News

Intan kuliah virtual sambil layani konsumen Warteg

Published

on

Intan kuliah virtual sambil melayani pembeli

Jakarta, koin24.co.id – Pandemi Covid-19 membuat keluarga ini berpikir keras untuk tetap bisa mencapai cita-citanya.

Intan, 20 tahun anak bungsu pedagang Warteg ini harus membantu keluarga sambil kuliah virtual.

“Warung bapak saya di Tawakal XI tutup. Jadi sementara bantu di warung kakak saya,” kata mahasiswa semester lima ini.

Keluarga harus aplusan menjaga warung makan yang buka hampir 17 jam itu. “Kalau pagi yang masak ibu saya,” jelasnya.

Selain Intan yang anak bungsu masih ada dua kakaknya menjaga Warteg ini. ” Kami kan keluarga semua, jadi soal jam kerja tidak dibagi dengan ketat,” ujarnya.

Mahasiswa jurusan manajemen di Pamulang ini mengaku kuliah sambil melayani pembeli baik yang makan di tempat maupun bungkus.

Sebenarnya dia kost dekat kampus di daerah Pamulang, Tangerang Selatan. Namun karena kuliah tatap muka diganti dengan virtual maka dia bantu keluarga melayani konsumen juga.

Dia menceritakan sebenarnya warung makan bapak dan ibunya ada di Tawakal XI, belakang Sumber Waras, Grogol, Jakarta Barat, namun ditutup selama Covid-19.

Jadi, pasangan bapak dan ibu beserta tiga putri mengisi Warteg kakak lelakinya. Dari warung inilah dilakukan subsidi silang untuk membiayai kontrak yang di Sumbar Waras.

“Warungnya kita pertahanan, meski tidak buka tetap bayar kontraknya. Tapi kontrakan tempat tinggal kita tutup, tidak kontrak dulu,” ujar Intan mengungkap strategi keuangan keluarga menghadapi Covid-19.

Saat Warung Ibu Intan di Tawakal XI beroperasi membayar dua kontrakan sekaligus bukan masalah. “Sewa tempat dagang dan tempat tinggal ga masalah. Namun selama tutup, repot juga,” kata anak bontot ini.

Belum lagi uang sewa kost di dekat kampus. Jadi ada tiga tempat yang harus disewa, sekarang tinggal dua saja, efisiensi.

Meski tempat kostnya tetap dibayar namun tidak ditempati seperti saat ada perkuliahan tatap muka. “Biar irit makan dan sambil bantu saya tinggal dan kuliah dari sini,” ujar mahasiswa semester lima ini.

Soal apa yang akan dilakukan setelah lulus nanti, Intan dengan yakin menjawab mau kerja dulu di perusahaan orang. “Mas Atok kan pernah kerja juga meskipun sekarang tekuni Warteg,” ujarnya menjelaskan kakak sulung.

Kakak sulungnya dan kakak iparnya diakui keduanya sarjana, namun akhirnya kembali memilih dunia Warteg yang menghidupi keluarga mereka. Apakah melalui pendidikan tinggi keluarga mereka akan membangun usaha waralaba Warteg ? Belum sampai berpikir ke arah itu kata Intan.

Saat ini masyarakat mengenal ada waralaba Warteg, seperti Kharisma, Mamoka, Subsidi dll. Namun keluarga ini mengaku belum mau terjun ke bisnis waralaba Warteg seperti itu.

“Tidak tahu nantinya, coba tanya Mas Atok yang sudah lebih lama menekuni dunia Warteg, meski dia sarjana teknik tapi manajemen dagang lebih tahu,” ungkap Intan.

Mas Atok sendiri saat ini selain membuka di Ceger yang sementara ditunggui keluarga juga ada di Cilangkap. Katanya mau buka lagi di sekitar Cipayung dan Ciracas tetapi masih menunggu pandemi Covid-19 dulu.

Diakui Intan, omset berdagang turun pernah tinggal 30 persen. Sekarang bersyukur mulai meningkat lagi meski belum normal.

Seperti juga masyarakat lain, keluarga pedagang Warteg ini berharap vaksin segera ditemukan. Bila masyarakat sudah divaksin kehidupan bisa kembali normal, meski tetap dengan protokol kesehatan.

Meski sibuk dengan kuliah virtual dan melayani pembeli, Intan selalu mengingatkan pada konsumen apa bila warung kepenuhan.

Tempat cuci tangan dan sabun disiapkan di depan pintu masuk. Biasanya sepulang shalat Jumat, pembeli agak padat karena di seberang warung ada masjid. “Alhamdulillah, ada pembeli yang sudah sadar kalau penuh menunggu atau memesan dari luar,” jelasnya.

Dia mengaku beruntung tidak keluar kuota untuk kuliah virtual. Warungnya terdapat jaringan internet dan TV Indihome untuk mendapatkan informasi, termasuk prosedur Kesehatan.

Seperti juga warung orang tuanya di Tawakal, Warteg kakaknya di Ceger dan Cilangkap, Jakarta Timur tidak mendapatkan bantuan sebagai UMKM. “Kalau warung seperti dy Tawakal yang tutup dapat bantuan bisa meringankan,” harapan. (KH)

Click to comment

Terpopuler

Exit mobile version