Connect with us

Lifestyle

New normal panduan latihan fisik di tempat umum

Redaksi KOIN24.CO.ID

Published

on

Lifestyle

Lawatan PWI Pusat ke Tiongkok: Kaktus untuk Lalapan dan Obat Panjang Umur

Berman Nainggolan Lumbanradja

Published

on

Pengurus PWI Pusat Untung Kurniadi bersama Direktur Utama Changqingshu, Wang Jiayan yang didampingi manajernya, Chenxia.

Daqin,Tiongkok, Koin24.co.id – Tanaman kaktus banyak ditemui di Indonesia. Di Tiongkok kaktus dibudidayakan, dan dikembangkan untuk obat, bahan kosmetik, teh, dan sayuran hijau.

Bahkan mengkonsumsi kaktus diyakini bisa memperpanjang usia. Karena itu, orang-orang usia lanjut di Tiongkok belakangan ini banyak yang mengkonsumsi kaktus.

Aneka masakan sayuran dari daun kaktus.

Penjelasan manfaat kaktus disampaikan oleh Direktur Utama Changqingshu, Wang Jiayan ketika menerima rangkaian lawatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) di ladang kaktus di Datong, Daqing, Provinsi Heilongjiang, Tiongkok Utara,pada Rabu, (16/10/2024).

“Terima kasih atas kunjungan organisasi pers dari Indonesia,” kata Direktur Utama Changqingshu, Wang Jiayan yang didampingi manajernya,
Chenxia, ketika mengawali sambutannya.

“Budidaya kaktus di sini sudah menjadi bisnis besar untuk keperluan makanan tambahan guna mengendalikan kadar gula darah bagi penderita diabet dan kolestrol,” tutur Wang Jiayan.

Bukan hanya itu, kata dia, kaktus juga untuk lalapan yang diyakini dapat memperpanjang umur. Bahkan bisa juga untuk bahan kosmetik, jus, dan pengganti teh.

“Kaktus di Tiongkok dikenal sebagai makanan sayuran untuk panjang umur,” kata Wang Jiayan lagi.

“Apa bisa kaktus untuk memperkuat berhubungan badan suami-istri?,” tanya salah seorang delegasi dari PWI.

Wang Jiayan tersenyum sebelum menjawab. Awalnya tidak bersedia menjawab, tetapi setelah selesai pertemuan, dia secara pelan-pelan menuturkan, “Tentu saja bisa begitu. Kalau gula darah terkendali, urusan ranjang bisa harmonis”.

“Saya menggeluti bisnis ini sudah 24 tahun. Penjualannya sementara ini 90 persen di dalam negeri Tiongkok, selebihnya diekspor ke Australia,” tuturnya.

Perusahaan ini punya 16 green house yang setiap tahunnya menghasilkan 300 ton daun kaktus sebagai bahan pangan, obat, kosmetik, dan teh.

Enaknya bisnis kaktus bibitnya hanya sekali tanam. Batangnya dibiarkan tidak dipotong setiap dilakukan pemotongan daun. Dan, setiap batang akan tumbuh daun lagi.

“Batang kaktus ini kami tanam 24 tahun lalu. Sekali tanam saja. Kalau dibiarkan tidak dipotong bisa mencapai 10 meter. Tapi karena dipotong terus tiap bulan, tingginya hanya segini. Sebatas atap rumah kaca,” tutur Wang Jiayan yang mengambil ladang kaktus di Datong yang berhawa dingin.

PWI dalam lawatan ke ladang kaktus diwakili Mohammad Nasir (Bendahara Umum PWI Pusat), Untung Kurniadi Effendi (Ketua Bidang Aset), dan Zainal Helmie Masdar (Ketua PWI Kalimantan Selatan). Sementara delegasi organisasi perusahaan pers Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) dipimpin langsung oleh ketua umumnya,Teguh Santosa.

“Terima kasih dalam lawatan, kami didampingi pengurus asosiasi wartawan Tiongkok, All China Journalists Association (ACJA) Wang Xin, wartawan China Media Grup, staf ACJA Li Zhuoqi, dan Ketua ACJA Daqin Li Hejing,” kata Nasir yang mewakili PWI Pusat.

Menurut Nasir, pihaknya mengapresiasi usaha kaktus ini antara lain karena mempraktikkan nilai kemanusiaan. Semua karyawannya direkrut dari kalangan lemah secara ekonomi dan fisik.

Para pekerjanya antara lain anak yatim-piatu dan mereka yang berkebutuhan khusus karena keterbatasan fisik.

Continue Reading

Lifestyle

Berdayakan Masyarakat Terdampak Covid-19, BPN Banten Peduli Gulirkan Program Padat Karya

Berman Nainggolan Lumbanradja

Published

on

Koin24 BANTEN – Untuk membantu masyarakat dan petani terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19, BPN Banten Peduli melaksanakan program padat karya di sektor perkebunan berupa penanaman Pepaya California dengan memanfaatkan lahan tidur seluas 1 hektare milik pemerintah desa di RT005/RW002, Desa Selaraja, Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak.

Menurut Kakanwil BPN Banten Andi Tenri Abeng, kegiatan penanaman perkebunan Pepaya California di tengah Pandemi Covid-19 ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatan ekonomi masyarakat di pedesaan, dengan program padat karya tunai yang melibatkan masyarakat(petani).

Bantuan yang diberikan itu mulai dari pembukaan lahan, pengolahan tanah, penanaman. Seluruh biaya ditanggung oleh BPN Banten Peduli,termasuk pembelian bibit dan pupuk, upah kerja pegawai, perawatan tanaman hingga masa produksi.

“Ini adalah salah satu upaya kami membantu masyarakat dan petani yang terdampak krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19. Melalui program padat karya, Alhamdulilah, bupati Lebak beserta jajarannya sangat mendukung program ini, dan untuk itu, kami mengucapkan terimakasih atas dukungan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Lebak dalam upaya mensejahterakan warganya,” terang Andi Tenri Abeng, Selasa (12/5) lalu.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Kabuputen Lebak Rahmad Yuniar menyampaikan, bahwa Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Lebak akan mendampingi petani budi daya Pepaya California binaan Kantor Wilayah BPN Provinsi Banten melalui program padat karya BPN Banten Peduli.

“Dinas Pertanian Lebak akan mendampingi kelompok tani binaan BPN Banten Peduli dalam mengembangkan budi daya Pepaya California di lahan tidur milik aset Desa Selaraja,” terang Rahmat Yuniar saat mendampingi Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Banten Andi Tenri Abeng saat meninjau lahan akan dijadikan kebun Pepaya California.

Menurut Rahmat, pihaknya akan menginstruksikan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) pada Kecamatan Warung Gunung untuk mengontrol kebun Pepaya California binaan BPN Banten Peduli tersebut secara rutin lantaran para petani yang jadi binaan BPN Banten Peduli itu merupakan korban PHK akibat pandemi Covid-19 yang dirasa belum berpengalaman.

Sementara Samsudin, Ketua Kelompok Tani Berkah Jaya yang juga ketua RT005 pada Desa Selaraja, Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak mengaku sangat berterimaksih adanya bantuan program padat karya yang digulirkan oleh BPN Banten Banten ke daerah tersebut.

Sehingga warganya yang terkena PHK atau dirumahkan akibat dampak dari Pandemi Covid-19 kini bisa memiliki penghasilan untuk menghidupi keluarga.

Emboy Cahyana, Kepala Desa Selaraja mendukung penuh program padat karya perkebunan Pepaya California di lahan tidur di desa yang dia pimpin. Dia berharap agar masyarakat memanfaatkan program ini sebaik mungkin dan bisa menjadi proyek percontohan bagi RT lain di Desa Selaraja .

Continue Reading

Lifestyle

Rindu Golf, Benci Corona

Berman Nainggolan Lumbanradja

Published

on

Mengeluh tidak bisa bermain golf gara-gara corona, mendadak menjadi persoalan saya. Padahal, saya bukan pemain golf.

Apa boleh buat, keluhan itu datang dari seorang teman. Saya tahu dia pegolf aktif. Bahkan saya bisa katakan, sahabat ini “kecanduan” bermain golf.

Jika sudah berbicara golf, dunia nyaris tak bertepi. Tak heran jika sering kita jumpai kenyataan, para pecandu golf ini bisa mengesampingkan banyak hal.

Contoh kecil, rapat di kantor boleh terlambat, tetapi hadir di lapangan golf tepat waktu adalah harga mati.

Bahkan ada kisah yang lebih lucu, kalau tak mau dibilang konyol. Dalam satu obrolan santai sambil ngopi, topik sampai ke hobby golf. Saya menikmati obrolan itu, karena memang sangat menarik.

Niatnya, ia memberi tips kepada sahabat lain, yang sama-sama golfer. Tips bagaimana meredam larangan istri, minimal meredam ocehannya setiap pulang golf.

Semula, ia nyaris tidak pernah tenang bermain golf. Baru saja menaruh barang-barang di locker room, telepon sudah berdering. Si penelepon adalah sang istri.

Diangkat salah, tidak diangkat salah. Seperti simalakama.
Diangkat kena marah, tidak diangkat kena omelan juga. Protes istri, lebih tinggi volumenya kalau ia golf di hari libur.

Terkadang, bukan hanya istri, tetapi juga melibatkan anak-anak. Istri dan anak-anak bersekutu menentangnya golf, dan menuntut waktu untuk sekadar menemaninya jalan-jalan atau makan bersama.

Ide nyeleneh –yang entah dari mana sumbernya— datang. Ia pun pergi ke supermarket pusat elektronik. Diborongnya barang-barang elektronik, mulai dari microwave, blender, mixer, food processor, sampai handphone. Semua serba branded, yang lumayan mahal harganya.

Kesemua barang elektronik tadi lalu disimpannya di bagasi mobil. Lalu, sepulang dari golf, sambil bersiul-siul ia memanggil istri tercinta. Yang dipanggil, menyahut sambil bersungut-sungut.

Saat itulah, strategi dijalankan. “Nih, hadiah papah, ada door prize,” berkata begitu sambil menyerahkan salah satu barang elektronik yang sudah disimpannya di bagasi mobil.

Biasanya, suasana lekas cair.
Keesokan harinya, sepulang golf, ia kembali memberikan hadiah kepada istri, “Ini hadiah papah tadi main.” Begitu seterusnya….

Anda tahu hasilnya? Luar biasa. Ketika ia diam di rumah, maka istri yang akan datang menghampiri, dan bertanya, “Papah kok tidak golf?”

Begitulah, pernak-pernik dan suka duka pecandu golf yang saya tahu. Sedangkan, teman yang tempo hari curcol lewat WA karena golf club-nya tutup, sepertinya tidak lagi punya persoalan terhadap larangan istri atau anak-anak.

Karenanya, ia begitu stres ketika sudah beberapa minggu tidak bisa merumput.
Saya tahu, teman yang curhat ini adalah member di sejumlah golf club.

Masing-masing lapangan golf, bahkan setiap hole memiliki karakter berbeda, dengan tingkat tantangan yang juga beragam. Rintangan dapat berupa semak belukar, pohon, bunker (kubah pasir), kolam, jurang, fairway dengan kemiringan, dan sebagainya.

Pendek kata, “menaklukkan” sebuah hole seperti menjadi sebuah PR yang tidak pernah usai. Itu yang membuat para pegolf ingin kembali dan kembali lagi ke lapangan golf. Belum lagi kalau di sela-sela permainan, para pemain sudah bersepakat membuat “perda” (peraturan darurat).

Denda –bisa juga disebut taruhan—bahkan bisa terjadi di setiap stroke (pukulan).

Sungguh mengasyikkan jika membayangkan saya ada pada posisi dia.
Memahami begitu gundah dan gulana perasaan sahabat yang tidak bisa bermain golf, maka saya menjadi maklum ketika ia nge-share pengumuman pengelola Pondok Indah Golf Course, Jakarta Selatan.

Pointnya adalah “Bahwa Pondok Indah Golf Course, Senin 4 Mei 2020 kembali untuk tetap DITUTUP. Mohon maaf atas ketidaknyaman ini dan abaikan pengumuman kami sebelumnya.”

“Saya member di Pondok Indah Golf Club, sudah berminggu-minggu tidak olahraga, jadi tidak sehat juga kan? Padahal kan bisa tetap golf dengan tetap menjaga jarak, cuci tangan, dan periksa temperatur. Satu kereta hanya untuk satu orang caddy yang berdiri di belakang, dan player yang nyetir,” tulisanya melalui pesan WhatsApps.

Tidak cukup sampai di situ, ia juga usul agar setiap player yang datang, tidak berkumpul di locker room. Bahkan mandi pun di rumah.

Jadwalnya diatur, 50 player pagi dan 50 player sore dan tidak ada pertandingan yang ramai-ramai. “Mohon dipertimbangkan,” katanya lagi.

Belum selesai saya memberi tanggapan atas curhatannya, ia mengirim flyer image bertuliskan “Happy Ramadhan, Happy Golfing”.

Saya cermati flyer indah dengan latar belakang foto padang golf Klub Golf Bogor Raya dengan penawaran harga khusus Ramadhan setiap hari Minggu dan Senin. Di bawahnya, terdapat nomor telepon untuk reservasi.

Artinya, pada saat bersamaan, ia mendapatkan kabar baik dari Bogor. Kabar yang memungkinkan ia bisa kembali “merumput” dengan stik-stik andalannya.

Padahal, saya baru saja terpikir untuk memberinya solusi praktis yakni “virtual golf”. Sebuah alternatif untuk tetap bisa bermain golf, meski di dalam ruang tertutup.

Di Jabotabek, sependek pengetahuan saya, terdapat sejumlah spot virtual golf. Di tempat ini, para pegolf tetap bisa bermain golf, bahkan bisa menyetel driving range yang dikehendaki.

Kalau toh tidak bisa bermain beramai-ramai, sarana virtual golf setidaknya bisa tetap melatih pulukan. Bukan itu saja, yang terpenting adalah bisa sebagai sarana melepas hasrat dan kerinduan bermain golf. Itu artinya, kerinduan bermain golf terobati, olahraga tepenuhi.

Sekadar menyebut lokasi virtual golf, di Jakarta Selatan ada V-Golf Club (Lotte Shopping Avenua) dan di SG Golf Indonesia di Jl Prapanca, Kemang. Bahkan di Depok juga ada, Virtual Warehouse, Bukit Golf Cibubur Riverside di Leuwinanggung, Tapos. Atau jangan jangan ia sudah tahu hal ini, dan justru sayalah yang tidak tahu kalau semua tempat virtual yang saya sebutkan itu ikut ikutan tutup.

Tapi sudahlah. Mungkin sahabat saya lebih memilih pergi ke Bogor, dengan berbagai alasannya. Sebab, bagi sebagian pegolf, memang, bermain golf di lapangan terbuka dengan di indoor memiliki sensasi yang berbeda.

Sebab di lapangan golf asli itulah mereka bisa merasakan green area, yakni area pada hole yang memiliki jenis rumput yang relatif lebih lembut dan tipis dibanding area lain. Pada green area inilah terdapat target lubang untuk memasukkan bola.

Sensasi di area ini memang membuat para pegolf kecanduan.
Sedangkan, yang saya usulkan lebih bermakna, “tak ada akar, rotan pun jadi”. Tetap jaga jarak, tetap sehat, kawan…..

Continue Reading
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Terpopuler