Opini Redaksi Tamu

Kentut dan kencing untuk deteksi Covid-19 dan kesehatan paru-paru

Published

on

Oleh: Hendra J Kede

Jakarta, koin24.co.id – Penulis tidak bermaksud tidak sopan dengan pilihan kata pada judul di atas. Dan mohon maaf kalau ada di antara pembaca yang budiman kurang berkenan dengan pilihan kata penulis tersebut.

Walau kedengarannya sederhana, bahkan sangat sederhana, namun apa yang dikatakan pedagang kaki lima di daerah Kemayoran ini sangat logis dan masuk akal.

Tidak saja logis, namun juga berbiaya murah, dan bahkan tidak saja setiap orang memilikinya. Bahkan memilikinya beberapa kali dalam sehari. Sehingga setiap orang dapat melakukan tes deteksi Covid-19 ala ini beberapa kali dalam sehari.

Saat penulis membeli sesuatu keperluan, secara tidak sengaja mendengar percakapan ringan di antara sesama pedagang yang awalnya sempat bikin penulis bengong juga.

“Tidak perlu terlalu khawatir, selama lu masih bisa mencium baunya kentut lu dan aroma pesingnya kencing lu, berarti lu tidak kena Covid-19”.

Hahaha…. sederhana sekali…

Namun kalau dipikir kembali, omongan tersebut sangat logis…. walaupun kayaknya sering diabaikan orang….

Tentu saja tidak semua perkataan tersebut benar karena beberapa Orang Tanpa Gejala (OTG) tetap memiliki daya penciuman baik.

Namun penulis pikir tidak ada salahnya jika setiap seseorang kentut dan kencing melakukan tes daya penciuman sederhana ini untuk mendeteksi kemungkinan sudah terpapar Covid-19.

Kalau sudah tidak bisa mencium aroma baunya kentut dan aroma pesingnya kencing, perlu waspada….

Ini penulis pikir cara deteksi Covid-19 paling dini yang dapat dilakukan setiap orang. Sehingga setiap orang dapat sedini mungkin mendeteksi potensi terpapar Covid-19.

Semakin dini diketahui semakin besar peluang untuk sembuh. Semakin dini diketahui, semakin kecil kemungkinan kerusakan yang ditimbulkan Covid-19 pada organ-organ dalam, khususnya paru-paru.

Sebagaimana disampaikan dr. Harsini, Sp.P., Penanggungjawab Covid-19 RS Moewardi Solo yang merawat istri dan kedua anak penulis beberapa waktu lalu, kepada penulis mengatakan, pasien positif Covid-19 itu tidak saja virusnya yang harus dinegatifkan namun daya rusaknya pada organ dalam juga tidak kalah pentingnya untuk diantisipasi dan ditanggulangi.

Semakin dini Covid-19 terdeteksi, semakin besar peluang untuk meminimalisir daya rusaknya pada organ dalam, khususnya paru-paru.

Jangan sampai virusnya dapat dinegatifkan namun organ dalam sudah terlanjur rusak pada skala ringan sekalipun.

Ini juga yang menjadi alasan dr. Harsini, Sp.P., menyarankan agar dokter lah yang memutuskan seseorang boleh isolasi mandiri di rumah atau tidak. Jangan diberikan kewenangan untuk mengambil keputusan ini kepada bukan dokter. Karena selain dokter tidak ada yang bisa mendeteksi potensi kerusakan organ dalam ini.

Penulis sangat setuju dengan pandangan dr. Harsini, Sp.P., ini dan penulis berharap ini menjadi kebijakan resmi Satgas Pengendalian Covid-19.

Kembali ke cara deteksi sederhana kemungkinan sudah terkontaminasi Covid-19.

Sahabat baik keluarga penulis di Banyuwangi mengetahui dia dan istrinya positif Covid-19 diawali komentar Bu De istri saat sang istri membersihkan buang air besar bayinya yang mencret. Bu De teman penulis tersebut bilang kalau aroma buang air sang bayi sangat bau sekali, jauh lebih bau dari keadaan biasa.

Betapa kagetnya teman penulis dan istrinya karena bayinya sudah mengalami sakit perut dari sehari sebelumnya dan mereka berdua tidak merasakan dan mendeteksi oroma bau sama sekali.

Itulah awal muncul kecurigaan atau kesadaran kemungkinan mereka telah terpapar Covid-19. Dan ternyata benar.

Jadi apa salahnya kita semua mencoba cara deteksi sederhana Covid-19 ala pedagang kaki lima di Kemayoran tersebut setiap saat kita kentut dan kencing.

Toh, mulai dari Raja, Presiden, Perdana Menteri, Gubernur sampai rakyat kecil di pelosok sekalipun. Mulai dari Konglomerat, Direktur, sampai orang paling melarat sekalipun. Semuanya beberapa kali dalam sehari kentut dan kencing, dan tidak seorang pun kan yang merasa jijik dengan kentut dan kencingnya sendiri?

Atau ada di antara pembaca yang budiman yang merasa jijik dengan aroma bau kentutnya dan aroma pesing kencingnya sendiri?

Penulis tidak yakin itu, tanpa kita sadari kita semua adalah penikmat aroma bau kentut dan aroma pesingnya kencing beberapa kali dalam sehari, walaupun itu aroma bau kentut dan aroma pesingnya kencing milik sendiri…..

Tapi apa iya aroma milik sendiri beda dengan aroma milik orang lain?

Beda dengan aroma KM 50, setiap orang bisa punya aromanya sendiri-sendiri. Saking bedanya, orang umum sampai kesulitan untuk menentukan aroma mana yang sebenarnya aroma. (***)

Penulis:
Hendra J Kede
Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat RI

Click to comment

Terpopuler

Exit mobile version