News

Samsuri tidak mudik mematuhi imbauan pemerintah dan tetap layani konsumen

Published

on

Warteg Warmo tetap layani konsumen dengan protokol kesehatan

Jakarta, Koin24 – Bukan tidak kangen dengan sanak keluarga di kampung. Namun mematuhi imbauan pemerintah membuat Samsuri tetap bertahan di Jakarta.

Generasi kedua pemilik Warung Tegal (Warteg) Warmo di sudut antara Jalan Tebet Raya dan Tebet Timur Raya, Jakarta Selatan setia melayani langganan.

Anak keempat H. Dasir, perintis “Warteg Legendaris” itu mengaku tetap menjaga protokol kesehatan atau Prokes dalam menjalankan usahanya.

Sejak dulu, pada sudut bagian luar pintu masuk memang ada wastafel, sebagai tempat cuci tangan. “Kalau air dan sabun cair dari sebelum Covid-19 sudah tersedia,” ujarnya.

Sebagai “penjaga gawang” saat musim mudik diakuinya pembeli tetap ada. Cuma saja bahan baku harganya naik dan harga jualnya jadi susah.

Ia berharap UMKM seperti usahanya mendapat perhatian pemerintah untuk bertahan hidup pada era Covid-19 sekarang ini.

Bangunan Warteg Warmo sendiri baru selesai direnovasi dan menerapkan Prokes saat melayani konsumen dengan menerapkan jaga jarak.

“Di tata ada yang menghadap ke (etalase) makanan dan ada yang ke arah luar Tebet Raya maupun Tebet Timur Raya,” jelas Samsuri.

Meski Warteg Warmo yang dirintis tahun 1969 sudah dikenal namun harganya tetap merakyat untuk semua kalangan. Masih bisa makan dengan harga Rp 10 ribu.

Dulu sebelum direnovasi dinding ini penuh dengan foto artis dan pejabat publik yang makan di sini. Jumlahnya ratusan bahkan ribuan, termasuk sertifikat kuliner.

Sekarang hanya tinggal dua yang terpampang yaitu foto H. Dasir, sang perintis bersama salah seorang cucu perempuannya dan Rhoma Irama.

Samsuri berharap vaksinasi sukses dan terus berlanjut. “Saya dan pedagang lain berharap normal lagi biar usaha bergerak lagi,” tuturnya.

Jumat, dinihari Samsuri melayani pelanggan dibantu tiga orang lainnya. Seorang nampak sedang membuat telur dadar dan seorang lagi menyiapkan minuman untuk konsumen.

“Kondisi masih sepi pasca lebaran. Orang masih mudik atau uangnya sudah pada habis,” katanya sambil makan karena pengunjung agak sepi.

Meski konsumen menurun namun proses memasak tetap dilakukan sepanjang hari. “Biar makanan tetap baru dan segar,” jelasnya.

Pedagang sayuran katanya sudah mulai ramai tidak seperti pada lebaran hari pertama dan kedua. Bahan jualannya susah kalau ada juga mahal.

Soal kenapa namanya Warteg ini Warmo, diungkapkan Samsuri, orang yang membantu bapaknya berdagang pertama kali bernama Darmo.

Akhirnya pelanggan sering memanggil “Mo” yang kemudian digabung penggalan kata War dari warung sehingga menjadi Warmo.

Nama ini sekaligus untuk membedakan Warung Tegal lain. Sekitar tempat usaha Warmo memang ada sejumlah Warteg lainnya.

Harga makanan Rp 13 ribu, nasi, sayur dan telur dan teh hangat. Sedangkan dengan lauk cumi, sayur dan emping dan teh panas bisa mencapai Rp 30 ribu.

Bangunan Warteg Warmo bisa menampung sekitar 20 orang makan di dalam. Jakarta yang masih sepi membuat pengunjung dinihari ini tidak lebih delapan orang atau (40 %).

Click to comment

Terpopuler

Exit mobile version