News

Bu Slamet tetap jaga Prokes

Published

on

Bu Slamet, pedagang sarapan pagi yang menerapkan Prokes

Jakarta, Selasa (Koin24) – Warga baru selesai shalat Subuh berjamaah. Seperti biasa langsung “menyerbu” lapak sarapan pagi Bu Slamet.

Seorang tuna netra, dengan tongkatnya langsung memesan sarapan. Bapak ini hanya gunakan kebiasaan, setelah shalat Subuh, Bu Slamet sudah siap melayani pelanggan.

Pak Pulan begitu kita sebut, tetap melakukan protokol kesehatan dengan memakan masker dan menjaga jarak, agak menjauh dari lapak jualan Bu Slamet.

Khawatir suaranya tak terdengar, lelaki yang membuka jasa pijat kesehatan itu melangkah sedikit ke depan dan menurunkan sedikit masker, “Ada sarapan apa, Bu ?” Tanyanya.

Konsumen lain membantu menjelaskan bahwa sebagian dagangan sudah ada tetapi Bu Slamet belum mulai jualan, pulang lagi.

“Mungkin ada yang ketinggalan Pak atau shalat Subuh dulu. Lontong isi dan aneka gorengan sudah ada,” kata Mas Untung yang sudah menunggu lebih awal.

Pemijat kesehatan itu pun izin pulang dahulu. “Saya pulang dulu karena Bu Slamet belum ada, mau cari ketan buat ngopi” katanya.

Akhirnya Bu Slamet datang juga, sejumlah pelanggan sudah siap dengan pilihan sarapan pagi. “Maaf sudah lama ya menunggu,” ujar Bu Slamet menyapa pelanggan, Selasa sebelum matahari terbit.

Selasa 1 Juni 2021 bertepatan dengan hari libur. Bu Slamet mengaku lebih santai, bangun pukul 02.30 WIB karena dia pikir konsumen juga libur kerja.

“Biasanya bersamaan dengan jama’ah keluar masjid, sudah siap jualan. Karena ini hari libur sedikit santai,” kata Bu Slamet yang berdagang di Jalan Bambu Petung, Kompleks Perumahan Kodam Jaya Cipayung, Jakarta Timur.

Bu Slamet dan putrinya biasa mulai mempersiapkan makanan sarapan pagi pukul 02.00 dinihari. Itu sebabnya hari ini agak terlambat karena bangunan “kesiangan” pukul 02.30 WIB.

Ini ketan urap dan ketan bumbu juga baru matang, masih hangat. “Pisang masih digoreng sama putri saya. Kalau yang lain sudah siap,” ujarnya kepada konsumen.

Baik harga lontong isi maupun gorengan termasuk combro dan misro harganya Rp 1.250 atau empat Rp 5.000. “Pastel lagi ga ada, itu titipan,” ujarnya menjawab pertanyaan pembeli.

Bu Slamet, mengingatkan langganannya untuk menggunakan penjepit atas plastik untuk memilih makanan. “Kita perlu sama-sama jaga protokol kesehatan,” ujarnya.

Rekan ‘bisnisnya” pemasok pastel sampai hari ini belum bisa berjualan. Lingkungan perumahan RT 03 RW 03 Kelurahan Cilangkap kena lock down karena Covid-19 pasca lebaran.

Konsumen Bu Slamet mayoritas adalah pekerja yang pada pukul 05.00 sudah mulai beraktivitas untuk menuju kantor mereka.

Itu sebabnya meski matahari belum terbit, usaha sarapan paginya sudah dikunjungi konsumen. Matahari di Cipayung terbit pada 05.54 WIB, sedangkan Bu Slamet sejam sebelumnya sudah buka usaha.

Soal keuntungan dikatakan lumayan untuk membantu rumah tangga. Harga sarapan yang rata-rata Rp 1.250 belum lama naik dari semula Rp 1.000 per potong, kecuali ketan urap dan ketan bumbu.

Ekonomi rakyat memang harus tetap berputar. Namun kesehatan masyarakat menjadi hal yang sangat penting.

Baik penjual maupun konsumen mari kita sama-sama melakukan 3M setiap kegiatan. Mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, menggunakan masker dan menjaga jarak minimal satu meter.

 

Click to comment

Terpopuler

Exit mobile version