Connect with us

Opini Redaksi Tamu

Mendengar Kamala Harris

Avatar

Published

on

Oleh: Denny JA

“Wanita paling bertanggung jawab atas kehadiranku di sini hari ini adalah ibuku, Shyamala Gopalan Harris. Ia selalu ada di hati kami.”

“Ketika dia datang ke sini dari India pada usia 19, mungkin dia tidak membayangkan momen ini.”

“Tapi dia sangat percaya pada Amerika di mana momen seperti ini mungkin terjadi.”

“Jadi, saya memikirkan tentang dia dan tentang generasi wanita – wanita kulit hitam. Wanita Asia, Kulit Putih, Latin, dan Pribumi Amerika. Sepanjang sejarah bangsa kita yang telah membuka jalan untuk momen malam ini.”

Cukup tersentuh hati saya. Pidato Kamala Harris dalam victory speech itu terasa ditulis dengan hati.

Lebih tersentuh lagi karena sebelumnya saya sudah membaca soal hubungan Kamala Harris dengan ibunya.

-000-

Ibu Kamala, Syamala Gopalan, tak sempat mendengar pidato itu. Syamala wafat tahun 2009, 11 tahun lalu.

Di tahun itu, Kamala membawa abu dari jenazah Ibunya ke India. Abu itu ia lepas dan Ia semai di Lautan India.

Walau Ibunya sudah 51 tahun tinggal di Amerika Serikat, sejak tahun 1958, namun ada pesan Ibu. Ia tetap ingin jazadnya menyatu dengan lautan India. (1)

Kakek Kamala bernama P.V Gopalan. Ia pegawai negeri India. Seorang Hindu-Tamil, yang hidupnya berpindah pindah dari Madras, New Delhi, Mumbai dan Calcuta.

Sang kakek dan neneknya menikah karena dijodohkan keluarga (arranged marriege). Tanpa pernah pacaran tapi dijodohkan keluarga itu hal yang lumrah dalam tradisi India era itu.

Namun kakek berpikiran terbuka untuk pendidikan putrinya, Syamala.

Sang kakek cukup nekad. Ia habiskan tabungan pensiun untuk membiayai kuliah putrinya ke Amerika Serikat. Syamala pun tumbuh sebagai mahasiswa lalu periset pada University of California.

Ketika menjadi mahasiswi, Syamala sempat menghadiri aneka pertemuan mahasiswa dalam perkumpulan Afro American Association. Berkumpul di sini termasuk mereka yang menjadi aktivis dan pendiri Black Panther Party.

Dalam pertemuan itu, Syamala berjumpa mahasiswa dari Jamaica yang menjadi pembicara: Donald J Harris. Mereka menikah.

Kamalapun meletakkan nama Ayahnya, Harris, dibelakang namanya: Kamala.

Ibu dan Ayahnya kemudian bercerai. Kamala ikut ibunya. Ayahnya, Donald J Harris, sampai kini mengajar di Standford University, di Amerika Serikat.

Kamala dan adiknya sempat mengujungi keluaga Ayah di Jamaica. Juga mereka mendatangi keluarga Ibunya di India.

Kamala datang dari ibu dan Ayah pecinta ilmu dan riset. Kamalapun tumbuh dengan otoritas ilmu pengetahuan. Ia sekolah di universitas yang sama dengan ibunya: University of California.

Kamala tumbuh kembang sebagai ahli hukum. Ia berkarir hingga puncak sebagai attorney general California di tahun 2010. Ia terpilih kembali di tahun 2014.

Ia lalu menapak kakinya di dunia politik. Kamala bertarung untuk menjadi senator. Ia pun terpilih menjadi senator wanita partama dengan latar dari Asia Selatan.

Tahun 2020, Kamala maju lebih jauh lagi. Ia melangkah menominasikan diri menjadi Capres Amerika Serikat melalui partai Demokrat.

Kamala menjadi pengeritik keras Joe Biden. Tapi ia dikalahkan Joe Biden. Nasib tak diduga, Ia malah digandeng Joe Biden menjadi running mate untuk maju bersama.

Mereka menantang dan akhirnya mengalahkan Donald Trump.

-000-

Saya semakin khusyuk mendengar pidato victory speech Kamala Harris.

Ujarnya, “momen malam ini hanya terjadi karena para wanita sebelumnya. Mereka yang berjuang dan berkorban begitu banyak untuk kesetaraan, kebebasan, dan keadilan bagi semua.” (2)

“Termasuk wanita kulit hitam, yang terlalu sering diabaikan. Tetapi mereka seringkali membuktikan bahwa mereka adalah tulang punggung demokrasi kita.”

“Termasuk pula semua wanita yang bekerja untuk mengamankan dan melindungi hak memilih selama lebih dari seabad.”

“Yaitu perjuangan 100 tahun yang lalu dengan Amandemen ke-19. (3) Perjuangan 55 tahun yang lalu dengan Undang-Undang Hak Pilih.”

“Dan sekarang, pada tahun 2020, dengan generasi baru wanita di negara kita yang memberikan suara mereka. Para wanita melanjutkan perjuangan untuk hak dasar mereka: memilih dan didengar.”

“Malam ini, saya merenungkan perjuangan mereka, tekad mereka, dan kekuatan visi mereka.”

“Saya berdiri di pundak mereka.”

“Tetapi meskipun saya wanita pertama dalam posisi wakil presiden terpilih, saya tidak akan menjadi yang terakhir.”

“Dengarlah setiap gadis kecil yang menonton malam ini. Kita hidup dalam negara yang penuh peluang.”

“Dan kepada anak-anak di negara ini, apa pun jenis kelamin Anda, negara kita telah mengirimi Anda pesan yang jelas:

Bermimpilah dengan ambisi, pimpin dengan keyakinan, dan lihat diri Anda sedemikian rupa.

Orang lain mungkin tidak melihat Anda, hanya karena mereka belum pernah melihatnya sebelumnya.

“Tapi kami akan membuka semua peluang untuk Anda di setiap langkah.”

-000-

Para pendukung yang hadir di hadapan Kamala Harris bersorak. Lebih banyak lagi yang bersorak menonton pidato itu dari televisi, dan handphone.

Kalimat itu terasa kuat karena Kamala sendiri yang mengalami.

“Anda mungkin tak diperhatikan karena apa yang ingin anda capai dalam hidup belum pernah dicapai orang lain sebelumnya.”

Kamala mencapai itu. Ia mencapai apa yang belum pernah dicapai orang lain. Ia menjadi orang pertama yang sampai di sana. Wanita yang menjadi Wakil Presiden sebuah negara paling kuat di dunia.

Kamala adalah generasi kedua Imigran. Ibunya yang pertama kali menjadi Imigran, dari India ke Amerika Serikat.

Kamala memang lahir di sana, di Oakland California, Amerika Serikat. Tapi Ayahnya orang Jamaica. Ibunya India.

Alangkah hebatnya putri seorang Imigran bisa menjadi wakil presiden di negara itu.

Alangkah hebatnya negara yang memberi semua peluang bagi siapapun warga negara, terlepas apapun asal negara. Apapun warna kulit. Apapun gender. Dan apapun agama. (***)

CATATAN
1. Kamala menebar abu jazad Ibunya di samudra India
Gettleman, Jeffrey; Raj, Suhasini (August 16, 2020). “How Kamala Harris’s Family in India Helped Shape Her Values”. New York Times. Retrieved August 17, 2020.
2. Pidato Victory of Speech Kamala Harris:

3. Hak pilih wanita dalam pemilu itu datang karena hasil perjuangan. Begitu banyak aktivis wanita yang dipenjara karena memperjuangkan hak ini.
Akhirnya di tahun 1919 konstitusi melarang negara federal dan negara bagian yang menghalangi wanita untuk menggunakan haknya memilih pejabat publik.
100 tahun lalu, itulah kali pertama wanita memiliki hak pilih dalam pemilui di Amerika Serikat.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Nineteenth_Amendment_to_the_United_States_Constitution

9 November 2020

-000-

Tulisan asli dimuat di Facebook DennyJA_World
https://www.facebook.com/322283467867809/posts/3382183978544394/?d=n.

Denny JA
Penulis/Konsultan Politik/Pengusaha dan Penggiat Media Sosial

Opini Redaksi Tamu

Pemahaman dan Pemanfaatan Literasi Digital Bagi Orang Tua pada Era Pandemi

meldachaniago

Published

on

Oleh : Anik Hanifatul Azizah, S.Kom, M.IM

Istilah literasi digital tidak asing lagi bagi masyarakat, namun bagaimana memahami dan memanfaatkan digital dengan bijak adalah hal yang perlu dilatih dan terus dipelajari. Mengapa perlu memahami literasi digital? Karena sebenarnya digitalisasi ini sudah menjadi bagian hidup masyarakat sehari-hari.

Menurut definisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), literasi digital adalah kemampuan dan kecakapan menggunakan teknologi digital, memahami isi dan informasi, serta menjalankan perannya secara efektif dalam lingkungan digital.

Terdapat tiga kata kunci dalam definisi di atas, pertama kata ‘menggunakan’, dapat dipahami bagaimana kita sendiri atau anak mampu menggunakan teknologi sesuai fungsinya. Kemudian kata ‘memahami’ berarti adalah bagaimana kita paham value dari sebuah media tersebut, dan ketiga adalah ‘menjalankan’ yaitu bagaimana kita atau anak dapat memposisikan diri dengan dunia digital yang dihadapi.

Pemahaman literasi digital ini disampaikan pada kegiatan pengabdian masyarakat Universitas Esa Unggul bertajuk Edukasi Smart Parenting pada peringatan hari ibu 22 Desember 2021 dengan menggandeng komunitas bidan EBSCO yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Literasi digital sangat penting untuk diterapkan masyarakat, terutama generasi orang tua millennial ataupun baby boomers sebagai pelaku digital immigrant. Terdapat dua generasi yaitu generasi digital native dan generasi digital immigrant.

Generasi digital native merupakan para generasi muda yaitu mereka yang sejak lahir sudah langsung berhadapan dengan kemajuan digital. Sedangkan, generasi digital immigrantmerupakan mereka yang sejak lahir tanpa adanya kemajuan digital atau teknologi, maka mereka perlu mempelajari lagi teknologi yang ada nantinya. Anak-anak dari generasi millennial dan baby boomers ini termasuk generasi digital native, sedangkan orang tuanya sendiri mengenal digital di saat remaja atau bahkan sudah beranjak dewasa. Inilah yang menjadi tantangan terbesar. Seorang digital immigrant ditantang untuk mendidik digital native.

Elemen penting digital literasi Bukan hanya sekadar definisi, tapi esensi. Sebagai orang tua dituntut untuk paham dan membiasakan hal ini pada literasi digital sehari-hari. Beberapa tips menerapkan pola asuh digital yang baik yaitu, menjaga komunikasi dengan anak, membekali diri dan terus belajar, membuat aturan bersama anak, menjadi teladan digital yang baik bagi anak serta memanfaatkan aplikasi parental control dalam penggunaan gadget anak.

Aplikasi parental control dapat membantu orang tua mendampingi anak di dunia digital, tapi tidak dapat menggantikan peran orang tua. Kegiatan anak selama pandemi sebagian besar dilakukan secara daring, tugas orang tua adalah mendampingi anak. Orang tua hendaknya paham esensi dari kegiatan belajar daring tersebut. Orang tua juga sebaiknya paham aplikasi atau platform apa yang digunakan anak selama kegiatan belajar berlangsung. Sebagai orang tua dari generasi digital native harus siap dan rela banyak belajar untuk pemahaman digital yang baik. Menjadi teladan digital yang baik dapat menjadi upaya yang tepat untuk menumbuhkan digital wellbeing atau kesejahteraan digital pada masyarakat. (***)

*Penulis adalah Dosen Prodi Sistem Informasi, Universitas Esa Unggul

Continue Reading

Opini Redaksi Tamu

Aktifitas Fisik Untuk Ibu Hamil Saat Pandemi

meldachaniago

Published

on

Oleh : Dr. Erry Yudhya Mulyani, S.Gz, M.Sc

Pandemi Covid19 membatasi aktivitas fisik manusia. Masyarakat tidak lagi dapat leluasa bergerak. Dampaknya banyak di antara kita merasa menjadi kurang fit dan bugar. Begitu juga dengan ibu hamil. Padahal, aktivitas fisik bagi ibu hamil sangat dibutuhkan untuk kesehatan janin dan dirinya sendiri. Akibatnya dalam kondisi pandemik ini, ibu hamil yang merupakan kelompok rentan terhadap penyakit harus lebih waspada.

Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bertajuk Edukasi Smart Parenting di Era Digital pada 22 Desember 2021 lalu, fenomena yang dihadapi ibu hamil selama masa pandemik menjadi salah satu topik bahasan yang dianggap penting untuk diangkat. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan fisiologis dan anatomis yang terjadi pada perempuan hamil membuat pergerakan ibu menjadi terbatas, apalagi ditambah dengan kondisi pandemik seperti sekarang.

Padahal sistem imun ibu diharuskan beradaptasi dengan keadaan pandemik ini sebagai bentuk pertahanan terhadap ibu dan janin. Sistem imun yang baik akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan yang baik.

Upaya yang dapat dilakukan  perempuan hamil dalam menjaga kesehatan fisiknya selama masa kehamilan adalah dengan melakukan olahraga dan aktifitas fisik. Olahraga merupakan gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Contoh olahraga yang dapat dilakukan ibu adalah jogging, yoga dan berjalan kaki. Sedangkan aktifitas fisik adalah pergerakan tubuh yang menghasilkan energi, misalnya bersih-bersih rumah, menyapu. Ibu dapat berolahraga selama 20 – 30 menit sebanyak 3 – 4 kali perminggu.

Olahraga dan aktifitas fisik selama kehamilan sangat dianjurkan dan penting dilakukan. Hal ini sebagai bentuk persiapan dalam proses persalinan, mengurangi stress kehamilan dan menjaga kenaikan berat badan normal. Oleh sebab itu penting dilakukan ibu dalam menjaga sistem imun dimasa pandemik ini. Namun ibu hamil tidak disarankan untuk melakukan olahraga dan aktifitas fisik berat karena dapat membahayakan kondisi ibu dan janin.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa, aktifitas fisik dan olahraga berperan sebagai modulator dalam sistem imun. Selama dan setelah melakukan aktifitas fisik terjadi peningkatan limfosit dan pelepasan sitokin pro dan anti-iflammatory. Hal ini berdampak pada rendahnya kejadian gejala penyakit infeksi pada orang yang secara rutin melakukan aktifitas fisik dan olahraga (da Silveira M et al 2021). Selain itu penelitian lain juga menyatakan bahwa ibu hamil yang rutin melakukan aktifitas fisik dan olahraga secara signifikan menurunkan kenaikan berat badan selama kehamilan yang berlebih (Wang J et al 2019).

Acara pengabdian masyarakat yang dilakukan secara online melalui aplikasi zoom ini, digelar dalam rangka memperingati Hari Ibu, di antaranya dengan menyelenggarakan pelatihan bidan homecare binaan EBSCO Community, serta acara temu kangen seluruh bidan di Indonesia. Acara ini diselenggarakan melalui bantuan pendanaan program pembelajaran kolaboratif yang berorientasi pada penelitian dan pengabdian masyarakat tahun 2021. (***)

*Penulis adalah Dosen Prodi Ilmu Gizi, Universitas Esa Unggul

Continue Reading

Opini Redaksi Tamu

Ayo Tetap Jaga Prokes, Catatan Hendry Ch Bangun

Avatar

Published

on

Ketika tulisan ini dimuat, Senin 4 Oktober, hanya ada 922 kasus positif virus Corona dalam 24 jam terakhir. Luar biasa, di bawah angka 1.000 ini membuat kita bangga dan bahagia. Dibandingkan bulan Juli lalu yang mencapai 25.000-an, ketika semua fasilitas kesehatan tidak mampu melayani pasien yang datang untuk dirawat.

Bandingkan dengan negara tetangga kita Singapura yang kini setiap harinya mencapai 2000-an pasien positif Covid-19 sejak awal Oktober 2021, atau Malaysia yang sempat menyentuh 20.000-an pada Agustus dan di Oktober mencapai 9000-an.

Gerakan vaksinasi massif yang dilakukan pemerintah, dengan ujung tombak Kemenkes, Polri, dan TNI menunjukkan hasilnya walaupun belum mencapai target dua juta perhari sebagaimana diminta Presiden Jokowi. Tetapi dengan satu jutaan perhari, hasilnya sudah membaik.

Fasilitas kesehatan utama di Jakarta dan hampir seluruh kota besar di Indonesia tidak lagi full, mampu menerima pasien yang ada. Wisma Atlet yang mampu menampung ribuan orang, kini sudah tinggal puluhan. Tidak ada lagi antre ambulan memasukkan pasien. Justru yang tampak adalah orang pulang karena selesai dirawat.

Sukses ini juga dikarenakan sikap konsisten pemerintah, yang semula dijalankan trial by error, sudah menemukan cara jitu melalui Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dievaluasai setiap pekan atau dua minggu sekali. Setiap kota dipantau pelaksanaan vaksinasi, lalu tracing, dan pemberlakukan protokol kesehatan.
Evaluasi di setiap akhir pekan akan menentukan tingkatan PPKM berikutnya. Ditambah dengan dorongan vaksinasi, yang langsung diberikan Presiden, Wakil Presiden, Menteri Kabinet, dan duet Panglima TNI-Kapolri, dengan menyaksikan ke lapangan dan memberi motivasi, memberi efek besar.

Kita bangga bahwa Indonesia masuk dalam klub negara yang 100 juta penduduknya telah divaksin dan juga kita patut senang karena dipuji oleh Badan Kesehatan Sedunia (WHO) dalam keberhasilan menangani pandemik Covid-19.

***

Ya sudah terbukti, kita tidak terpuruk dalam hal kesehatan, dan juga tidak terseret dalam krisis ekonomi, yang seandainya dulu melaksanakan lockdown, akan semakin bangkrut. Lockdown itu membuat penduduk di Vietnam, Thailand, Malaysia, menjerit-jerit karena berbulan-bulan tidak bisa bekerja, tidak bisa berdagang, sebab ekonomi rumah tangga hancur. Sementara di Indonesia ini selain ada skema bantuan sosial, pelonggaran kegiatan memungkin adanya geliat ekonomi, meski bergerak secara pelahan-lahan.

Kita menyaksikan di televisi, membaca di suratkabar atau media online, sektor transportasi sudah bergerak agar cepat. Penerbangan untuk jalur-jalur tertentu tingkat keterisian penumpang telah mencapai 75 persen. Mal dan pertokoan sudah dibuka. Tempat-tempat wisata, mulai dari Bali, Labuan Bajo, Yogyakarta, Bandung, sudah dipenuhi oleh warga yang jenuh karena terlalu lama dikurung di rumah akibat pandemi.

Tidak hanya itu, hotel pun sudah mulai penuh. Baik oleh keluarga yang mengambil program staycation juga karena kegiatan pemerintah seperti rapat-rapat lembaga dan kementerian sudah berlari kencang. Ya, karena selama pembatasan kegiatan dilarang, maka begitu ada kelonggaran kegiatan kembali ke jalur normal agar serapan anggaran mencapai target.

Tetapi euphoria ini harus disikapi dengan hati-hati. Sebagaimana disampaikan Luhut Panjaitan yang dipercaya menjadi komandan pengaturan PPKM, masyarakat harus tetap waspada dan tetap ketat dengan prokes yang ditetapkan pemerintah.
Adanya aplikasi PeduliLindungi, yang dijadikan sebagai syarat untuk dapat terbang, naik kereta api, masuk ke hotel-hotel, mal dan pertokoan, bahkan sudah diujicoba ke pasar modern, ikut mendukung pengawasan kegiatan masyarakat. Sistem itu menjadi semacam seleksi, agar di suatu pusat keramaian atau kegiatan, orang yang berkumpul adalah orang-orang yang bebas virus. Dengan demikian akan dicegah terjadinya penularan.

Hanya saja kita juga menyaksikan bahwa masih banyak anggota masyarakat yang karena alasan tertentu tidak menggunakan masker di tempat umum. Dari sisi ekonomi, masker memang harus dibeli dan harganya tidak murah, antara Rp 1.000 sampai Rp 3.000 perlembar. Apabila dalam satu keluarga ada empat orang dan dianggap sehari digunakan sekali, itu jumlah yang lumayan.

Ada juga yang malas karena terlalu percaya diri bahwa dia sehat tanpa memikirkan lingkungan saat dia beraktivitas yang bisa saja tertular. Ada yang memang bawaannya “menantang” semua kebijakan yang dibuat pemerintah dan tidak ingin diatur karena itu privacy-nya.

***

Ancaman yang disebut-sebut sudah mengintai adalah gelombang ketiga, pada Desember atau awal Januari 2022 karena adanya libur panjang Natal dan Tahun Baru, yang biasanya juga disertai dengan pulang kampung, bertemu kerabat.

Penularan bisa terjadi di perjalanan apabila tidak ada penjagaan protokol kesehata baik oleh para penumpang maupun pelaksana seperti bus ataupun transportasi massal lainnya. Lalu kerumunan karena saling bersilaturahmi atau kumpul keluarga yang sering disertai kesungkanan mengingatkan prokes.

Kita sudah tahu bagaimana susahnya kalau ada penularan massif seperti yang terjadi bulan Juli lalu akibat libur Idul Fitri, rumah sakit penuh, fasilitas kesehatan kolaps, dan ketersediaan obat dan vitamin sulit dan harga-harga naik.

Mudah-mudahan kita semua mau belajar dan coba menghindari kelalaian yang dulu terjadi. Hanya keledai yang terantuk batu yang sama dua kali, kata pepatah. Masak sih kita keledai?

***
Jakarta, 04 Oktober 2021.

Penulis
Hendry Ch Bangun
Wartawan Senior/Wakil Ketua Dewan Pers

Continue Reading
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Terpopuler