Connect with us

Opini Redaksi Tamu

Peran guru dalam kemajuan pendidikan Indonesia

Avatar

Published

on

Oleh: Muhammad Akbar, S.Pd.

Makassar, Sulawesi Selatan, koin24.co.id – Kemajuan setiap bangsa dan negara dapat dilihat dengan kualitas pendidikan yang ada di negara tesebut. Semakin berkualitas sistem pendidikannya, maka akan melahirkan generasi yang profesional di bidangnya masing-masing dan memberikan kontribusi yang besar dalam kemajuan bangsa dan negaranya.

Dalam pendidikan, ada 3 komponen utama yaitu pendidik, peserta didik dan tujuan pendidikan itu sendiri. Ketiganya membentuk sebuah kekuatan, yang jika hilang salah satunya, maka hilang pulalah hakikat pendidikan itu.

25 November 2020 bertepatan sebagai Hari Guru Nasional, menjadi evaluasi bagi para para pendidik, akademisi dan pemangku kebijakan di bidang pendidikan untuk mengevalusi peran guru dalam menapat pendidikan Indonesia ke depan.

Di tengah pandemi Covid-19 pendidikan harus tetap dilaksanakan dengan maksimal, dengan menggunakan media sebagai cara baru dalam proses pembelajaran membutuhkan waktu untuk beradaptasi, bahkan tak sedikit yang mengalami kesulitan baik guru maupun siswa.

Proses pembelajaran ‘via online’ masih menyisakan berbagai masalah, baik dari segi tekhnis ataupun hal-hal yang lebih substansial. Pemaksimalan dan kerja keras terus dilakukan, agar tujuan pendidikan nasional kita dapat tercapai. Semua pihak berhak mendapat dukungan dan apresiasi baik guru dan pemerintah.

Di tengah kondisi apapun, semua pihak memberikan usaha terbaik dalam melaksanakan proses pembelajaran, agar peserta didik menjadi generasi yang cerdas, berkarakter dan berakhlak mulia. Sebab hal ini adalah kewajiban yang harus dicapai dari tujuan pendidikan tersebut.

“Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.” (UU Sisdiknas 20 Tahun 2003 pasal 3).

Hal yang sangat penting di evaluasi oleh seorang guru dan pemerintah adalah, selama berjalannya proses pembelajaran ‘online’ di masa pandemi ini. Apakah tujuan pendidikan di atas telah tercapai atau belum? Silahkan dinilai dan dijawab masing-masing!

***

Guru adalah sebuah profesi yang sangat mulia dan memiliki peran sentral dalam melahirkan generasi yang gemilang. Tanpa guru, nilai-nilai kebaikan tak akan tersebar, karakter buruk tak akan berubah menjadi akhlak mulia, kebodohan dan kedunguan tak akan berubah menjadi kecerdasan. Tanpa guru, kita tidak akan mengenal nilai-nilai kehidupan.

Peran guru sangat menentukan kualitas generasi yang dihasilkan dunia pendidikan. Semakin berkualitas gurunya, maka alumni pendidikan akan semakin berkualitas, begitu pun dengan sebaliknya. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas gurunya.

Olehnya itu, profesi guru semestinya dipilih dari orang-orang khusus yang memiliki kompetensi di bidangnya, baik dari keilmuan, akhlak, keteladanan, penampilan dan lainnya.

Karena, salah satu masalah yang terjadi di lapangan saat ini adalah kesiapan mentalnya yang belum siap untuk dijadikan suri tauladan oleh murid-muridnya. Berbedanya antara ucapan dan perilaku, menjadi masalah bagi murid-muridnya dalam mengambil keputusan untuk meneladaninya. Padahal, ketauladanan adalah konsep terbaik yang harus dimiliki oleh seorang guru.

Lahirnya guru yang ideal, profesional, memiliki niat yang tulus, jujur, amanah, semangat yang besar dalam mendidik generasi ini adalah suatu hal yang sangat dirindukan oleh dunia pendidikan.

Melahirkan guru yang ideal telah banyak dijelaskan oleh para pakar pendidikan baik zaman terdahulu atau pun sekarang. Seorang ulama dan juga pakar ilmu pendidikan yaitu Syaikh Al Zarnuji telah menjelaskan secara rinci tentang konsep guru ideal dalam bukunya Ta’alim Muta’allim, berikut paparannya.

1. Haruslah orang yang lebih alim (pandai atau cerdas), yaitu seseorang yang cerdas dengan akal yang sempurna atau cerdas, maka guru dapat mengajar muridnya dengan benar dan mendalam.

2. Bersifat Wara’ (menjaga harga diri), guru haruslah menjaga diri dari segala sesuatu yang berbau syubhat agar tetap terjaga keilmuannya dan kepribadiannya.

3. Berpengalaman atau lebih tua, guru akan dapat memerankan diri sebagai seorang pemimpin dan pembimbing dalam proses belajar mengajar.

4. Berbudi luhur, guru haruslah memiliki budi pekerti yang luhur karena budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan watak murid.

5. Bijaksana, guru dapat bertindak tepat menurut garis yang baik, selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya) apabila menghadapi suatu kesulitan.

6. Penyabar, guru yang selalu menerima segala karakter dengan perilaku yang tidak sopan, sabar merupakan pangkal keutamaan dalam segala hal.

Sedangkan, menurut Imam al-Ghazali bahwa guru sebagai seorang yang menyampaikan suatu yang baik, positif, kreatif atau membina kepada seseorang yang berkemauan tanpa melihat umur dan melalui berbagai cara dan strategi.

Guru yang dapat diserahi tugas mengajar adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya. Selain sifat-sifat tersebut, guru juga harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

1. Guru mencintai muridnya seperti mencintai anak kandungnya.

2. Guru mengingatkan muridnya bahwa tujuan menuntut ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt bukan untuk kebanggan diri atau keuntungan pribadi.

3. Guru mendorong muridnya agar mencari ilmu yang bermanfaat yang membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.

4. Guru menjadi contoh yang baik bagi muridnya, seperti berjiwa halus, lapang dada, murah hati dan berakhlak terpuji lainnya.

5. Guru mengajarkan pelajaran yang sesuai dengan intelektual dan daya tangkap anak didiknya.

6. Guru memahami minat, bakat, dan jiwa anak didiknya. Sehingga terjalin hubungan yang akrab dan baik antara guru dengan anak didiknya.

7. Guru mampu menanamkan keimanan ke dalam pribadi anak didik.

8. Guru mengamalkan yang diajarkannya, karena ia menjadi idola di mata anak didiknya.

9. Guru tidak mengharap materi (upah) sebagai tujuan utama dari ia mengajar. Upahnya adalah anak didik yang mengamalkan ilmu yang diajarkannya.

Sedangkan kompetensi profesional guru yang sangat ditekankan oleh Imam al-Ghazali di antaranya adalah.

1. Guru harus profesional dalam mendekati aspek kejiwaan dan watak peserta didik.

2. Guru hendaknya mendidik peserta didik dengan cara-cara yang baik (keteladanan) yang bisa menumbuhkan etika dan perilaku yang baik dalam pergaulan sosial.

3. Guru harus mampu memberikan layanan terbaik bagi peserta didik dan masyarakat pengguna pendidikan.

Sebab itu, profesi guru seharusnya digeluti oleh orang-orang profesional, memiliki kompetensi, jiwa yang besar dan ikhlas. Tujuan utama profesi ini sebagai lahan pengabdian dan perjuangan, bukan sebagai tempat bisnis.

Keutamaan profesi guru sangat tinggi derajatnya, ketinggian ilmu, keikhlasan dan kelulusannya, serta adab dan akhlak yang baik menjadikannya sebagai seorang yang mulia. Sebab, noda-noda keburukan dapat hilang dengan ilmu yang diajarkan oleh sang guru.

KH. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adab al-`Alim wa al-Muta`allim menyatakan, “Sesungguhnya mengajarkan ilmu adalah perkara yang paling penting menurut agama dan derajat orang mukmin yang paling tinggi…”.

Guru adalah pahlawan sepanjang masa, dengan ketulusan ilmu yang diajarkan kepada murid-muridnya akan menjadi ladang pahala yang tak terhingga, manfaat dan kebaikannya akan terus diperoleh baik di dunia dan di akhirat.

Sebagaimana perkataan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, “Barangsiapa yang mengajarkan suatu ilmu maka dia memperoleh pahala orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala pelakunya.”

Kehadiran murid yang baik dan terus melanjutkan nilai-nilai kebaikan dalam hidupnya dan menyebarkanmya kepada masyarakat akan memberikan kebaikan kepada seorang guru baik di dunia dan di akhirat. (***)

Penulis:
Muhammad Akbar, S.Pd.
(Mahasiswa Pascasarjana UNM, Founder Mujahid Dakwah, Pembina Daar Al Qalam dan Penggiat Media dan Literasi)

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Opini Redaksi Tamu

Pemahaman dan Pemanfaatan Literasi Digital Bagi Orang Tua pada Era Pandemi

meldachaniago

Published

on

Oleh : Anik Hanifatul Azizah, S.Kom, M.IM

Istilah literasi digital tidak asing lagi bagi masyarakat, namun bagaimana memahami dan memanfaatkan digital dengan bijak adalah hal yang perlu dilatih dan terus dipelajari. Mengapa perlu memahami literasi digital? Karena sebenarnya digitalisasi ini sudah menjadi bagian hidup masyarakat sehari-hari.

Menurut definisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), literasi digital adalah kemampuan dan kecakapan menggunakan teknologi digital, memahami isi dan informasi, serta menjalankan perannya secara efektif dalam lingkungan digital.

Terdapat tiga kata kunci dalam definisi di atas, pertama kata ‘menggunakan’, dapat dipahami bagaimana kita sendiri atau anak mampu menggunakan teknologi sesuai fungsinya. Kemudian kata ‘memahami’ berarti adalah bagaimana kita paham value dari sebuah media tersebut, dan ketiga adalah ‘menjalankan’ yaitu bagaimana kita atau anak dapat memposisikan diri dengan dunia digital yang dihadapi.

Pemahaman literasi digital ini disampaikan pada kegiatan pengabdian masyarakat Universitas Esa Unggul bertajuk Edukasi Smart Parenting pada peringatan hari ibu 22 Desember 2021 dengan menggandeng komunitas bidan EBSCO yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Literasi digital sangat penting untuk diterapkan masyarakat, terutama generasi orang tua millennial ataupun baby boomers sebagai pelaku digital immigrant. Terdapat dua generasi yaitu generasi digital native dan generasi digital immigrant.

Generasi digital native merupakan para generasi muda yaitu mereka yang sejak lahir sudah langsung berhadapan dengan kemajuan digital. Sedangkan, generasi digital immigrantmerupakan mereka yang sejak lahir tanpa adanya kemajuan digital atau teknologi, maka mereka perlu mempelajari lagi teknologi yang ada nantinya. Anak-anak dari generasi millennial dan baby boomers ini termasuk generasi digital native, sedangkan orang tuanya sendiri mengenal digital di saat remaja atau bahkan sudah beranjak dewasa. Inilah yang menjadi tantangan terbesar. Seorang digital immigrant ditantang untuk mendidik digital native.

Elemen penting digital literasi Bukan hanya sekadar definisi, tapi esensi. Sebagai orang tua dituntut untuk paham dan membiasakan hal ini pada literasi digital sehari-hari. Beberapa tips menerapkan pola asuh digital yang baik yaitu, menjaga komunikasi dengan anak, membekali diri dan terus belajar, membuat aturan bersama anak, menjadi teladan digital yang baik bagi anak serta memanfaatkan aplikasi parental control dalam penggunaan gadget anak.

Aplikasi parental control dapat membantu orang tua mendampingi anak di dunia digital, tapi tidak dapat menggantikan peran orang tua. Kegiatan anak selama pandemi sebagian besar dilakukan secara daring, tugas orang tua adalah mendampingi anak. Orang tua hendaknya paham esensi dari kegiatan belajar daring tersebut. Orang tua juga sebaiknya paham aplikasi atau platform apa yang digunakan anak selama kegiatan belajar berlangsung. Sebagai orang tua dari generasi digital native harus siap dan rela banyak belajar untuk pemahaman digital yang baik. Menjadi teladan digital yang baik dapat menjadi upaya yang tepat untuk menumbuhkan digital wellbeing atau kesejahteraan digital pada masyarakat. (***)

*Penulis adalah Dosen Prodi Sistem Informasi, Universitas Esa Unggul

Continue Reading

Opini Redaksi Tamu

Aktifitas Fisik Untuk Ibu Hamil Saat Pandemi

meldachaniago

Published

on

Oleh : Dr. Erry Yudhya Mulyani, S.Gz, M.Sc

Pandemi Covid19 membatasi aktivitas fisik manusia. Masyarakat tidak lagi dapat leluasa bergerak. Dampaknya banyak di antara kita merasa menjadi kurang fit dan bugar. Begitu juga dengan ibu hamil. Padahal, aktivitas fisik bagi ibu hamil sangat dibutuhkan untuk kesehatan janin dan dirinya sendiri. Akibatnya dalam kondisi pandemik ini, ibu hamil yang merupakan kelompok rentan terhadap penyakit harus lebih waspada.

Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bertajuk Edukasi Smart Parenting di Era Digital pada 22 Desember 2021 lalu, fenomena yang dihadapi ibu hamil selama masa pandemik menjadi salah satu topik bahasan yang dianggap penting untuk diangkat. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan fisiologis dan anatomis yang terjadi pada perempuan hamil membuat pergerakan ibu menjadi terbatas, apalagi ditambah dengan kondisi pandemik seperti sekarang.

Padahal sistem imun ibu diharuskan beradaptasi dengan keadaan pandemik ini sebagai bentuk pertahanan terhadap ibu dan janin. Sistem imun yang baik akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan yang baik.

Upaya yang dapat dilakukan  perempuan hamil dalam menjaga kesehatan fisiknya selama masa kehamilan adalah dengan melakukan olahraga dan aktifitas fisik. Olahraga merupakan gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Contoh olahraga yang dapat dilakukan ibu adalah jogging, yoga dan berjalan kaki. Sedangkan aktifitas fisik adalah pergerakan tubuh yang menghasilkan energi, misalnya bersih-bersih rumah, menyapu. Ibu dapat berolahraga selama 20 – 30 menit sebanyak 3 – 4 kali perminggu.

Olahraga dan aktifitas fisik selama kehamilan sangat dianjurkan dan penting dilakukan. Hal ini sebagai bentuk persiapan dalam proses persalinan, mengurangi stress kehamilan dan menjaga kenaikan berat badan normal. Oleh sebab itu penting dilakukan ibu dalam menjaga sistem imun dimasa pandemik ini. Namun ibu hamil tidak disarankan untuk melakukan olahraga dan aktifitas fisik berat karena dapat membahayakan kondisi ibu dan janin.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa, aktifitas fisik dan olahraga berperan sebagai modulator dalam sistem imun. Selama dan setelah melakukan aktifitas fisik terjadi peningkatan limfosit dan pelepasan sitokin pro dan anti-iflammatory. Hal ini berdampak pada rendahnya kejadian gejala penyakit infeksi pada orang yang secara rutin melakukan aktifitas fisik dan olahraga (da Silveira M et al 2021). Selain itu penelitian lain juga menyatakan bahwa ibu hamil yang rutin melakukan aktifitas fisik dan olahraga secara signifikan menurunkan kenaikan berat badan selama kehamilan yang berlebih (Wang J et al 2019).

Acara pengabdian masyarakat yang dilakukan secara online melalui aplikasi zoom ini, digelar dalam rangka memperingati Hari Ibu, di antaranya dengan menyelenggarakan pelatihan bidan homecare binaan EBSCO Community, serta acara temu kangen seluruh bidan di Indonesia. Acara ini diselenggarakan melalui bantuan pendanaan program pembelajaran kolaboratif yang berorientasi pada penelitian dan pengabdian masyarakat tahun 2021. (***)

*Penulis adalah Dosen Prodi Ilmu Gizi, Universitas Esa Unggul

Continue Reading

Opini Redaksi Tamu

Ayo Tetap Jaga Prokes, Catatan Hendry Ch Bangun

Avatar

Published

on

Ketika tulisan ini dimuat, Senin 4 Oktober, hanya ada 922 kasus positif virus Corona dalam 24 jam terakhir. Luar biasa, di bawah angka 1.000 ini membuat kita bangga dan bahagia. Dibandingkan bulan Juli lalu yang mencapai 25.000-an, ketika semua fasilitas kesehatan tidak mampu melayani pasien yang datang untuk dirawat.

Bandingkan dengan negara tetangga kita Singapura yang kini setiap harinya mencapai 2000-an pasien positif Covid-19 sejak awal Oktober 2021, atau Malaysia yang sempat menyentuh 20.000-an pada Agustus dan di Oktober mencapai 9000-an.

Gerakan vaksinasi massif yang dilakukan pemerintah, dengan ujung tombak Kemenkes, Polri, dan TNI menunjukkan hasilnya walaupun belum mencapai target dua juta perhari sebagaimana diminta Presiden Jokowi. Tetapi dengan satu jutaan perhari, hasilnya sudah membaik.

Fasilitas kesehatan utama di Jakarta dan hampir seluruh kota besar di Indonesia tidak lagi full, mampu menerima pasien yang ada. Wisma Atlet yang mampu menampung ribuan orang, kini sudah tinggal puluhan. Tidak ada lagi antre ambulan memasukkan pasien. Justru yang tampak adalah orang pulang karena selesai dirawat.

Sukses ini juga dikarenakan sikap konsisten pemerintah, yang semula dijalankan trial by error, sudah menemukan cara jitu melalui Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dievaluasai setiap pekan atau dua minggu sekali. Setiap kota dipantau pelaksanaan vaksinasi, lalu tracing, dan pemberlakukan protokol kesehatan.
Evaluasi di setiap akhir pekan akan menentukan tingkatan PPKM berikutnya. Ditambah dengan dorongan vaksinasi, yang langsung diberikan Presiden, Wakil Presiden, Menteri Kabinet, dan duet Panglima TNI-Kapolri, dengan menyaksikan ke lapangan dan memberi motivasi, memberi efek besar.

Kita bangga bahwa Indonesia masuk dalam klub negara yang 100 juta penduduknya telah divaksin dan juga kita patut senang karena dipuji oleh Badan Kesehatan Sedunia (WHO) dalam keberhasilan menangani pandemik Covid-19.

***

Ya sudah terbukti, kita tidak terpuruk dalam hal kesehatan, dan juga tidak terseret dalam krisis ekonomi, yang seandainya dulu melaksanakan lockdown, akan semakin bangkrut. Lockdown itu membuat penduduk di Vietnam, Thailand, Malaysia, menjerit-jerit karena berbulan-bulan tidak bisa bekerja, tidak bisa berdagang, sebab ekonomi rumah tangga hancur. Sementara di Indonesia ini selain ada skema bantuan sosial, pelonggaran kegiatan memungkin adanya geliat ekonomi, meski bergerak secara pelahan-lahan.

Kita menyaksikan di televisi, membaca di suratkabar atau media online, sektor transportasi sudah bergerak agar cepat. Penerbangan untuk jalur-jalur tertentu tingkat keterisian penumpang telah mencapai 75 persen. Mal dan pertokoan sudah dibuka. Tempat-tempat wisata, mulai dari Bali, Labuan Bajo, Yogyakarta, Bandung, sudah dipenuhi oleh warga yang jenuh karena terlalu lama dikurung di rumah akibat pandemi.

Tidak hanya itu, hotel pun sudah mulai penuh. Baik oleh keluarga yang mengambil program staycation juga karena kegiatan pemerintah seperti rapat-rapat lembaga dan kementerian sudah berlari kencang. Ya, karena selama pembatasan kegiatan dilarang, maka begitu ada kelonggaran kegiatan kembali ke jalur normal agar serapan anggaran mencapai target.

Tetapi euphoria ini harus disikapi dengan hati-hati. Sebagaimana disampaikan Luhut Panjaitan yang dipercaya menjadi komandan pengaturan PPKM, masyarakat harus tetap waspada dan tetap ketat dengan prokes yang ditetapkan pemerintah.
Adanya aplikasi PeduliLindungi, yang dijadikan sebagai syarat untuk dapat terbang, naik kereta api, masuk ke hotel-hotel, mal dan pertokoan, bahkan sudah diujicoba ke pasar modern, ikut mendukung pengawasan kegiatan masyarakat. Sistem itu menjadi semacam seleksi, agar di suatu pusat keramaian atau kegiatan, orang yang berkumpul adalah orang-orang yang bebas virus. Dengan demikian akan dicegah terjadinya penularan.

Hanya saja kita juga menyaksikan bahwa masih banyak anggota masyarakat yang karena alasan tertentu tidak menggunakan masker di tempat umum. Dari sisi ekonomi, masker memang harus dibeli dan harganya tidak murah, antara Rp 1.000 sampai Rp 3.000 perlembar. Apabila dalam satu keluarga ada empat orang dan dianggap sehari digunakan sekali, itu jumlah yang lumayan.

Ada juga yang malas karena terlalu percaya diri bahwa dia sehat tanpa memikirkan lingkungan saat dia beraktivitas yang bisa saja tertular. Ada yang memang bawaannya “menantang” semua kebijakan yang dibuat pemerintah dan tidak ingin diatur karena itu privacy-nya.

***

Ancaman yang disebut-sebut sudah mengintai adalah gelombang ketiga, pada Desember atau awal Januari 2022 karena adanya libur panjang Natal dan Tahun Baru, yang biasanya juga disertai dengan pulang kampung, bertemu kerabat.

Penularan bisa terjadi di perjalanan apabila tidak ada penjagaan protokol kesehata baik oleh para penumpang maupun pelaksana seperti bus ataupun transportasi massal lainnya. Lalu kerumunan karena saling bersilaturahmi atau kumpul keluarga yang sering disertai kesungkanan mengingatkan prokes.

Kita sudah tahu bagaimana susahnya kalau ada penularan massif seperti yang terjadi bulan Juli lalu akibat libur Idul Fitri, rumah sakit penuh, fasilitas kesehatan kolaps, dan ketersediaan obat dan vitamin sulit dan harga-harga naik.

Mudah-mudahan kita semua mau belajar dan coba menghindari kelalaian yang dulu terjadi. Hanya keledai yang terantuk batu yang sama dua kali, kata pepatah. Masak sih kita keledai?

***
Jakarta, 04 Oktober 2021.

Penulis
Hendry Ch Bangun
Wartawan Senior/Wakil Ketua Dewan Pers

Continue Reading
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Terpopuler