesalahan dalam pengalamatan gugatan karena pengusiran PWI dari kantornya adalah berdasarkan Keputusan Pleno Dewan Pers. Sudah jelas, semua pihak yang duduk dalam pengambilan keputusan pleno dijadikan sebagai tergugat. Tuduhan obscuur libel oleh Dewan Pers adalah upaya pengaburan masalah;
* PWI memiliki legal standing yang jelas dalam mengajukan gugatan karena kedudukan mereka sebagaimana disahkan oleh Keputusan Kongres Nomor 8/K-XXV/2023 tentang susunan Kepengurusan PWI Tahun 2023-28 dan Pengesahan Surat Keputusan Menkumham Nomor AHU-0000946.AH.01.08 Tahun 2024 Tentang Persetujuan Perubahan Perkumpulan PWI;
* Gugatan penggugat tidaklah error in persona artinya gugatan penggugat adalah tepat dan benar mengingat ada hubungan hukum dengan pihak penggugat di dalam gugatan perdata yang diajukannya. Hal ini dibuktikan dalam surat tergugat yang mengusir PWI keluar dari kantornya dan pelarangan PWI untuk melakukan Uji Kompetensi Wartawan, suatu hal yang sesungguhnya adalah hak dan kewajiban dari organisasi profesi wartawan tersebut dalam menjalankan tugas dan fungsinya;
Secara legalistik, PWI dapat saja berpanjang lebar menjabarkan semua dalil-dalil hukum dalam upayanya membuat para pemegang kepentingan dan masyarakat luas memahami duduk perkara.
Tetapi sesungguhnya, semua dalil hukum tersebut hanya berguna bagi PWI yang mencari keadilan dan mendapatkan tindakan restoratif yang pantas dan layak dari para Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. PWI adalah pihak yang didzolimi. Di sini yang menjadi masalah adalah ketidakadilan dan ketidakbecusan suatu regulator untuk mengatur sektornya sehingga berbuntut dengan gugatan di pengadilan.
Keputusan dan Eksepsi Dewan Pers, sebuah regulator independen yang diperjuangkan dalam Undang-Undang Pers Tahun 1999 melalui darah dan air mata para wartawan selama ini, merupakan renjat yang tak terperi; bahkan bagi para wartawan kawakan yang sudah kenyang asam garam perjuangan tindakan terhadap terhadap salah satu konstituen yang seharusnya diampu dan dilindunginya merupakan suatu hal yang mengejutkan.
Keputusan Dewan Pers sama sekali tidak mempertimbangkan adab organisasi, pemahaman akan berjalannya suatu institusi, apalagi memahami kewajiban sebagai institusi yang mengayomi dan menaungi para konstituennya. Sesungguhnya keputusan tanpa marwah keadilan oleh Ketua dan Anggota Dewan Pers periode 2022-2025 ini, wajib dianulir oleh Ketua dan Anggota Dewan Pers periode berikutnya.***

50 Tahun TMII, Fadli Zon Beri Penghargaan Anjungan Daerah Terbaik

Jaga Kearifan Lokal, Lanud Husein Sastranegara Gelar Kontes Patok Domba dan Kambing

PWI: Tegakkan Keadilan! Dalam Kasus Gugatan Kepada Regulator Pers

Ketum PWI Pusat Hendry Ch Bangun Tinjau Rumah Subsidi untuk Wartawan

Fadli Zon Membuka Pameran MISYKAT: Ungkap Bukti Islam Telah Hadir di Nusantara Sejak Abad ke-7

Tim PWI Tinjau Cepat Lokasi Rumah Subsidi Wartawan, Ketua Umum Apresiasi Komitmen Pemerintah

Menteri Kebudayaan Fadli Zon Dorong Kerja Sama Budaya sebagai Bentuk Solidaritas Indonesia untuk Palestina

Tempati Kantor Baru, AMKI Gelar Syukuran dan Rapat Konsolidasi Perdana

PWI Dukung Program Rumah Bersubsidi untuk Wartawan,Tidak Ganggu Independensi Pers

Fadli Zon: Teater Imam Al-Bukhari dan Sukarno Jadi Simbol Eratnya Hubungan Budaya Indonesia–Uzbekistan

Ketum IKWI Pusat Berbagi Kepada Anak Yatim di Rumah Az-zahra Limo Depok

Hendry Ch Bangun: Pembekuan PWI Jabar Sah, KLB Tidak Korum dan Sedang Diselidiki Polisi

Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch Bangun Siap Lawan Informasi Menyesatkan di Sidang Dewan Pers

Plt Ketua PWI Pelalawan,Assep Putra Sulaiman Siap Tempuh Jalur Hukum atas Dugaan Pencemaran Nama Baik

Bendahara PWI Kepri Buktikan Pers Dukung Ketahanan Pangan Nasional

Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch Bangun Bekali OKK Wartawan Media Pandu Bangsa

Lanud Husein Sastranegara Gelar Bazar Murah TNI 2025 untuk Masyarakat Kota Bandung

Bagaimana Puasanya?

Evandra Florasta, Bukti Pembinaan di Level Klub Indonesia Membaik

Indonesia Naik ke Peringkat 123 FIFA,Erick Thohir: Terus Kerja Keras Menembus 100 Dunia

Sarapan Subuh, ketan bumbu dan gemblong ketan

Gara-gara Covid-19 rela berbuat seperti ini
“Martabak Alul” kaki 5 yang melayani dengan berbagai jenis pembayaran
Nasi kebuli murah meriah di Bambu Apus
DIRGAHAYU TNI “SINERGI UNTUK NEGERI”
Sambutan Kapolda Metro dalam rangka Baksos Sembako 25 ton menyambut HUT ke-65 Lantas Bhayangkara
Sepenggal sejarah merah putih di tanah Papua

Pramuka Saka Wira Kartika Kodim 0505/JT bantu giat cek poin perbatasan

Ucapan Selamat Idul Fitri dari Letnan Jenderal TNI AD, Doni Monardo, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Simak video ini soal test cepat Covid-19




Terpopuler
-
News1 month ago
Berpartisipasi dalam Forum CSW ke-68 di PBB,KOWANI Wujudkan Ekonomi Digital Implementasi Asta Cita
-
News1 month ago
Penyidik Kejagung Periksa 2 Mantan Dirjen Migas Terkait Perkara Dugaan Korupsi Pertamina
-
News2 months ago
PWI Pusat Cabut Keanggotaan Raja Isyam, Doni dan Anthony, Dihapus dari Website Resmi
-
Entertainment1 month ago
Menteri Kebudayaan Fadli Zon: Film Indonesia Bangkit di Hong Kong FILMART 2025