News
Mengapa HPN 9 Februari
Published
3 weeks agoon
Oleh Hendry Ch Bangun
Jakarta, Koin24.co.id – Tanggal 9 Februari 1946 yang menjadi dasar penetapan Hari Pers Nasional (HPN) melalui Keputusan Presiden no 5 tahun 1985, adalah sebuah peristiwa besar.
Bukan hanya bagi pers nasional tapi juga bangsa Indonesia. Pihak-pihak yang tidak menyukai HPN karena tanggal 9 Februari adalah hari lahir Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) mengatakan, untuk apa memperingati hari kelahiran organisasi yang terkooptasi di era Orde Baru, yang tidak lagi relevan karena saat ini ada puluhan organisasi wartawan, tidak lagi sesuai dengan semangat reformasi yang dikandung dalam Undang-Undang tentang Pers no. 40 tahun 1999. Tidak juga sesuai karena sebelum PWI lahir telah banyak berdiri organisasi wartawan di zaman penjajahan seperti Perdi (Persatuan Djurnalis Indonesia).
Bahkan seperti yang ditulis Leo Sabam Batubara, ada orang seperti Tirto Adhi Surjo yang mendirikan Medan Prijaji, Dja Endar Moeda yang mendirikan Pertja Barat sampai Pewarta Deli. Dikaitkan pula dengan lahirnya Kantor Berita Antara oleh Adam Malik, Soemanang, AM Sipahoetar, Pandoe
Kartawigoena yang misinya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang mungkin pantas diperingati sebagai Hari Pers Nasional. Ada sederetan kejadian yang dapat dijadikan HPN dengan argumen dan jalan pikiran yang masuk akal meski belum tentu pas.
Dengan logika Leo S Batubara di atas mungkin tidak salah pula apabila ada pihak yang mempersoalkan mengapa Hari Pahlawan ditetapkan tanggal 10 November karena ada begitu banyak pertempuran setelah kemerdekaan Republik Indonesia yang merenggut ribuan nyawa bangsa Indonesia seperti peristiwa Bandung Lautan Api atau pembantaian puluhan ribu warga Sulawesi Selatan oleh Westerling. Mengapa pula kita menerima 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional karena ada banyak sekali peristiwa yang sangat relevan sebagai peristiwa pendidikan seperti berdirinya sekolah untuk perempuan yang digagas Ruhana Kuddus atau Dewi Sartika.
Tentang Kongres yang diikuti 180 wartawan di Surakarta sebagaimana diberitakan di Harian Merdeka terbitan 12 Februari 1946, ada beberapa hal yang membuatnya istimewa dan patut menjadi tanggal Hari Pers Nasional.
Pertama-tama harus diingat bahwa pada saat itu Indonesia yang sudah diproklamirkan merdeka oleh Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945, kembali diduduki Belanda dengan membonceng tentara Sekutu yang mencopoti kekuasaan Jepang. Pemerintahan Republik Indonesia terpaksa berpindah ke Yogyakarta dan sebagian besar wilayah republik sudah dalam kekuasaan Belanda, termasuk Jakarta. Pergerakan orang-orang dibatasi, khususnya lagi mereka yang dicurigai, termasuk untuk pergi ke luar Jakarta untuk masuk ke wilayah yang dikuasai republik.
Dalam kondisi ini maka perjuangan 180 wartawan dari Sulawesi dan Kalimantan, serta daerah lain di Jawa, untuk berkumpul bukanlah urusan mudah. Manai Sophiaan perlu waktu 35 hari untuk masuk ke Surakarta setelah naik kapal rakyat dari Makassar dan turun di pantai utara Jawa. Tetapi kekuatan tekad membuat akhirnya 180 orang yang hadir mengikuti Kongres. Wartawan dari Jakarta sampai di Solo berperan sebagai guide bagi wartawan internasional yang diizinkan meliput masuk ke Yogyakarta untuk melihat dengan mata sendiri kondisi negara yang baru berdiri beberapa bulan, apakah betul kemerdekaan didukung rakyat atau hanya menjadi negara boneka Jepang yang didengung-dengungkan penjajah Belanda.
Harian Merdeka 9 Februari menulis: “Rombongan wartawan luar negeri jang datang di Djokja tg 6 Pebruari memerlukan djoega mengoendjoengi tjandi Borobudur dengan diantarkan oleh para wartawan Indonesia. Disepanjang djalan mereka amat tertarik kepada tanaman disawah, orang2 jang sedang bekerdja dan anak2 dipinggir djalan jang menjeroekan pekik “merdeka” jang oleh mereka poen didjawab dengan pekik “merdeka” djoega.
Hal kedua adalah representasi. Walaupun disebutkan dalam berita bahwa 180 orang yang hadir dari Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi tetapi sebenarnya itu sudah mewakili sebagian besar wartawan dan media top Indonesia. Ada Sumanang (Antara), Harsono Tjokroaminoto (Al Djihad), Soemantoro (Kedaulatan Rakyat), Djawoto (Antara) yang hadir dan akhirnya menjadi pengurus pertama PWI. Yang disebut dari Jawa itu misalnya termasuk BM Diah (Merdeka), Sjamsudin St Ma’moer (Rakyat) yang berasal dari Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Termasuk datang Bung Tomo (Antara) wartawan cetak namun dikenal sebagai orator ulung dengan semboyan “Merdeka Atau Mati”. Mereka itu merasa harus bersatu untuk ikut aktif menyatukan rakyat Indonesia yang kembali dijajah Belanda, dibantu oleh pendudukan Inggris di berbagai daerah pelosok Indonesia.
Media republiken menggalang pendapat umum, menyatukan semua kelompok untuk tetap setia pada republik dan pemimpinnya. Rakyat marah dan merencanakan demonstrasi besar untuk merayakan 6 bulan kemerdekaan pada tanggal 17 Februari 1946. Di berbagai pelosok Tanah Air terjadi gerakan untuk menunjukkan dukungan bagi pemerintahan Soekarno-Hatta dan Perdana Menteri Sutan Sjahrir karena bertepatan dengan dibahasnya Indonesia dalam sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York.
Headline Merdeka 12 Februari 1946 berjudul “Tjita—Tjita Indonesia Djangan Dihalangi Kekerasan Sendjata”—Kata Manuilsky, mengutip pidato utusan Ukraina di PBB, Dr Dmitri Manuilsky, yang meminta agar PBB mengirim komisi ke Indonesia. “Tidak ada orang bisa menyangkal bahwa tentera Inggris telah menyerang penduduk Indonesia di Djawa pada waktu beberapa bulan yang lampau dengan mempergunakan tank-tank, kapal terbang dan lain-lain alat militer.”
Terkait dengan keadaan Indonesia ada berita berjudul “Tegak Di Belakang Presiden” sebagai hasil Kongres Pejabatan Pos, Telegrap dan Telepon seluruh Jawa dan Madura yang diadakan di Madiun 10, 11, dan 12 Februari. Ada berita berjudul “Gerakan Republik Indonesia Soerakarta Menjatakan Kepertjajaan 100%” terhadap Pemerintah yang dijalankan oleh Kabinet Sjahrir, setelah organisasi yang memiliki 75.000 itu rapat pada 9 Februari.
Dalam suasana itulah kongres wartawan yang diadakan di Surakarta pada 9 dan 10 Februari. Mereka menunjukkan keberpihakan, karena yakin media punya peran besar untuk menunjukkan sikap rakyat Indonesia, termasuk ke pihak luar yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu ditegaskan sikap wartawan ialah “Tiap wartawan Indonesia berkewajiban bekerja bagi kepentingan Tanah Air dan Bangsa serta selalu mengingat akan Persatuan Bangsa dan Kedaulatan Negara”. Sehingga seperti juga unsur bangsa lainnya yang tengah berjuang mempertahankan negaranya yang tengah dijajah lagi, wartawan peserta kongres menempatkan diri sebagai pejuang sekaligus. Dan menyadari bahwa besarnya politik adu domba Belanda, mengingatkan bahwa dalam bekerja mereka harus memikirkan persatuan dan kedaulatan negara.
Poin lain hasil kongres adalah kesadaran bahwa para wartawan Indonesia yang hadir sudah memikirkan masalah percetakan dan penerbitan koran, sebagai alat produksi dan juga alat perjuangan. Sebab hanya melalui media mereka bisa terus menggelorakan perjuangan dan memberi informasi kepada masyarakat di berbagai pelosok yang juga coba dikuasai oleh Belanda. Berdirinya PWI ini kemudian kita ketahui diikuti dengan berdirinya Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) setahun kemudian di Yogya.
Berbagai catatan di atas menunjukkan magnitude peristiwa 9 Februari 1946 sebagai modal untuk menetapkannya sebagai Hari Pers Nasional dibandingkan dengan peristiwa lainnya, sebab tanggal itu bukan sekadar hari lahir PWI tetapi bersatunya seluruh wartawan untuk menyokong Republik Indonesia berusia jabang bayi yang terancam keberadaannya, agar dapat bertahan kukuh berdiri sebagai negara kesatuan seperti yang kita saksikan saat ini.
***
Dalam pertemuan yang dilakukan Dewan Pers untuk membahas Hari Pers Nasional atas usulan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Ikatan Jurnalis Televisi Independen (IJTI) dan dihadiri pemangku kepentingan, April 2018 lalu, sebagian besar peserta berpendapat bahwa sebaiknya organisasi wartawan dan pers lebih memikirkan tentang berbagai persoalan yang melanda jurnalisme saat ini. Mulai dari merosotnya performa media cetak dari sisi jumlah media, jumlah oplah, dan keuntungan, karena digerus news agregator; semakin dipinggirkannya etika jurnalistik atas nama rating, kecepatan memberitakan, dan menurunnya kualitas wartawan; semakin suburnya media siber tidak bermutu karena begitu mudah dan murah untuk mendirikannya, yang diikuti dengan semakin banyaknya orang mengaku wartawan yang sama sekali tidak dibekali pelatihan ketrampilan jurnalistik apalagi pemahaman Kode Etik Jurnalistik.
Wartawan adalah profesi intelektual yang bekerja bagi sebesar-besarnya kepentingan publik, dalam hal ini untuk mengontrol kekuasaan, menyampaikan informasi, mengajak mereka berpartisipasi dalam pengambil kebijakan dengan membuka ruang diskusi dengan pembuat kebijakan. Wartawan bukan politisi yang sibuk berpolitik, yang sibuk untuk menuding dan mencari-cari kesalahan orang, mempersoalkan yang tidak penting, karena rasa tidak suka atau cemburu.
Dewan Pers yang memiliki SDM dan anggaran terbatas seharusnya dibantu oleh konstituen agar kemerdekaan pers Indonesia dapat terpelihara sesuai dengan semangat reformasi, apalagi saat ini tengah digerogoti pihak-pihak yang mengaku wartawan tetapi tidak bekerja dalam koridor kode etik yang telah disepakati bersama oleh komunitas pers. Adapula upaya untuk mengamandemen UU Pers no 40 agar pers kembali ke dalam rezim izin dan sensor, dengan alasan kemerdekaan pers sudah kebablasan karena media mengungkap kebobrokan kinerja aparat eksekutif, anggota parlemen, maupun penegak hukum lainnya.
Sebagai organisasi terbesar dengan anggota mencapai sekitar 25.000 wartawan aktif PWI menjadi pendukung utama sertifikasi wartawan yang digagas Dewan Pers, telah mensertifikasi hampir 20.000 anggotanya, dari total sekitar 29.000 sertifikat yang telah dikeluarkan oleh Dewan Pers. PWI juga mendorong media yang dipimpin anggotanya untuk diverifikasi agar dipercaya baik oleh narasumber maupun mitra kerja. PWI juga melatih lebih dari 1000 anggotanya setiap tahun agar semakin profesional, berwawasan, dan menjunjung tinggi etika jurnalistik melalui Sekolah Jurnalisme Indonesia dan
Safari Jurnalistik.**
(Tulisan ini merupakan hak jawab atas tulisan Leo S Batubara tahun 2018 di Kompas terkait Hari Pers Nasional. Karena Hendry Ch Bangun saat itu masih aktif di Kompas,digunakan nama Tribuana Said, Penasihat PWI Pusat. Data tentang sertifikati anggota PWI diperbaiki sampai kondisi akhir 2024 dan ada sedikit penambahan kalimat).
You may like
News
PWI Riau Kirim Delegasi ke HPN 2025 di Kalimantan Selatan,Dheni Kurnia:Kami Siap Memeriahkan Kegiatan
Published
11 hours agoon
January 22, 2025Pekanbaru, Koin24.co.id – Jajaran Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Riau bakal ikut memeriahkan puncak perayaan Hari Pers Nasional (HPN) 2025 di Banjarmasin, Kalimatan Selatan, 7-9 Februari mendatang. Saat ini persiapan keberangkatan terus dimatangkan PWI Riau.
Pelaksana Tugas (Plt) Ketua PWI Riau H. Dheni Kurnia dalam keterangan pers yang diterima media ini, pada Rabu (22/1/2025), mengatakan, delegasi PWI Riau ke HPN 2025 Banjarmasin, terdiri dari unsur pengurus harian, Dewan Kehormatan Provinsi (DKP), Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI), Seksi Wartawan Olahraga Indonesia (SIWO) serta anggota biasa dan anggota muda PWI Riau.
“Persiapan keberangkatan terus kita matangkan,dan Insha Allah, delegasi PWI Riau berangkat tanggal 7 Februari 2025 nanti,” terang Dheni Kurnia didampingi Plt. Sekretaris Dr. H. Eka Putra dan Plt. Ketua DKP Saparudin Koto, di Pekanbaru.
Menurut Dheni, beberapa wartawan senior Riau juga akan ikut berangkat ke HPN Banjarmasin. Sebab bakal menerima Press Card Number One (PCNO), yang merupakan penghargaan bergengsi yang diberikan PWI untuk wartawan dengan masa pengabdian profesi selama minimal 25 tahun tanpa henti.
“Alhamdulillah, tahun ini beberapa wartawan senior Riau yang telah lebih 25 tahun, bahkan ada yang sudah 40 tahun, konsisten menjadi wartawan, bakal dianugerahi Press Card Number One (PCNO) di HPN 2025 Banjarmasin,” tutur Plt Ketua PWI Riau Dheni Kurnia.
Dijelaskan Dheni, pada HPN 2025 Banjarmasin yang dijadwalkan dihadiri Presiden Prabowo Subianto, Delegasi PWI Riau akan mengikuti berbagai rangkaian acara sejak 7 Februari hingga 9 Februari 2025. Mulai dari Summit Media, Anugerah Jurnalistik Adinegoro, Pameran Pers, Pameran UMKM, Aksi Wartawan Menanam, Rapat Kerja SIWO serta pemberian Pena Emas dan
Pin Emas kepada kepala daerah yang telah memberi kontribusi terhadap kegiatan pers di masing-masing wilayahnya.
Khusus Summit Media, akan diisi dengan seminar tentang Program Prabowonomics yang bakal membahas
seputar program kerja unggulan Presiden Prabowo Subianto yang langsung berhubungan dengan masyarakat dan menghadirkan menteri terkait sebagai narasumber serta kepala daerah, akademisi untuk menyampaikan kebijakan.
“HPN 2025 di Kalsel akan memberikan kesan tersendiri bagi PWI Riau. Sebab di tengah sedikit problematika organisasi, PWI yang sah dibawah Ketua Umum Hendry Ch Bangun berhasil mempersiapkan kegiatan HPN yang didukung penuh Pemprov Kalimantan Selatan,” tutur Dheni.
News
Perebutkan Hadiah Rp15 Juta, Semua Peserta HPN 2025 Otomatis Peserta Lomba Baca Puisi
Published
11 hours agoon
January 22, 2025Jakarta, Koin24.co.id – Semua peserta Hari Pers Nasional (HPN) 2025 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan sejatinya secara otomatis adalah peserta Lomba Baca Puisi antarwartawan Se-Indonesia 2025, yang diadakan dalam rangakaian HPN 2025.
Lomba Baca Puisi HPN 2025 yang diselenggarakan PWI Pusat dan Pemerintah Provinsi Kalsel, sebagaimana dikatakan pengarah acara Raja Parlindungan Pane di Jakarta,pada Rabu(22/1/2025),acara akan digelar pada 7 Februari 2025, mulai pukul 19.30 WITA, bertempat di gedung RRI Banjarmasin, Kalsel, dan dinilai oleh sejumlah tim juri yang sudah ditetapkan.
Tim Juri akan diketuai oleh Benny Benke, dan beranggotakan A.R. Loebis, Djunaedi TA, Dhenny Kurnia, dan Wina Setiyani selaku sekretaris.
Sedangkan setiap peserta dibebaskan membacakan puisi karya sendiri atau orang lain, dengan; “Tema kepahlawanan dan pembangunan bangsa”.
Dijelaskan Benny Benke, dalam penilaian lomba baca puisi kali ini, parameter estetik yang digunakan meliputi beberapa aspek yang menjadi fokus utama dalam penilaian.
Yaitu, Teknik Pembacaan: Memperhatikan intonasi, pengucapan, kejelasan suara, serta penempatan tekanan suara yang tepat. Teknik seperti pernapasan dan tempo pembacaan juga menjadi faktor penting.
Ekspresi dan Penjiwaan: Kemampuan peserta dalam mengekspresikan emosi yang terkandung dalam puisi. Penjiwaan yang baik akan membuat pembacaan lebih hidup dan dapat menarik perhatian audiens.
Penyampaian Makna: Kejelasan dalam menyampaikan makna puisi, bagaimana peserta menginterpretasikan tema dan pesan dari puisi tersebut.
Gestur dan Bahasa Tubuh: Penggunaan gestur, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh yang mendukung pembacaan. Ini dapat membantu menyampaikan emosi dan membuat penampilan lebih dinamis.
Kesesuaian dengan Tema: Sejauh mana penyampaian puisi sesuai dengan tema lomba atau konteks yang diinginkan.
Keterhubungan dengan Audiens: Kemampuan peserta dalam menarik perhatian dan berinteraksi dengan audiens, seperti menjalin koneksi emosional.
Penghayatan terhadap Puisi: Seberapa dalam pemahaman dan penghargaan terhadap puisi, yang tercermin dalam cara membawakan dan menafsirkan.
“Dengan mengadopsi sistem setengah kompetisi, setiap peserta yang telah mendaftar ulang ke panitia, akan membacakan sebuah sajak/puisi. Lalu akan dipilih sepuluh besar, yang akan tampil di babak final,” kata Benny Benke.
Setiap juara, selain akan mendapatkan tanda mata dari panitia, juga akan mendapatkan tali asih yang lumayan dari Panitia HPN 2025 Banjarmasin.
“Jangan lihat jumlahnya, tapi kemampuan untuk membeli oleh-oleh untuk orang terkasih di rumah,” imbuh A.R Loebis sembari menjelaskan total hadiah sebesar 15 juta rupiah. Atau Juara 1 Rp.5jt, Juara 2 Rp.4jt, Juara 3 Rp.3jt, Harapan 1 Rp.1jt, Harapan 2 Rp. 1jt, dan Harapan 3 Rp. 1jt.
Untuk lebih jelasnya, daftarkan ulang nama tuan dan puan sekalian ke nomor A. R Loebis (0821-2320-2053), Benny Benke (0878-8071-6040), dan Wina Setiyani (0812-8207-896).
News
Pengurus PWI Banten Resmi Dilantik, Hendry Ch Bangun: Kembalikan Marwah Organisasi Pers yang Profesional
Published
1 day agoon
January 21, 2025Serang, Koin24.co.id – Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Banten Periode 2024-2029 resmi dilantik Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch Bangun.
Pelantikan dilangsungkan di Hotel Horison Ratu Serang,pada Selasa(21/1/2025). Acara pelantikan dihadiri sejumlah tokoh penting, di antaranya Penjabat (PJ) Gubernur Banten Ucok Damenta, kepala daerah se-Provinsi Banten, Ketua DPRD kabupaten/kota se-Banten, akademisi, pimpinan organisasi, tokoh agama, organisasi wartawan dan pimpinan redaksi media massa di Banten.
Ketua PWI Provinsi Banten Mashudi dalam sambutannya menegaskan komitmennya untuk melanjutkan program-program yang telah digagas PWI Pusat, terutama dalam peningkatan kapasitas anggota melalui pelatihan.
“Dari 10 program PWI Pusat, 9 di antaranya adalah pelatihan. Kami di PWI Banten akan mengikuti program tersebut. Selain itu, anggota PWI ke depan tidak hanya diwajibkan pandai menulis, tetapi juga memiliki wawasan kebangsaan yang kuat,” ujar Mashudi.
Mashudi juga menekankan pentingnya kerja sama dengan pemerintah daerah, TNI, dan Polri untuk membekali anggota PWI dengan wawasan kebangsaan dan bela negara. “Ini penting agar wartawan memiliki tanggung jawab besar terhadap negara dan masyarakat,” tambahnya.
Ketua PWI Pusat Hendry Ch Bangun mengingatkan bahwa pengurus PWI Banten memiliki tugas berat untuk mengembalikan marwah organisasi.
Menurutnya, selama bertahun-tahun PWI Banten belum menonjol dalam prestasi, padahal berdekatan dengan pusat kegiatan nasional.
“Pengurus baru harus mampu mengembalikan martabat PWI Banten. Kegiatan kewartawanan baik nasional maupun internasional harus mulai muncul dari Banten. Saya berharap uji kompetensi wartawan dapat dilaksanakan secara rutin di sini,” ujar Hendry.
Ia menambahkan bahwa PWI Banten harus menjadi pelopor dalam meningkatkan wawasan dan kompetensi wartawan agar mampu menjawab tantangan zaman. “Dengan peningkatan ini, PWI Banten bisa mendapatkan tempat yang baik di masyarakat,” tuturnya.
Sementara itu Pj Gubernur Banten, Ucok Damenta, menegaskan pentingnya peran pers dalam mengawal pembangunan. Ia berharap insan pers di Banten dapat mengedepankan profesionalisme, mematuhi kode etik jurnalistik, dan memperkuat sinergi dengan pemerintah daerah.
“Pers yang profesional adalah harapan masyarakat. Kami sangat terbuka untuk bermitra dengan PWI demi membangun potensi daerah dan menjaga integritas organisasi,” ujar Ucok.
Ia juga mengajak PWI Banten untuk menjadi pilar kokoh yang memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat Banten.
PWI Riau Kirim Delegasi ke HPN 2025 di Kalimantan Selatan,Dheni Kurnia:Kami Siap Memeriahkan Kegiatan
Perebutkan Hadiah Rp15 Juta, Semua Peserta HPN 2025 Otomatis Peserta Lomba Baca Puisi
Pengurus PWI Banten Resmi Dilantik, Hendry Ch Bangun: Kembalikan Marwah Organisasi Pers yang Profesional
Mahkamah Agung Kabulkan Peninjauan Kembali Apartemen Gardenia Bogor
Ketua Panpel HPN Raja Pane Sebut Sudah 29 PWI Provinsi Mendaftar,Ikut HPN 2025 di Banjarmasin
Gemapatas 2025 di Kalimantan Tengah Resmi Diluncurkan Secara Serentak
PWI Pusat Bentuk Tim Persiapan Kongres Dipercepat
Dukung Ciptakan SDM Unggul PWI Pusat dan Universitas Sahid Jakarta Jalin Kerja Sama
Lima Advokat Muda Perkuat LKBPH PWI Pusat
Peserta Anugerah Jurnalistik Adinegoro Meningkat
LKBPH PWI Pusat Kutuk Pembakaran Kantor Redaksi di Bogor
Raja Parlindungan Pane Pastikan Persiapan HPN 2025 Banjarmasin Sudah 100 Persen Siap
Program Toco Goes To School Sukses Wujudkan Pelaku Usaha di Kalangan Gen Z
Delapan Hari Lagi, Pendaftaran Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2024 Ditutup
Capaian Kinerja 2024, BNNK Lamsel Lampaui Target Pemberantasan Narkoba
Ketum PWI Pusat Apresiasi Media Ikut Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2024
Pendaftaran Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2024 Ditutup Jelang Pergantian Tahun
Ketum PWI Pusat Minta Persiapan Teknis HPN 2025 Dimulai Pekan Depan
Banjarmasin Tuan Rumah HPN 2025: Peringatan Tegas untuk PWI Ilegal KLB
Sambut Panitia Pusat HPN, Sekdaprov Kalsel Siapkan Soft Launching
Sarapan Subuh, ketan bumbu dan gemblong ketan
Gara-gara Covid-19 rela berbuat seperti ini
“Martabak Alul” kaki 5 yang melayani dengan berbagai jenis pembayaran
Nasi kebuli murah meriah di Bambu Apus
DIRGAHAYU TNI “SINERGI UNTUK NEGERI”
Sambutan Kapolda Metro dalam rangka Baksos Sembako 25 ton menyambut HUT ke-65 Lantas Bhayangkara
Sepenggal sejarah merah putih di tanah Papua
Pramuka Saka Wira Kartika Kodim 0505/JT bantu giat cek poin perbatasan
Ucapan Selamat Idul Fitri dari Letnan Jenderal TNI AD, Doni Monardo, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Simak video ini soal test cepat Covid-19
Terpopuler
-
News2 months ago
BPN: Publik Melek Teknologi Mampu Tekan Sengketa Tanah
-
News1 month ago
Anugerah Adinegoro 2024: Dari Media Kecil Hingga Besar, Saatnya Bersinar di Ajang Bergengsi!
-
News2 months ago
Penyidik Sita Uang Rp 288 Miliar dari Perkara Korupsi dan TPPU PT Duta Palma Group
-
News1 month ago
Berman Nainggolan Siap Maju Jadi Ketua Umum PWI Pusat, Siapkan Dana Rp5 Miliar