News

Dosen Universitas Esa Unggul Latih Kemampuan Reflektif, Kecerdasan Emosional dan Pola Komunikasi Instruksional Guru SMP Al Chasanah

Published

on

Jakarta, koin24.co.id – Tim dosen Universitas Esa Unggul dari Fakultas Ilmu Keguruan (FKIP), Fakultas Psikologi (FPsi) dan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) menyelenggarakan pelatihan Peningkatan Pengetahuan Pedagogik, Kemampuan Reflektif, Kecerdasan Emosional dan Pola Komunikasi Instruksional Pada Kompetensi Pedagogik Guru di SMP Al Chasanah, Jalan Tanjung Duren Barat III no. 1, Grogol Petamburan, sejak Rabu (15/12/2021) hingga Jumat (17/12/2021).

Wakil Kepala Sekolah SMP Al Chasanah, Nanang Setia Budi, SS, menyambut baik kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (Pkm) berupa kegiatan pelatihan peningkatan pedagogik yang diberikan pada guru-guru SMP Al Chasanah. Nanang berharap kerjasama antara Universitas Esa Unggul dan SMP Al Chasanah dalam peningkatan kompetensi para guru SMP Al Chasanah dapat terus berlanjut.

“Kami berterima kasih kepada tim dosen dari Universitas Esa Unggul dan Ditjen Diktiristek kerena SMP Al Chasanah dipilih sebagai salah satu mitra dalam pelaksanaan PkM ini. Kegiatan pelatihan peningkatan pedagogik ini sangat bermanfaat bagi para guru untuk meningkatkan kualitas mereka melaksanakan kewajiban mengajar dan mendidik para siswa,” kata Nanang.

Menurut Ketua Tim, Ratnawati Susanto, kegiatan ini menggunakan bantuan pendanaan program penelitian Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (KMBKM), dan pengabdian masyarakat berbasis hasil penelitian dan purwarupa perguruan tinggi swasta Ditjen Diktiristek Tahun Anggaran 2021. Kegiatan yang juga melibatkan sekitar 40 orang mahasiswa dari Fikom, FKIP dan FPsi ini diselengarakan dalam beberapa tahap kegiatan.

“Awalnya kami melakukan tahap pengkondisian, dilanjut tahap satu sosialisasi konsep dan praktek model pengembangan kompetensi pedagogik, tahap dua refleksi diri dan pemetaan kekuatan dan kelemahan, tahap tiga peningkatan dan pengembangan pengetahuan dan keterampilan, tahap empat pengukuran dan evaluasi,” katanya.

Anggota satu tim dosen, Yuli Asmi Rozali, saat memberikan pelatihan peningkatan pedagogik bertopik Pengajaran Efektif memaparkan, bahwa emosi guru berkontribusi terhadap sikap dan kesiapan mendukung atau menolak untuk mengerti, memahami, menerima anak didik dan menjadi tolok ukuran awal dalam menjalankan relasi.

“Proses interaksi pembelajaran sangat dominan dengan peran guru sebagai komunikator pembelajaran yang terkait dengan karakteristik emosi. Guru yang memiliki emosi tidak terkendali tidak dapat mengontrol sikap dan kecerdasan intelektualnya,” paparnya.

Pada kesempatan yang sama, anggota dua tim dosen, Yumeldasari, memaparkan mengenai konsep pola komunikasi instruksional. Komunikasi instruksional dapat menjadi sebuah pola terstruktur yang menjadi sarana pembelajaran dan hubungan pedagogik guru dengan peserta didik.

“Dalam hal ini kemampuan atau keterampilan guru dalam berkomunikasi merupakan kunci sukses keberhasilan dalam membina hubungan dan menyampaikan materi, pesan pembelajaran yang berpengaruh terhadap proses, serta hasil belajar peserta didik,” jelasnya di hadapan sekitar 15 orang guru SMP Al Chasanah.

Menurut dosen ilmu komunikasi ini, komunikasi instruksional merupakan sebuah fungsi dari komunikasi sosial. Proses komunikasi sosial dalam instruksional ini ditujukan untuk membangun konsep diri siswa, memfasilitasi terbentuknya esistensi dan aktualisasi diri siswa, mempertahankan sebuah proses kelangsungan hidup seperti keinginan siswa untuk didampingi dan dibimbing.

“Model pengembangan kompetensi pedagogik berbasis pola komunikasi instruksional memberikan dasar konstruk bahwa guru hendaknya memiliki konsep pemahaman dan kemampuan dari pola komunikasi instruksional,” jelas Yumeldasari.

Lebih lanjut Yumeldasari memaparkan bahwa, cakupan komunikasi instruksional dalam peningkatan kompetensi pedagogik mencakup 10 hal, yaitu keterbukaan dialogis, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi informatif, komunikasi ide, komunikasi persuasif, komunikasi kesantunan, komunikasi pengungkapan diri.

“Selain itu juga perlu adanya komunikasi pendampingan, dan komunikasi student-teacher oriented,” tandasnya. *** 

Click to comment

Terpopuler

Exit mobile version