News

Bu Slamet dan Hari Pancasila

Published

on

Bu Slamet bangun dinihari untuk hidup

Jakarta, Selasa (Koin24) – Pedagang sarapan pagi di Jalan Bambu Petung, Cipayung, Jakarta Timur bisa membuat kita tetap bersyukur.

Bu Slamet, begitu perempuan setengah baya ini biasa disapa. Nyaris setiap dinihari harus bangun menyiapkan dagangan.

Mulai dari lontong isi, ketan urap, ketan bumbu, aneka gorengan sampai nasi uduk dan cemilan lainnya.

Bersama putrinya, Bu Slamet bangun pada pukul 02.00 dinihari. Bila terlambat, maka dagangan akan ditinggal pembelinya.

Mayoritas pelanggan Bu Slamet adalah pekerja yang harus bergegas meninggalkan rumah setelah Subuh atau sebelum matahari terbit pada pukul 05.54 WIB.

Selasa, 1 Juni 2021 bertepatan dengan Hari Pancasila, Bu Slamet mencoba lebih santai. Bangun tidur lebih lambat 30 menit menjadi pukul 02.30 WIB.

Hal itu membuat dagangannya belum siap semua pada pukul 05.00 WIB. Padahal jamaah sudah keluar dari masjid dan ingin membelinya.

Hari ini pelanggan tidak meninggalkan lapak jualan Bu Slamet, meski terlambat. Mereka libur sehingga tak bergegas untuk ke kantor.

“Maaf ya, sudah lama menunggu,” sapa Bu Slamet pada pelanggan.

Dia, melanjutkan, terlambat menyiapkan dagangan karena bangun “kesiangan” neh.

“Ini ketan urap dan ketan bumbu baru matang, masih hangat. Kalau pisang masih digoreng,” tambahnya.

Baik lontong isi kentang maupun isi oncom dijual Rp 1.250 per buah. Sama seperti harga aneka gorengan lainnya.

Sebelumnya malah harga jual rata-rata Rp 1.000. Bahan baku yang naik menyebabkan harga jual juga disesuaikan.

Dengan harga jual Rp 1.250 berapa keuntungan Bu Slamet ? Pelanggan menerka tak lebih dari Rp 500 per makanan.

Bangun tengah malam, saat kebanyakan orang sedang terlelap tidur dan dengan keuntungan sebesar itu menjadi hal menarik.

Nah, bila keuntungannya Rp 500 per buah untuk mencapai upah minimum provinsi (UMP) DKI Jakarta, harus jual berapa banyak ?

UMP DKI tahun 2021 sebesar Rp 4,4 juta lebih. Itu artinya Bu Slamet dalam sebulan harus menjual 8.800 makanan untuk mencapai upah minimum.

Bila Bu Slamet berdagang 25 hari kerja, maka seharinya harus menjual 352 lontong atau gorengan agar penghasilan bisa Rp 4,4 juta.

Diakui untung sedikit lebih besar didapat dari nasi uduk dengan telur balado atau ketan urap dan ketan bumbu serundeng.

Bangun setiap hari pada tengah malam yang hening dengan keuntungan seperti di atas sudah menjadi pilihan karena tak ada pilihan lain.

Sosok warga seperti ini sangat jauh berbeda dengan orang yang masih tertidur nyenyak saat dinihari dan menikmati berbagai fasilitas negara tetapi lakukan korupsi.

Semoga orang yang saat ini sedang diberikan kesempatan dan dibiayai kebutuhan hidupnya oleh negara dari uang rakyat dapat berkaca dari Bu Slamet !

Selamat Hari Pancasila !

Click to comment

Terpopuler

Exit mobile version