Connect with us

Komunitas

Kisah dua mahasiswa UI yang jadi relawan tangani pasien Covid-19

Avatar

Published

on

Jakarta, koin24 – Sri Agustin Tabara, Mahasiswa Magister Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) dan Sofina Izzah, Mahasiswa Program Profesi Ners FIK UI adalah dua dari 105 mahasiswa FIK UI yang terjun langsung menjadi relawan menangani pasien COVID-19 di sejumlah rumah sakit, salah satunya Rumah Sakit UI (RSUI).

Dalam keterangan tertulis yang diterima koin24.id, Senin (20/4/2020), Sri menuturkan, “Saya mendapat informasi bahwa RSUI membuka panggilan menjadi volunteer. Untuk itu saya mendaftarkan diri secara kolektif melalui Pusat Krisis FIK UI. Saya menempuh sejumlah tahapan seperti seleksi administrasi, wawancara yang dilakukan secara online, serta skrining kesehatan. Bagi saya, menjadi relawan di situasi pandemi ini merupakan sebuah panggilan negara yang wajib dilakukan, khususnya bagi saya yang adalah seorang perawat. Saya sangat terbebani ketika melihat meningkatnya kebutuhan tenaga medis dan tenaga kesehatan karena pasien terus bertambah dari hari ke hari.”

Ketika ditanyakan cara ia mengatur jadwal antara menjadi relawan dan mahasiswa yang tengah menjalani Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), Sri menuturkan, “Sejauh ini saya belum mengalami kendala berarti, saat harus berkuliah sambil menjadi relawan. FIK UI membebastugaskan mahasiswa berpartisipasi dalam kuliah online saat menjadi relawan, namun untuk tugas-tugas tetap dapat saya kerjakan di saat free.”

Dalam seminggu, Sri bekerja selama 5 – 6 hari kerja dimana per harinya menjalani satu shift. Shift kerja terbagi dalam tiga yaitu, shift pagi dan shift siang masing-masing sebanyak 7 jam, dan shift malam sebanyak 12 jam.

Sri, yang telah bergabung menjadi relawan sejak 6 April 2020, ditempatkan di Ruang Intensive Care Unit (ICU) Covid-19 yang langsung berhadapan dengan pasien. Tugas Sri saat ini menjadi rekan kerja para perawat RSUI dalam memberikan perhatian kepada pasien dan membantu memenuhi segala kebutuhan pasien.

Bagi Sri, pengalaman paling berkesan selama bekerja sebagai relawan adalah melihat keadaan umum pasien yang semakin hari semakin baik. Sri juga merasa bangga ketika memperoleh dukungan dari keluarga pasien maupun masyarakat. “Hal tersebut merupakan ‘vitamin C’ bagi saya dan tenaga kesehatan serta tenaga medis lainnya. Juga merupakan sumber kekuatan dalam memberikan pelayanan yang terbaik,” ujar Sri.

Sri berpesan agar masyarakat tetap menjaga kesehatan dan tidak memandang remeh virus Covid-19 ini. Juga, selalu menerapkan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) seperti mencuci tangan dengan benar dan bersih, menjalankan social distancing, selalu menggunakan masker ketika keluar rumah, dan usahakan tetap di rumah saja. Saya berharap agar stigma negatif terhadap pasien Covid-19, tenaga kesehatan serta tenaga medis dapat berhenti pula.”

Kisah Sofina tidak jauh berbeda dari Sri. Ia mendaftarkan diri sebagai relawan ketika mengetahui RSUI membuka panggilan sebagai volunteers. Ia sudah bertugas sebagai relawan perawat di RSUI sejak 1 April 2020. Sofina menganggap menjadi perawat dalam masa pandemi ini adalah sebuah tindakan kepahlawanan bagi bangsa. Saat ini Sofina juga ditempatkan di ICU RSUI yang berhadapan langsung dengan pasien Covid-19.

“Tidak ada kekhawatiran dalam menangani pasien Covid-19, mengingat kami telah diperlengkapi Alat Pelindung Diri (APD). Setiap harinya selama 6 hari kerja, saya memperoleh shift kerja sebanyak delapan jam, dengan pembagian, sebanyak empat jam pertama saya bertugas di ruangan isolasi merawat pasien dengan APD lengkap, lalu setelah itu saya melepas APD, mandi, makan lalu melanjutkan sisa waktu yang ada untuk membantu tindakan yg bersifat administratif seperti laporan pasien bersama para perawat RSUI.”

Berkenaan dengan cara membagi waktu dengan perkuliahannya, Sofina menuturkan, “Sejauh ini saya tidak mengalami kesulitan dalam membagi waktu. Saya tinggal menjalani 2 mata kuliah saja ditambah tugas akhir. Kampus juga memberikan kemudahan bagi kami mahasiswa profesi yg menjadi relawan dengan menghitung kegiatan relawan sebagai satuan kredit semester (SKS) dan akan disetarakan SKS-nya. Kalaupun ada tugas, tidak memberatkan, sebab para dosen sangat menghargai kami yang sudah mau menjadi relawan.”

Sofina berpesan, “Mari bahu-membahu untuk menanggulangi pandemi ini dengan cara tetap di rumah saja jika tidak ada kepentingan yang mendesak, serta berikan aura positif bagi tenaga kesehatan maupun relawan non tenaga kesehatan. Semoga tidak ada lagi stigma negatif yang tercipta bagi pejuang medis.”

Sesuai dengan arahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok, RSUI merupakan rumah sakit yang didedikasikan untuk menangani pasien Covid-19 khususnya di wilayah Kota Depok. Untuk itu, RSUI membuka pendaftaran tenaga relawan dalam rangka penanganan pandemi Covid-19.

Pendaftaran relawan terbuka untuk umum dan dilakukan secara online melalui laman resmi RSUI ataupun melalui pusat-pusat krisis yang bekerja sama dengan UI.

Selain menempuh tahapan seleksi dan skrining kesehatan – termasuk rapid test Covid-19. Para calon relawan juga akan dibekali orientasi berupa pengenalan RSUI, pelatihan penanganan kasus Covid-19, dan pembagian tugas sesuai pengalaman kerja sebelumnya atau sesuai posisi yang dipilih.

Rektor UI Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D., mengapresiasi aksi nyata yang dilakukan para mahasiswa UI di tengah pandemi Covid-19. Para mahasiswa UI telah mengamalkan bidang keilmuan yang selama ini ditempuh semasa perkuliahan dan ini merupakan sebuah tindakan terpuji.

Prof. Ari juga mengimbau agar para mahasiswa tetap menjaga kesehatan, selalu memberi kabar kepada keluarga,dan senantiasa bersemangat.

Diharapkan gerakan ini mampu memotivasi mahasiswa lainnya sebangsa dan setanah air untuk bersama-sama bergotong-royong memberikan kontribusi secara sukarela bagi masyarakat demi memerangi pandemi ini. (Sumber: Humas dan KIP UI)

Komunitas

Angkatan 86 Serahkan Bantuan Ambulans ke Gereja Katolik Paroki St Thomas Depok

Redaksi KOIN24.CO.ID

Published

on

Depok – Satu unit ambulans diserahkan komunitas Angkatan 86 kepada Gereja Katolik Paroki Santo Thomas di Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Sabtu (28/5).

Ambulans jenis Daihatsu Gran Max dengan kode 006 tersebut diserahkan oleh Ketua Pembina Angkatan 86 Iqbal Willis kepada perwakilan Gereja Katolik Paroki Santo Thomas, RD Stefanus Edwin Tikoalu.

Iqbal mengatakan, pemberian ambulans ini merupakan amanah dari seluruh anggota Angkatan 86, yang notabene merupakan komunitas eks siswa-siswi sekolah menengah lanjutan tingkat atas lulusan tahun 1986 yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Untuk ambulans yang diberikan Angkatan 86 kepada komunitas non muslim ini merupakan yang pertama. Sebelumya kami sudah menyerahkan ambulans yang sama kepada sejumlah pihak,” kata Iqbal.

Gereja Katolik Paroki Santo Thomas Depok dipilih setelah melalui sejumlah kriteria. “Kebetulan lokasinya juga strategis. Semoga ambulans ini akan memberikan manfaat buat masyarakat yang membutuhkan, ” Iqbal menambahkan.

Sementara itu Pastor RD Stefanus menyampaikan ucapan terima kasihnya atas pemberian ambulans dari Angkatan 86. “Kami akan bertanggung jawab dengan apa yang telah diberikan oleh Angkatan 86 ini. Semoga ambulans ini akan berguna untuk melayani masyarakat,” ujarnya.

Bagi Angkatan 86 pemberian sumbangan ambulans ini merupakan kali keenam sejak tahun 2017.

Sebelumnya ambulans yang telah diserahkan, di antaranya pada Agustus 2017 dengan kode-001 kepada DKM Musholla Darusallam di Vila Indah Permai, Blok H25, Teluk Pucung, Bekasi Utara, untuk melayani 4 Rukun Warga (RW).

Kemudian ambulans dengan kode-002 diberikan kepada DKM Masjid Jami AlMa’mur di Jl Pesantren Al Ma’mur, Kreo Selatan, Larangan, KotaTangerang untuk melayani warga Kreo Selatan.

Sedangkan ambulans ketiga diberikan kepada masyarakat Payukumbuh, Sumatera Barat. Serta diberikan kepada Masjid Abdurrahman Al-Athiq, Desa Sasak Panjang, Tajur Halang, Kabupaten Bogor pada Februari 2021.

Iqbal menyatakan, program pemberian ambulans Angkatan86 tidak akan pernah berhenti. Ambulans-ambulans berikutnya bakal hadir di tengah-tengah masyarakat yang membutuhkan.

Continue Reading

Komunitas

Ikan hias, bisnis menjanjikan di tengah pandemi

Avatar

Published

on

Serang, Banten, koin24.co.id – Ada beberapa jenis ikan hias yang sudah lama ditekuni oleh para penggemar ikan hias. Bahkan menjadi usaha yang menguntungkan bagi banyak pelaku bisnis ini.

Jenis ikan hias yang sudah tidak asing lagi antara lain ikan hias jenis cupang. Juga ikan hias yang hidup di bukan air tawar atau air laut. Untuk ikan hias yang hidup di bukan air tawar lebih sulit perawatanya.

Saat ini, tren jenis ikan hias jenis cupang dan ikan hias air laut, sudah kalah pamor dengan jenis ikan hias predator. Ini adalah jenis ikan air tawar yang berasal dari sungai sungai besar di Kalimantan bahkan dari luar negeri. Bisa disebutkan beberapa.jenis kan tersebut. Yakni, Chana, Peacok Bass, Oscar, Arwana, dan banyak lagi.

Berbeda dengan ikan hias jenis cupang, ikan hias predator lebih spesifik dalam hal perawatan dan pemeliharaannya. Begitu pula harganya. Ikan-kan predator lebih mahal.

Simaklah pengakuan Arman, salah seorang penggemar sekaligus pelaku usaha ikan hias jenis predator di Serang, Banten.

Menurut Arman, pelaku usaha jenis ikan ini masih tergolong jarang. Di Kota Serang sendiri baru ada sekitar 30 orang, dan itu pun masih tergolong penggemar.

“Sedangkan untuk pelaku usaha, sekitar 20 orang,” paparnya di Serang, Banten, Selasa (17/11/2020) malam.

Aek, pelaku usaha jual beli ikan hias jenis predator yang tinggal di Kecamatan Ciracas, Kota Serang, menyebut jika bisnis ini mulai booming semenjak pandemi Covid-19.

“Rumah saya hampir setiap malam ramai dikunjungi para penggemar ikan hias predator. Ada yang memang berniat membeli, ada juga yang hanya sekadar melihat- melihat ikan yang ada di sana,” kata Aek.

Ada hal menarik yang disampaikan Arman dan Aek. Para pelaku usaha ikan hias predator ini ingin mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Khususnya, dalam hal memfasilitasi tempat khusus untuk jual beli.

Seperti dicontohkan oleh Aek. “Di Jakarta ada tempat di bilangan Jatinegara yang dijadikan ajang jual beli para penggemar ikan hias predator dari berbagai daerah, ” tegasnya.

Maka, sekiranya di Kota Serang ada tempat serupa, bisa dipastikan para penggemar ikan hias jenis ini banyak berdatangan dari kota kota di Provinsi Banten.

Arman dan Aek yakin, usaha jual beli ikan hias jenis predator ini masih sangat menjanjikan. Terlebih tren nya untuk di Kota Serang masih terbatas.

Mereka menyebut, lambat laun, tentunya seiring dengan kemajuan teknologi, pemasaran jual beli ikan hias ini lewat media online instagram, facebook dan sebagainya akan semakin diminati.

Koh Aek selain menyediakan berbagai jenis ikan predator juga menyediakan pakan ikan dari ikan ikan kecil seperti udang kecil dan lainnya.

Di samping itu, ia juga bisa menyediakan media untuk ikan itu sendiri, seperti aquarium dan kelengkapannya. (***)

Continue Reading

Komunitas

Kemenparekraf ajak komunitas kopi jaga Indonesia

Avatar

Published

on

Jakarta, koin24.co.id – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengajak komunitas pencinta kopi untuk kreatif mengembangkan wisata kopi.

Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf, Agustini Rahayu, dalam acara “Live Streaming Ngopi Sore Bersama Komunitas Kopi”, Sabtu (25/7/2020), mengatakan, kopi merupakan salah satu dari jendela promosi pariwisata Indonesia di kancah internasional. “Lewat acara ini, kita ingin menggalang komitmen bersama komunitas pencinta kopi untuk kreatif mengembangkan wisata kopi Indonesia,” kata wanita yang akrab disapa Ayu ini.

Ayu menuturkan, Kemenparekraf/Baparekraf kini tengah kembali melakukan pengembangan Komunitas Parekraf untuk membantu menggencarkan kecintaan masyarakat terhadap produk Indonesia. Menurutnya, Komunitas Pecinta Kopi Indonesia merupakan unsur penting dalam proses ini, mengingat Kopi Indonesia sudah terbukti unggul bahkan di kancah internasional.

Dalam acara ini Ayu mengenalkan Mikhael Rudy, Pendiri Komunitas Kopi di Indonesia dan pembina petani kopi di Indonesia. Juga ada Agusnadi, Founder SocioPreneur Kita Setara. Salah satu SocioPreneur yang mendampingi generasi muda disabilitas menjadi wirausaha dan Garnida Muchtar, pensiunan BUMN yang membangun ketrampilannya menjadi usahawan dan barista kemudian bergabung dengan komunitas KoKopi & “VW Coffee” Utan Kayu, Jakarta.

Didasari kegemaran akan kopi Indonesia, Ayu yakin kreatifitas membangkitkan pariwisata Indonesia dapat kembali digalakkan untuk bersama jaga Indonesia. “Indonesia punya banyak tempat penghasil kopi. Apalagi para _Coffee Enhusiast_ ini sangat bersemangat untuk kembali membangkitkan wisata kopi Indonesia dalam kemasan yang lebih kreatif menyikapi segala keterbatasan! selama masa pandemi Covid-19, tentunya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan,” katanya.

Hal ini diamini pula oleh Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kemenparekraf/Baparekraf, Djoko Waluyo. Djoko mengungkapkan, kopi merupakan minuman yang digemari oleh hampir semua lapisan masyarakat dari segala umur.

Selain itu, lanjut Djoko, komunitas kopi dinilai punya kemampuan untuk membangkitkan kembali pariwisata Indonesia pascapandemi Covid-19. “Saya yakin semua komunitas kopi bisa terus berkreasi di tengah pandemi ini,” ungkap Djoko.

Acara ini juga diisi dengan pembuatan _latte art_ dan lukisan dari ampas kopi. Lukisan ini dibuat oleh pemilik Kedai Kopi Tanah Air Kita, Mikhael Rudy.

“Lukisan ini saya buat dalam waktu tiga minggu. (Tujuannya) untuk menghilangkan penat,” ucap Rudy.

Tidak hanya itu, pada acara ini, Kemenparekraf/Baparekraf juga memperkenalkan aplikasi bernama Community Hub yang rencananya akan diluncurkan pada Agustus 2020.

Menurut Kasubbag Pengembangan Komunitas Kemenparekraf/Baparekraf Syaril S., aplikasi yang tengah disempurnakan itu merupakan suatu platform sosial media bagi seluruh komunitas yang ada di Indonesia. “Di aplikasi ini, seluruh komunitas di Indonesia bisa saling berbagi informasi yang bermanfaat dan mengunggah gambar dan tulisan ke media sosial pada umumnya di halaman komunitasnya. Juga ada live streaming secara berkala dengan berbagai tema bersama komunitas yang berbeda-beda,” jelas Syaril. (Sumber: Biro Komunikasi Kemenparekraf/***)

Continue Reading
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Terpopuler