News
Pengumuman Peraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2024: Siapa yang akan meraih hadiah Rp 100 juta rupiah?

Published
2 weeks agoon

Jakarta, Koin24.co.id – 4 Februari 2025–Mengukir babak baru dalam sejarah pers nasional, PWI Pusat -dengan bangga mempersembahkan Penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2024 yang sekaligus merayakan Hari Pers Nasional (HPN) 2025. Acara ini akan menyuguhkan siapa karya pers terbaik di Indonesia yang berhak meraih hadiah seratus juta rupiah untuk masing-masing kategori.
Selain itu, simak pula TalkShow eksklusif bertema “Pers Indonesia di Era Digital dan AI”, di mana para insan pers terkemuka akan mengungkap dinamika, tantangan, dan inovasi dalam jurnalisme masa kini, disiarkan langsung melalui jaringan LPP RRI, pada Selasa 4 Februari 2025 mulai pukul 13.30WIB yang salah satunya bisa ditonton melalui kanal Youtube RRI Net di: https://s.id/LIVEAJA2024 . Ujar Ketua panitia Adinegoro Dr Artini Senin (3/2/2025).
Dr. Artini mengatakan Setelah bersidang cukup alot, para dewan juri yang terdiri dari tokoh-tokoh pers senior, telah bersepakat bulat menentukan karya-karya yang meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2024. Sebagai penghargaan tertinggi yang digelar oleh PWI Pusat sejak tahun 1974, Anugerah Jurnalistik Adinegoro ini terbuka bagi seluruh wartawan Indonesia dengan karya-karya yang telah di-release sepanjang tahun 2024.
Untuk kali ini, Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2024 terbagi dalam lima kategori utama, yaitu Video, Audio, Foto, Siber, dan Cetak, serta dua kategori tambahan, yakni Pers Kampus dan Jurnalisme Warga. Setiap peraih penghargaan di kategori utama akan mendapatkan hadiah senilai Rp 100 juta, serta kesempatan mendapatkan beasiswa pendidikan yang diberikan oleh LSPR Institute of Communication and Business, sementara untuk kategori Pers Kampus dan Jurnalisme Warga masing-masing mendapatkan penghargaan sebesar Rp 25 juta.
Nomine Penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2024
Dari tujuh kategori yang sudah ditentukan, terdapat masing-masing 3 nomine yang akan memperebutkan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2024. Para nomine tesebut adalah:
Nomine Kategori Foto:
Agus Susanto
Kompas
Siluet Warga Berebut Beras Merah
Jamal Ramadhan
kumparan
Presiden Baru dan Maungnya
Maman Sukirman
sindomakassar.com
Susur Sungai Kembalikan Logisitk Pemilu dari Desa Pelosok Maros
Nomine Kategori VIDEO:
Didin Iswandani
CNN INDONESIA TV
Melawan Penjagal Hutan Kalimantan
Fajar Nugraha
Deduktif.id dan End Modern Slavery Now!
Neraka Perbatasan: Jejak Mafia Judi Online dan Perbudakan Digital di Asia
Mohammad Suriadin
PT. LATIVI MEDIA KARYA (tvOne)
Longsor Maut Tambang Emas Ilegal
Nomine Kategori AUDIO:
Ardi
RRI Merauke
Jeritan Petani di Ufuk Timur
Charnila Kandi
RRI MAKASSAR
SEKO : Menanti Perubahan ditengah Janji Pilkada
Taufik Hidayat
RRI Sintang
JEBAKAN MAUT JUDI ONLINE-Generasi kini dalam lingkar adiksi internetr
Nomine Kategori CETAK:
Fajar Pebrianto
TEMPO
Kode Blok Medan di Halmahera
Fajar Pebrianto
TEMPO
Putra Mahkota di Kompong Dewa
Praga Utama
TEMPO
Skandal Guru Besar Abal-abal
Nomine Kategori Siber:
Erandhi Hutomo Saputra
kumparan
Terimpit Proyek Raksasa PIK 2 di Utara Tangerang
Johanes Galuh Bimantara
Kompas.id
Dunia Tipu-tipu Lowongan Kerja Palsu
Silvano Hajid Maulana
BBC News Indonesia
Cara anak muda Mentawai menjaga tradisi – ‘Kami bukan orang-orang terbelakang’
Nomine Kategori Jurnalisme Warga:
Alif Utomo
https://web.facebook.com/alif.utomo.7
“Robohnya Benteng Moral Generasi Penerus Bangsa”
Dwi Setyowati
www.instagram.com/uwievelo
Krisis Iklim dan Tantangan Diplomasi Air
Dwi Setyowati
www.instagram.com/uwievelo
Tantangan Keberlanjutan Desa Wisata Garongan Sleman
Nomine Kategori PERS KAMPUS:
Angga Sentosa WIjaya
Universitas Djuanda Bogor
Gerakan Kranggen Community, Menjaga Lingkungan Menghilangkan Kekhawatiran
Asyani Rahayu Simatupang
Unit Kegiatan Pers Mahasiswa Genta Andalas
Modal Kesantunan Budaya sebagai Urgensi Kesantunan Bahasa Anak
Zulkifli Ramadhani
UKPM Genta Andalas
Antara Sampah dan Kepedulian : Realita Sekolah Berdekatan dengan TPA
. Disusun berdasarkan abjad
Simak tayangan langsungnya Selasa, 4 Februari 2025 di kanal Youtube RRI Net,mulai pukul 13.30 WIB.
Acara Penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2024 ini tidak hanya menjadi ajang pengumuman pemenang penghargaan, tetapi juga menjadi platform untuk mendiskusikan tantangan dan peluang Pers Indonesia dalam menghadapi era digital dan kecerdasan buatan. Dengan nuansa diskusi yang mendalam dan narasumber yang kompeten, diharapkan acara ini dapat memberikan inspirasi serta pemikiran kritis dalam pengembangan dunia jurnalistik tanah air.
Jadi, sudah tidak sabar menantikan siapa para peraih Penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2024.
You may like
News
HPN 2025 Kalsel: Zainal Helmie Pandai Mengelola Kompleksitas

Published
1 day agoon
February 16, 2025
Banjarmasin, Koin24.co.id – Ada sejumlah tokoh kunci di Kalimantan Selatan (Kalsel) yang turut mengantar kesuksesan Hari Pers Nasional (HPN) 2025 di Banjarmasin, Kalsel.
Mereka antara lain Gubernur Kalsel H. Muhidin, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalsel HM Muslim serta Koordinator HPN Daerah Kalsel Toto Fachrudin, dan Ketua PWI Kalsel Zainal Helmie. Mereka ini dan tentu sejumlah orang yang tidak disebutkan satu per satu di sini, menjadi unsur penting penyebab HPN sukses.
Decak kagum dan pujian keberhasilannya menggema, menjadi bahan obrolan di mana-mana hingga berhari-hari setelah HPN usai. Gaung ketulusan pelayanan terpateri dalam ingatan. Bahkan terekam di langit!
HPN itu sendiri sudah berakhir pada puncak hari peringatannya, 9 Februari 2025 di Kampleks Perkantoran Gubernur Kalsel di Banjarbaru. Perhelatan HPN menjadi ajang silaturahim antar insan pers, termasuk pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dari 30 provinsi yang hadir beserta keluarganya.
Dalam perhelatan HPN di Kalsel ini kita boleh bertanya urusan HPN kepada Zainal Helmie dan Toto Fachrudin. Mereka ini seperti encyclopedia berjalan tentang HPN. Sedang di kepanitiaan pusat ada juga sosok penting yaitu Hendry Ch Bangun, penanggung jawab HPN dan Raja Parlindungan Pane Ketua Panitia Pelaksana HPN Pusat.
Saya ingin bercerita sedikit tentang salah seorang tokoh kunci HPN yang berada di balik panggung. Dia adalah Zainal Helmie, Ketua PWI Kalsel.
Fotonya terpampang di spanduk-spanduk HPN bersama Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch Bangun dan Gubernur Kalsel H. Muhidin.
Bagi warga yang tinggal di Kompleks PWI di Kelurahan Sungai Andai, Banjarmasin Utara, pasti sudah mengenal sosok kalem yang bernama lengkap Zainal Helmie Masdar ini. Dia bersama keluarga memang tinggal di kompleks tersebut.
Zainal Helmie dalam menggerakkan HPN diibaratkan sebagai gerbong kereta api paling depan. Sebagai lokomotif yang punya power tinggi.
Bersama Toto Fachrudin, ia menggerakkan kekuatan-kekuatan penting dalam mewujudkan terlaksananya HPN dengan baik.
Meskipun sebagai lokomotif, dia lebih banyak tampak di belakang. Di belakang layar, di belakang gemerlapnya panggung HPN. Sosoknya dapat dibilang low profile, rendah hati.
Sebagai pimpinan PWI Kalsel sebagai tuan rumah perhelatan besar dengan tamu sekitar 3000 orang, termasuk Menteri Kebudayaan Dr. Fadli Zon, ia memimpin dengan kepekaan rasa.
Contoh paling kecil, ketika ada anggota tim panitia dari Jakarta bilang, “Durian Banjarmasin legit-legit,ya”, Zainal Helmie menangkap makna cletukan yang mungkin hanya untuk bumbu obrolan ringan (small talk).
Akan tetapi Zainal Helmie memaknai lebih luas. Akibatnya kami yang berada dalam rombongan itu “disandra” tidak boleh kembali ke hotel dulu.
Kami digiring ke tempat penjual durian. Setelah puas menikmati durian lokal hasil bumi Borneo, kami baru boleh kembali ke hotel.
Karena kepekaan Zainal yang tinggi, saya sebagai tamu dari PWI Pusat, memilih diam, tidak memberi komentar apapun tentang makanan atau sesuatu yang enak.
Tetapi posisi diam juga kurang tepat dalam pergaulan. Bisa dibaca lain. Bisa dianggap kurang berkenan dengan keadaan. Harus ada small talk, supaya suasana lebih cair untuk mendukung keberhasilan kerja sama.
Dalam suasana kerja sama yang kompak, kami pun bisa saling mengerti mana gurauan, mana pernyataan, mana pertanyaan, dan mana permintaan.
Kepekaan atau sensitivitas yang tinggi plus pengelolaan kompleksitas yang tepat, membuat semua nyaman. Dan, kesuksesan pun terwujud.
Kemampuan-kemampuan seperti itulah yang dimiliki Zainal Helmie wartawan senior yang kini sebagai Direktur Utama PT Klikkalsel Media Mandiri, perusahaan pers Klikkalsel.com. Dia pandai mengelola kompleksitas. (Catatan M. Nasir, Wartawan Harian Kompas 1989- 2018).(***)

Cerita Dongeng Ian Situmorang
Jakarta, Koin24.co.id – Di negeri Wakanda hidup seorang Raja bernama Galaxy. Merasa memiliki kekuasaan tanpa batas, ia pun mengatur segala ragam level pimpinan bangsa. Ia sesukanya menujuk orang menjadi petinggi negeri.
Penunjukan tokoh bukan karena cakap dan berkepribadian kuat. Dasarnya (secara tidak tertulis), adalah harus tunduk kepada Raja dalam segala hal. Petinggi bak boneka, begitulah.
Raja Galaxy berkuasa dan seolah tiada akhir. Ia pun semakin liar dan berbuat seenaknya. Pikirnya, mana mungkin ada panglimanya berani bersuara dan bertindak di luar kendalinya.
Alkisah, di depan para petinggi negeri itu diadakan pemilihan Panglima secara terbuka (ceritanya mau demokratis). Panglima baru negeri Wakanda adalah hasil kesepakatan dan sesuai regulasi yang berlaku. Sang Raja senang, karena yang terpilih adalah orang yang sudah dikenal baik dan berpengalaman di berbagai kegiatan.
Everybody hepi, begitulah. Suasana di negeri Wakanda di bawah arahan Panglima baru bernama Wakeup berjalan baik. Masyarakat semakin antusias mengikuti aturan main yang disusun ulang secara apik oleh mister Wakeup dan staf professional di sekitarnya.
Tak ada lagi tokoh yang dikultuskan. Negeri Wakanda harus berjalan sesuai konstitusi yang menempatkan hukum sebagai panglima tertinggi, tanpa harus seijin Raja. Berani ya melawan arus.?
Waduh. Suasana menjadi tegang bagi pihak tertentu, khususnya bagi Raja Wakanda. Dia mulai merasa matahari tidak lagi berpusat padanya. Perlahan, pamor Jenderal Wakeup makin mengkristal.
Sang Raja tidak tinggal diam. Harus bertindak, lewat diplomasi atau kekerasan angkat senjata. “Apa-apaan tuh si Wakeup. Saya yang membuatnya mejadi Panglima, tapi tidak mau tunduk,” gumam tuan Galaxy.
Panglima, Jenderal Wakeup keukeuh pada kebenaran menjalankan roda negeri sesuai amanah yang diterima. Bukan tidak menghormati para senior yang hidupnya saat ini telah mapan, tapi harus mengedepankan rule of the game.
Bagi Jenderal Wakeup, orientasi kerja dan pengabdian adalah untuk kepentingan rakyat. Bukan untuk menyenangkan hati secara pribadi Raja Wakanda. Inilah yang membuat tuan Galaxy dan konco sekitarnya tersinggung.
Pertemuan, diskusi, rapat rahasia sambil makan enak-enak di istana mewah berkali-kali dilaksanakan. Raja Wakanda bertitah kepada pengikut setianya. “Cari titik lemah dari Jenderal Wakeup. Telusuri latar belakang hingga peraturan yang dikeluarkan.”
Lapor Raja! Kata intel yang suka carmuk karena sering mendapat bonus. Menurutnya, Jenderal Wakeup melakukan korupsi. Uang sumbangan negara digunakan untuk kepentingan pribadi dan foya-foya.
“Mati kau,” pikir Raja Galaxy. Strategi berbau fitnah pun disebarkan ke selusuh pelosok negeri. Tujuannya agar masyarakat Wakanda menghujat Wakeup dan mengusirnya ke tanah pembuangan.
Rupanya Panglima Wakeup memang jago dan banyak akal. Sepertinya ia memahami strategi Sun Tzu. Ia paham betul strategi perang melawan pihak lalim. Maju terus. Tidak sudi mundur dari medan perang, walau sesungguhnya tidak tega main kotor memprovokasi lawan.
Membina dan membangun hubungan kekerabatan di tengah rakyatnya, itu jauh lebih penting. Ketimbang enerji terkuras urusan dengan orang yang panik, lebih baik guyub bersama grass rooth.
Strategi Wakeup ternyata jitu. Tercatat 30 dari 39 provinsi di negeri Wakanda hadir saat diundang. Sedangkan acara yang digelar Raja Galaxy sepi pih.
Saking malu, Raja Galaxy berlari kencang ke Desa Konoha. Polos telanjang tanpa busana. Bertapa sendirian, berharap dapat wangsit agar memiliki kekuatan gaib. Walau tubuh dan pikirannya sudah tak karuan, tetap saja ia ingin berkuasa. Kasihan deh lu..!
“Ternyata Panglima Wakeup bukan Jenderal angkuh. Ia mau mengajak sang raja dan para pengikutnya yang tak realistis untuk kembali. Tentu dengan syarat yang sebenarnya tidak sulit. ‘Taat aturan main yang sah’,” itu saja. Mau atau mau bangettt? Hi…hi. *

Jakarta, Koin24.co.id – Mendidih, menggelegar, berteriak marah Jari-jaripun dikepalkan, keras membatu Siap menghatam, meluluhlantakkan Tidak boleh ada yang membantah Meski untuk menuntut, memperjuangkan hak Sayalah sang raja diraja, katanya pongah Yang lain harus patuh, menundukkan kepala
Itulah sebait puisi dari puisi berjudul “Hati Yang Terbakar” karya sendiri, yang saya bacakan awal Lomba Baca Puisi dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) ke-40/2025, di Wetland Square, Banjarmasin, Kalimanta Selatan,Jumat (7/2/2025). Saya bukan peserta lomba, tapi tampil hanya sebagai selingan setelah lomba dibuka secara resmi oleh Ketua Umum PWI Pusat/Penanggung Jawab HPN 2025, Hendry Ch Bangun.
“Entah apa yang terjadi dengan Djunaedi, tiba-tiba saja dia (waktu itu) mendadak rajin dan lancar menulis puisi,” kata Hendry menyinggung tentang saya, ketika memperkenalkan tiga aggota juri lomba puisi, termasuk saya bersama AR Loebis dan Benny Benke. “Saya adalah lulusan sastra UI, AR Loebis sastra UGM, sedang Benny Benke penyair,” katanya, tanpa menjelaskan saya lulusan dari mana.
Ya, Ketua Umum PWI Pusat itu benar, saya bukan berlatarbelakang pendidikan sastra. Dan dugaan dia juga benar, saya menulis puisi karena ada sebab, saya lagi dirundung kekecewaan, sakit hati, bahkan sedikit stres terkait perkerjaan saya sebagai seorang wartawan pada awal Maret 2006. Sebagai pelarian, selain makin rajin menulis cerita pendek, saya juga belajar menulis puisi. Padahal puisi sebelumnya tidak saya sukai. Apalagi mendengar orang membaca puisi yang berteriak-teriak, seperti marah. Saya banyak belajar dari karya Hendry Ch Bangun dan sahabat saya AR Loebis.
Maaf, saya jadi terlalu asyik membicarakan diri sendiri. Lomba puisi HPN 2025 dengan 23 peserta berjalan lancar, peserta dan para juaranya sama-sama senang, enjoy. Acara ini hanya sebagian kecil dari kegiatan HPN. Banyak kegiatan lainnya, seperti olahraga massal, kegiatan sosial, seminar, diskusi di berbagai lokasi, serta acara pucak HPN yang digelar di Halaman Kantor Gubernur Kalsel, di Banjarbaru. Acara puncak berjalan meriah, di bawah tenda khusus memanjang, ber-AC, dipadati anggota PWI, IKWI dari seluruh negeri, serta para undagan dan tamu-tamu. Hadir dan menyampaikan sambutan Menteri Kebudayaan Fadli Zon.
Itu bukan pertamakalinya Presiden RI tidak hadir pada acara pucak HPN. Hal serupa pernah terjadi, seperti ketika Jokowi baru saja menjadi Presiden pada tahun 2015, saat PWI Pusat dikomandoi Margiono. Bahkan ada pula Presiden yang menunjuk wakil presiden mewakilinya. Yang pasti pelaksanaan perayaan puncak HPN sejak Presiden Soeharto berkuasa, selalu mendapat perhatian khusus dari pemerintah. HPN, yang digelar pertamakalinya tahun 1985, di Jakarta, merupakan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1985 tentang Hari Pers Nasional.
Meski PWI Pusat di bahwa komando Hendry Ch Bangun akhir-akhir ini sedang tidak baik-baik saja, karena adaya sempalan–yang mereka sebut sebagai hasil Kongres Luar Biasa (KLB) 18 Agustus 2024, di Jakarta–persiapan dan pelaksanaan HPN 2025 di Kalsel belangsung sukses. Semua berjalan sesuai recana, termasuk pelaksanaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2024 yang berhadiah ratusan juta rupiah. Semua angota panitia bekerja sesuai tanggungjawab masing-masing.
Saya yang tergabung pada tim penerbitan buku dan lomba puisi, menjalankan tanggung jawab sebagai mana mestinya. Sebagai salah seorang editor, dari dua editor, untuk buku setebal 176 halaman berjudul Bumi Lambung Mangkurat Bentangan Zamrud; Lumbung Pangan, Pertanian, dan Wisata, saya bahkan masih sempat menyumbangkan lima tulisan. Sebetulnya kami siap menerbitkan sejumlah buku lainnya yang telah terdaftar, seperti pada HPN-HPN sebelumnya. Sayang waktu terlalu mepet.
Yel Yel HCB
Ada hal baru di HPN Kalimantan Selatan, yang di gelar di dua kota Banjarmasin dan Banjarbaru. Jika biasanya, dalam hal tertentu, sekelompok angota PWI, dari pusat maupun daerah, sepakat untuk meneriakkan yel yel PWI; “PWI. yes, yes, yes” dengan berteriak serentak, pada HPN ke-40 di Kalsel muncul yel yel baru; “HCB. Yes, yes, yes.” Kompak dan bersemangat. Saya menterjemahkan yel yel HCB tersebut sebagai dukungan terhadap Ketua Umum PWI Pusat yang syah, Hendry Ch Bangun. Hendry memang perlu disemangati, didukung, agar organisasi wartawan tertua di Nusantara ini tetap berjalan denga baik. Jadi ada dua yel yel yang menggema selama pelaksanaan HPN Kalsel yang diteriakkan silih berganti. Suatu hal wajar. HCB. Yes, yes, yes, bergema di beberapa tempat, termasuk usai acara puncak.
Saya mengenal Hendry Ch Bangun sejak tahun 1980. Kami berjumpa pertama kalinya di tempat wisata Taman Nasional Bali yang terkenal dengan Pulau Mejangan. Kami berada di sana utuk meliput Jambore Selam Indonesia. Saya dari Harian Suara Karya Jakarta dan Hendry dari Majalah Sportif. Jambore selam nasional telah mempertemukan kami mejadi dua sahabat, karena sejak itu kami kerap berjalan bersama dalam meliput berbagai kegiatan olahraga, terlebih setelah HCB, demikian dia kerap kami sebut sesuai dengan kode beritanya setelah berada di Kompas.
Bekerja di Harian Kompas, jelas suatu kebanggan dan kehormatan, sebuah koran berpengaruh terbesar dan terkenal. Namun predikat itu tak membuat Hendry lupa diri, sombong. Nyatanya kami tetap bersahabat. Dia banyak memberi kesempatan pada saya. Dia yang mendorong saya menjadi seorang penguji (asesor) uji kompetensi wartawan (UKW), dia pula yang megajak saya masuk dalam pengurusan PWI Pusat, termasuk menjadi Wakil Sekjen PWI (penggantian antarwaktu). HCB pula yang mengajak saya masuk ke Dewan Pers sebagai salah seorang anggota kelompok kerja (Pokja).
Hendry memiliki segalanya. Namun dalam berteman, putra dari salah seorang tokoh politik ternama ini, tak pernah pilih-pilih. Dia siap membantu, diminta atau tidak. Namun jangan coba memaksakan kehendak, mengaturnya harus begini dan begitu. HCB memiliki prinsip. Dia berpegang teguh terhadap nilai-nilai yang diyakini. Jangan coba-coba memaksakan, jawabannya adalah tidak. Dan sikapnya itu ternyata dinilai sejumlah orang tidak fleksibel, apalagi sebagai seorang pemimpin.
Salah seorang wartawan senior, dalam percakapan dengan saya, menilai HCB sebagai seorang Ketua Umum PWI Pusat tidak luwes, tidak mudah beradaptasi, atau tidak lentur. Sikapnya itulah, kata wartawan senior itu, membuat Hendry akhirnya dituding terlibat kasus cashback. HCB, dikatakan senior itu, merupakan korban dari “orang dalam” PWI sendiri, yang menebar tudingan melalui berbagai cara, termasuk leat “pernyataan rilis gelap.”
“Harusnya Hendry meniru sikap salah seorang Ketum yang pernah ada. Dia luwes, jika disentil oleh tokoh tertentu dia langsung datangi tokoh itu ke rumahnya. Persoalan selesai. Itu yang tak mau dilakukan Hendry,” ujar wartawan senior itu yang tidak tergabung dalam PWI Pusat yang dipimpin HCB.
Senior tersebut bahkan mengaku bertamu langsung ke rumah kediaman Hendry, setelah tudinggan cashback mencuat. Pengakuan serupa juga dikatakan salah seorang senior lainnya. Keduanya tidak menemukan “sinyal” apa-apa bahwa HCB terlibat kasus cashback.
Saya termasuk yang tidak yakin HCB tersangkut langsung kasus cashback. Saya sangat hapal sikap Hendry terkait uang. Ketika masih di lapangan, saat banyak wartawan mengharapkan “amplop”, dia malah menghindar. Bahkan ketika dia diundang induk organisasi untuk meliput kegiatan di luar kota, dia bahkan tidak mengambil uang saku, dan tidak memanfaatkan hotel yang disediakan pengundang. Dia memanfaatkan biaya kantor.
Ketika dia baru saja terpilih sebagai Ketua Umum PWI Pusat, saya mendengar ada tawaran dari seorang pengurus bahwa Hendry Ch Bangun bersama Sekjen PWI Pusat akan diberi uang operasional bulanan. Dia menolak. Begitu pula ketika ada wacana menyediakan sebuah mobil lengkap dengan sopir untuk keperluan harian. HCB Juga menolak, meski ada beberapa pengurus berusaha menyakinkan bahwa sebelumnya ada Ketua dan Sekjen yang menerima fasilitas uang (gaji) bulanan.
Terkait cashback, saya mendengar sudah ada aturannya di PWI Pusat. Hal itu kabarya sudah berlangsung sejak lama. Lah, jika benar cashback terjadi di era sekarang, kenapa hal itu dipersoalkan? Hal itu harus dibuat terang benderang. Itulah jalan pikiran saya yang perlu mendapat pencerahaan.
Jabatan Satu-Satunya di Dunia
Kenapa mendadak saya suka menulis dan membaca puisi? Pertanyaan Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch Bagun dalam sambutannya itu terjadi karena saya mengalami “musibah”. Sebagai seorang wartawan. Apa yang saya alami sangat menyakitkan. “Kiamat”, itulah yang saya hadapi sebagai seorang wartawan, karena dilarang menulis berita, membuat tulisan opini, juga tak boleh membuat tajuk rencana (editorial). Padahal hari-hari sebelumnya hal itu akrab dengan saya.
Itu terjadi mulai 1 Maret 2006, ketika Pemimpin Redaksi Harian Suara Karya yang baru mengeluarkan SK, memberhentikan saya sebagai Redaktur Pelaksana dan metapkan sebagai Redaktur Pelaksanan Non News. Jabatan baru itu tidak pernah ada di media manapun, bahkan di dunia, karena yang namanya Redaktur Pelaksana selalu berubungan dengan news. Sementara tiga wakil redakur pelaksana semuanya diberi jabatan Redaktur Pelaksana yang dibagi menjadi bidang news, korlip, dan lainnya.
Sebagai Redaktur Pelaksana Non News saya dilarang menulis berita, opini, tajuk, dan sejenisnya. Namun aturan itu tidak tertulis dalam SK, juga tak ada penjelasan dari Pimpred. Anehya yang memberi tahu saya adalah para redaktur bidang, yang meyatakan mereka diinstruksikan untuk tidak diperkenankan menerima karya jurnalistik saya. Tugas saya adalah membantu bidang usaha, terutama manejer iklan melakukan pendekatan kepada pengambil kebijakan di berbagai perusahaan, baik BUMN maupun perusahaan swasta.
Bagi saya pekerjaan itu bukan persoalan. Yang saya heran kenapa saya tetap ditempatkan sebagai Redaktur Pelaksana, bukannya dipindahkan saja ke bidang usaha. Pejelasan tentang itu akhirnya saya dapatkan dari Pemimpin Umum. “Anda ditempatkan di Redpel Non News, tapi lebih banyak membantu bidang usaha. Nggak usah jadi pikiran, toh gaji anda tak berkurang,” tuturnya.
Namun akhirnya saya tahu kenapa jabatan Redaktur Pelaksana saya dicopot? Itu karena ada 5
bawahan saya—wakil redpel, redaktur bidang, dan wakil redaktur bidang—menghadap Pimpinan Redaksi yang baru, melaporkan bahwa saya melakukan korupsi bersama salah satu dari bidang usaha. Apa yang saya korupsi? Sampai sekarang saya sendiri nggak mengerti.
“Maaf Bang, saya dipaksa ikut mendongkel Abang. Abang tadinya diusulkan turun jabatan menjadi redaktur olahraga, atau kepala sekretariat redaksi. Namun pimpinan umum menolak. Jadilah Abang mejadi Redaktur Pelaksana Non News,” kata salah seorang rekan redaktur.
Ya, akhirya saya bisa menimati tugas baru. Hampir tiap hari pakai jas, paling tidak pakai dasi, ketemu para direktur perusahaan. Makan enak di hotel-hotel atau restoran. Jika ada waktu senggang saya menulis cerita pendek (cerpen), kemudian belajar menulis dan membaca puisi. Lumayan, tulisan cerpen dan puisi saya selain dikirim ke media lain, juga bisa ditampilkan di Suara Karya dan diberi honor lagi. Lebih kurang 150 puisi saya telah dibukukan di kumpulan puisi HPN, di samping yang dimuat di sejumlah media. Cerpen pun lancar.
Sayangnya, ketika saya sudah bisa menikmati enaknya menjalani tugas baru, tujuh bulan kemudian diperintahkan kembali ke jabatan Redakatur Pelaksana tanpa embel-embel. Saya sempat meyatakan keberatan, namun tidak bisa mengelak, karena Piminan Umum menyatakan bahwa itu adalah perintah. Utungnya tak ada larangan menulis cerpen dan puisi. Alhamdulillah, kegiatan itu masih berjalan hingga sekarang.***(Djunaedi Tjuti Agus)

HPN 2025 Kalsel: Zainal Helmie Pandai Mengelola Kompleksitas

Merasa Raja dari Wakanda

HPN 2025 Kalsel Sukses, Yel Yel HCB Pun Menggema

Mari Kita Jual HPN

Ubah SHGB ke SHM Segera, Kepala BPN Palangka Raya Indra Gunawan: Pastikan Kepemilikan Hak Tanah untuk Rumah Tinggal Sesuai Ketentuan

Sukses HPN 2025 Banjarmasin Berkat Waja Sampai Kaputing

PWI Pusat Tetapkan Ahmad Muzani sebagai Anggota Kehormatan : Apresiasi Wartawan Berintegritas

Ketum PWI Hendry Ch Bangun:Farianda Sinik, Nasir Nurdin, dan Andi Gino Tetap Ketua PWI Provinsi

HPN 2025 Kalsel Sukses digelar,Ian Situmorang:Komplet,Sip Pake Telor

HPN 2025 di Banjarmasin Bertemu Wartawan Top

Mahkamah Agung Kabulkan Peninjauan Kembali Apartemen Gardenia Bogor

Satu Komando,PWI Provinsi Sulawesi Selatan Siap Menghadiri HPN 2025 di Banjarmasin

Usung Tema Ketahanan Pangan, PWI Provinsi Kepri Siap Menghadiri HPN 2025 di Banjarmasin

Ketum PWI Pusat Setujui Pengumuman Pemenang Adinegoro 4 Februari 2025

Gemapatas 2025 di Kalimantan Tengah Resmi Diluncurkan Secara Serentak

PWI DKI Jakarta Kirim Delegasi 20 Orang,Siap Sukseskan HPN 2025 Banjarmasin

PWI Umumkan Tujuh Pemenang Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2024

Road To HPN Kalsel 2025,OJK:Pinjaman Online Ilegal dan Judol Sangat Berbahaya,Literasi Solusinya

Road to HPN 2025 Kalsel, Panpel Gelar Seminar Pinjol di Universitas Sahid Jakarta

Komandan Lanud Husein Sastranegara Kunjungi Vihara Untuk Pererat Toleransi Pada Perayaan Tahun Baru Imlek

Sarapan Subuh, ketan bumbu dan gemblong ketan

Gara-gara Covid-19 rela berbuat seperti ini
“Martabak Alul” kaki 5 yang melayani dengan berbagai jenis pembayaran
Nasi kebuli murah meriah di Bambu Apus
DIRGAHAYU TNI “SINERGI UNTUK NEGERI”
Sambutan Kapolda Metro dalam rangka Baksos Sembako 25 ton menyambut HUT ke-65 Lantas Bhayangkara
Sepenggal sejarah merah putih di tanah Papua

Pramuka Saka Wira Kartika Kodim 0505/JT bantu giat cek poin perbatasan

Ucapan Selamat Idul Fitri dari Letnan Jenderal TNI AD, Doni Monardo, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Simak video ini soal test cepat Covid-19




Terpopuler
-
News1 month ago
Ketum PWI Pusat Minta Persiapan Teknis HPN 2025 Dimulai Pekan Depan
-
News4 weeks ago
Mahkamah Agung Kabulkan Peninjauan Kembali Apartemen Gardenia Bogor
-
News2 months ago
Refleksi ATR/BPN Karawang Tahun 2024, Sederet Prestasi Mulai dari Juara Nasional Hingga Tuntaskan PSN
-
News1 month ago
Mengapa HPN 9 Februari