Connect with us

News

Kisah dari Lintau Senja di Rumah Gadang Mufidah Jusuf Kalla

Berman Nainggolan Lumbanradja

Published

on

Catatan Egy Massadiah

Sumbar,Koin24.co.id – Syahdan pada Jumat 21 Oktober 2022, Letjen Pur DR HC Doni Monardo, dalam kapasitas sebagai anggota Dewan Penyantun ISI Padangpanjang memberi kuliah umum di hadapan sekitar 400-an mahasiswa. Acara berlangsung di Gedung Pertunjukan Huriah Adam. Huriah Adam adalah nama maestro tari kelahiran Padangpanjang yang meninggal 10 November 1971.

Karena tiba sehari sebelumnya, Doni Monardo memanfaatkan waktu untuk “pulang kampung” ke Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar.

Yang istimewa adalah, Doni Monardo mengajak saya mampir ke rumah gadang Ibu Mufidah Jusuf Kalla di Nagari Tanjung Bonai, Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar. Ini adalah kali pertama saya menghirup udara Lintau.

Senja baru saja menjelang, saat menepi di tanah leluhur Mufidah. Sebuah Rumah Gadang Minangkabau nan cantik dan anggun menyergap pandangan mata saya.

Gadang Trend Setter

Ciri utama rumah gadang terletak pada bentuk atap yang melengkung lancip ke atas menyerupai tanduk. Masyarakat Minang menyebutnya gonjong.

Dua gonjong di kiri, dua gonjong di kanan, dan satu gonjong menjorok ke depan, mengesankan aroma megah. Ornamen di bidang “papan banyak” (dinding luar) didominasi ukiran nuansa coklat.

Dari kerabat Mufidah Jusuf Kalla, Syahrul Udjud, saya beroleh informasi bahwa pembangunannya dilakukan tahun 2003.

“Yang menarik, rumah gadang Ibu Mufidah, akhirnya menjadi trend setter,” ujar Syahrul Udjud, yang juga mantan Wali Kota Padang dua periode (1983 – 1993).

Untuk diketahui, saya sudah mengenal Syahrul Udjud sejak tahun 1990 an, saat masih menjabat wali kota. Kala itu sebagai wartawan saya ikut rombongan Hajjah Siti Hardiyanti Rukmana Soeharto dalam rangka perhelatan Kirab Remaja. Kami dijamu durian di rumah Wali Kota Padang.

Jika Syahrul Udjud menggelari rumah gadang itu menjadi trend-setter, tentu ada alasannya. Ia mengatakan, setelah bangunan itu berdiri, ramai orang Minang bertandang ke sana. Selain untuk melihat dari dekat keindahan rumah gadang, juga tidak sedikit yang kemudian meniru.

Apa yang ditiru? Utamanya pemanfaatan ruang bawah. Sebelum tahun 2003-2004, rumah gadang identik dengan rumah panggung.

Pada bagian bawah, dibiarkan kosong. Kalaupun dimanfaatkan, biasanya untuk gudang. Berbeda dengan rumah gadang Mufidah, yang menutup rapat bagian bawah, dan memanfaatkan bidang yang ada menjadi kamar-kamar.

“Saya beberapa kali tidur di sana, di ruang bawah,” ujar Syahrul Udjud. Ditambahkan, selain kamar-kamar, juga dimanfaatkan untuk tinggal para pegawai yang mengelola dan merawat rumah gadang itu. “Jadi sangat fungsional, tanpa mengubah esensi arsitektur rumah gadang khas Minang,” tambahnya.

Proses Pembangunan

Ide pembangunannya muncul tahun 2001 ketika Menko Kesra Jusuf Kalla dan Mufidah JK bersama Mendikbud Malik Fadjar, berkunjung ke Sumbar. Syahrul juga ikut dalam kunjungan itu. Posisinya sebagai Deputi Menko Kesra.

Dalam kunjungan tersebut, JK dan rombongan mampir ke rumah keluarga besar sang istri di Nagari Tanjung Bonai, Kecamatan Lintau Buo Utara. Di lokasi, JK dan istri melihat tanah terhampar luas. Maka tercetuslah ide membangun rumah gadang.

Bupati Tanah Datar Masriadi Martunus (2000-2005) dan Kolonel (Mar) Anshar Miad (adik Mufidah JK) kemudian membuat desain dan rancangan.

Pembangunan dimulai tahun 2003. Syahrul Udjud terkenang, bagaimana JK dan Ibu Mufidah begitu detail mengikuti dan memperhatikan proses pembangunan rumah gadang tersebut. Termasuk ide mengubah space ruang bawah rumah gadang yang kosong.

Awal tahun 2004, JK dan Mufidah kembali berkunjung ke Sumbar. Saat itulah, pasangan Bugis – Minang ini bersama-sama meresmikan rumah tersebut. Mereka kemudian menaiki rumah gadang dan menginap di sana.

Di rumah gadang itu pula, otoritas adat mengukuhkan gelar datuk ke anak laki-laki satu-satunya pasangan JK-Mufidah, yaitu Solihin Kalla. Sejak itu, ia bergelar Datuk Rajo Panghulu.

Dalam rombongan JK, Rokhmin Dahuri, Menteri Kelautan dan Perikanan yang beristrikan wanita Minang ikut serta. Tampak pula tokoh Minang Azwar Anas, di samping Buya Syafei Ma’arif dan Anregurutta Kyai Haji Sanusi Baco, ulama kharismatik asal Sulawesi Selatan.

Pepatah Minang

Mufidah lahir dari pasangan suami-istri Minang yang juga perantau. Tak heran jika ia lahir di tempat rantauan orang tuanya.

Bernama asli Mufidah Mi’ad Saad lahir pada 12 Februari 1943 di kota Sibolga, Sumatera Utara. Ia merupakan putri dari H. Buya Mi’ad (ayah) dan Sitti Baheram (ibu), pasangan asal Lintau Buo, Tanah Datar, Sumatera Barat yang menetap di Sibolga sebelum berpindah ke Makassar, Sulawesi Selatan.

Sekalipun begitu, keluarga Mufidah tidak pernah melupakan kampung halaman. Syahrul Udjud menyebutkan ihwal pepatah Minang yang tetap dipegang teguh, “adat bersandi syarak, syarak bersandi kitabullah”.

Falsafah tadi merupakan filosofi hidup masyarakat Minangkabau. Sebuah ajaran yang menjadikan Islam sebagai landasan dan atau pedoman tata pola perilaku dalam berkehidupan.

Dengan kata lain, adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato, Adat Mamakai, merupakan kerangka atau pola berkehidupan masyarakat Minangkabau seutuhnya. Baik secara horizontal – vertikal dengan Sang Maha Pencipta, maupun secara horizontal – horizontal antar sesama manusia, ataupun dengan makhluk lain di alam semesta.

Taat pada filosofi Minang tadi, pasca berdirinya rumah gadang, Mufidah juga membangun Mesjid Tanjung Bonai. Lokasi masjid kebetulan tidak terlalu jauh dari rumah gadang Mufidah. Mesjid itu diresmikan Jusuf Kalla dan Datuk Solihin JK serta Mufidah JK tahun 2019.

Menurut Syahrul, orang Minang beprinsip, jika sudah sukses di rantau, jangan sampai lupa memperhatikan kampung. Itu pula yang diwujudkan Mufidah dengan membangun rumah gadang dan masjid di Lintau.

Rumah gadang dan masjid adalah simbol dari adat bersandi syarak, syarak bersandi kitabullah. Jika ada urusan kaum atau keluarga bisa dimusyawarahkan di rumah gadang. Jika telah selesai bermusyawarah atau tiba waktu sholat maka mereka segera ke masjid untuk sholat berjamaah.

Sekolah Tenun

Bukan hanya itu wujud kepedulian Mufidah terhadap kampung halaman. Mufidah juga mendirikan Sekolah Tenun di Lintau. Di sekolah tenun itulah para ibu dan kaum remaja warga Sumatera Barat belajar menenun. Kepandaian menenun menjadi sumber tambahan penghasilan keluarga selain dari bertani.

Masyarakat Sumatera Barat antusias dan mengapresiasi pendirian Sekolah Tenun. Di luar aspek sosial dan ekonomi, pendirian Sekolah Tenun sekaligus memiliki makna besar dalam kegiatan pelestarian budaya tenun yang usianya sudah berabad-abad dan hampir dilupakan generasi sekarang.

Objek Wisata

Nah kembali ke Rumah gadang Mufidah Jusuf Kalla di Lintau. Keberadaannya, tak pelak menjadi salah satu destinasi wisata “tak resmi”. Tak jarang, para pelintas berhenti di depan rumah itu untuk sekadar berfoto dan ber-selfie. Maklumlah, objek rumah indah itu memang sangat instagramable.

Sekadar Anda ketahui, Tanah Datar memiliki banyak objek wisata yang memanjakan indera penglihatan. Sebut saja misalnya, Istana Pagaruyung, Danau Singkarak, Benteng Van der Capellen, Panorama Tabek Patah, Kincir Air Talawi, Nagari Tuo Pariangan, Air Terjun Lembah Anai, dan masih banyak lagi.

Tanah Datar juga dikenal sebagai “Nagari” yang paling maju, di samping Koto Gadang di Kabupaten Agam. Dari daerah Tanah Datar juga banyak lahir para pemimpin politik sejak zaman pra kemerdekaan.

“Dokter pertama Indonesia dari Tanah Datar, namanya dr Saleh. Beliau adalah orang tua dari Chaerul Saleh, Ketua MPR RI yang pertama, serta menduduki berbagai jabatan Menteri hingga Wakil Perdana Menteri di era Presiden Sukarno,” papar Syahrul Udjud.

Tokoh Tanah Datar yang lain, di antaranya Ahmad Khatib Datuk Batuah, seorang ulama dan pejuang kemerdekaan Indonesia pada awal abad ke-20.

Kuliner Ikan Sasau

Selain itu, Tanah Datar juga dikenal sebagai surganya kuliner Minang. Kuliner Tanah Datar, secara khusus banyak diburu para wisatawan yang berkunjung ke Sumatera Barat. Beberapa kuliner khas Tanah Datar di antaranya Pangek Simawang. Pangek Simawang adalah makanan yang menggunakan ikan Sasau khas Danau Singkarak sebagai bahan utama.

Menu lain adalah sate didong. Sekilas mirip sate padang yang Anda sering lihat. Akan tetapi, cita rasanya jauh berbeda. Bahan kuliner yang satu ini dari daging sapi biasa yang ditaburi bawang di atasnya. Sate ini dilumuri kuah kuning yang harum dan memiliki cita rasa mantap.

Yang tak boleh Anda lupakan, adalah dadiah, kuliner khas yang menggunakan susu murni sebagai bahan utama. Olahan susu kerbau yang sebelum dikonsumsi dimasukkan terlebih dahulu ke dalam tabung bambu. Biasanya dadiah dihidangkan bersama ampiang dan gula enau yang terkenal sehat dan legit. Saat mampir di rumah kerabat Doni Monardo, saya sempat mencicipi dadiah. Rasanya mirip keju.

Tentu masih sangat banyak menu lain yang bakal menggoyang lidah Anda. Itu pula yang membuat saya ingin kembali ke sana. Selain singgah di Rumah Gadang Mufidah Jusuf Kalla, sekaligus berburu kuliner lezat khas Minang di kesejukan hawa Lintau, Tanah Datar.

Sarang Hujan

Bicara Tanah Datar tempat rumah gadang Mufidah, kita sontak ingat Padangpanjang. Dua daerah ini hanya berjarak 28 km. Tidak terlalu jauh. Tidak heran jika keduanya memiliki topografi yang relatif sama. “Padangpanjang adalah kota yang berbahagia,” demikian tulis Ali Akbar Navis, pengarang ‘Robohnya Surau Kami’ yang fenomenal itu.

Mengutip AA Navis: di sana ada batu kapur yang memberi hidup, ada sawah, ada sungai yang memberi hidup, ada rel kereta yang memberi hidup “walau kadang orang mati juga dilindasnya,” kata Navis lagi.

“Di kota kecil ini,” tulis Navis pula, “air berlebihan. Hingga ke mana pun kita bertandang, perempuan atau gadis-gadis cepat-cepat menyediakan minuman bagi kita.”

Akan halnya Padangpanjang, maka Tanah Datar pun merupakan kota kecil yang berada di kaki gunung-gunung raksasa. Ada Gunung Singgalang di barat, ada Gunung Marapi di timur, ada Gunung Tandikek agak ke barat daya.

Untuk kita ketahui bersama, ternyata bukan hanya Bogor yang dikenal sebagai “kota hujan”, tetapi juga Tanah Datar. “We wonen hier in een regennest, Meneer!” kata seorang pelancong Belanda pada akhir abad ke-19. Yang artinya kurang lebih, “Kami tinggal di sarang hujan di sini, pak!”

Tarian Gempa

Doni Monardo, pria berdarah Minang yang saya kenal sejak berpangkat Mayor di tahun 97-an itu, pernah menjabat Kepala BNPB 2019-2021. Ia bercerita ihwal keistimewaan rumah gadang. Disebut istimewa karena rumah gadang yang benar, pasti tahan gempa.

Apa daya. Roda zaman terus berputar. Satu per satu, rumah gadang yang berusia di atas 100 tahun, mulai lapuk. Sebagian berhasil direnovasi, sebagian roboh dan diganti konstruksi rumah beton. Karena itu, Rumah Gadang mulai jarang ditemui di daerah perkotaan. Akan tetapi, Anda bisa menjumpainya di nagari.

Betapa Rumah Gadang ternyata juga mewarisi kecanggihan leluhur dalam membuat konstruksi rumah tahan gempa.

Kita mengetahui, bahwa Padang (Sumatera Barat) berada di zona subdiksi lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia. Hal ini memberikan kontribusi tektonik di laut maupun di daratan Pulau Sumatera. Tak heran bila di sana, sering terjadi gempa bumi. Rumah Gadang (yang benar) adalah rumah tahan gempa.

Saya mengulik lebih jauh referensi seputar rumah gadang. Ternyata, bangunan rumah tradisional ini dibina dari tiang-tiang panjang. Bangunan rumah dibuat besar ke atas, namun tidak mudah roboh oleh goncangan.

Seluruh tiang Rumah Gadang tidak ditanamkan ke dalam tanah, tetapi bertumpu ke atas batu datar yang kuat dan lebar. Pada pertemuan antara dasar tiang dan batu dilapisi tumpukan ijuk.

Seluruh sambungan setiap pertemuan tiang dan kasau (kaso) besar tidak memakai paku, tetapi memakai pasak yang juga terbuat dari kayu.

Alhasil, saat gempa mengguncang bumi, rumah gadang akan bergeser secara fleksibel seperti menari di atas batu datar tempat tiang itu berdiri. Begitu pula setiap sambungan yang dihubungkan oleh pasak kayu juga bergerak secara fleksibel.

Benar sekali pepatah “alam takambang jadi guru”.

Salam sehat dari Lintau.

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

News

SAFARI RAMADAN YASTROKI, DR. TUGAS : SI MISKIN RENTAN STROKE

Berman Nainggolan Lumbanradja

Published

on

Soni (stroker baju hitam tengah deretan depan) tampak ceria di tengah kunjungan rombongan Yastroki ke Lubang Buaya, Jaktim. ( foto ist)

JAKARTA, Koin24.co.id – Rakyat miskin paling rentan terserang stroke. Imbas tekanan memenuhi kebutuhan hidup, sehingga kurang peduli menjaga kesehatan.

Fenomena tersebut dijumpai pada sejumlah negara miskin. Beda daripada negara kaya, walau banyak makanan tinggi kolesterol, rakyatnya relatif lebih peduli terhadap pola hidup sehat.

Dr. Tugas, kedua dari kanan, foto bersama stroker Wahyudi, ketiga dari kanan, dan peserta Safari Ramadhan Yastroki di Cibitung, Bekasi. ( foto ist)

Menurut Mayjen TNI (Pur.) Dr. dr. Tugas Ratmono SpN, MH, data statistik tingkat dunia menyebutkan si miskin penderita stroke lebih tinggi dibandingkan dengan si kaya juga terjadi di Indonesia.

“Bagi yang ekonomi kuat punya kepedulian menjaga pola hidup sehat,” jelasnya sebagai Ketua Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki).

Menyikapi problem yang ada, Selasa,(19/03), Yastroki bersama Kreshna ( Komunitas Sahabat Stroker atau komunitas bekas penderita stroke) antara lain bersafari Ramadhan sambil membagi bahan pangan dan tongkat kepada stroker di Kel. Lubang Buaya, Jaktim dan Cibitung, Bekasi, Jawa Barat.

Kunjungan kemanusiaan ke rumah stroker sambil menyemangati yang bersangkutan. “Jaga kesehatan, rutin olahraga agar jangan sampai stroke lagi,” kata Dr. Tugas yang juga didampingi Toto Irianto, Ketua Yayasan Kota Jakarta Weltevreden dan lainnya.

PAKET RAMADAN

Upaya menyantuni stroker mengisi Ramadhan 1445/2024, Yastroki menggalang donasi khalayak. Bantuan dapat berupa paket sembako dan lainnya yang bermanfaat langsung bagi stroker dalam menjalani ibadah puasa.

“Kami menampung bantuan dari berbagai pihak untuk disalurkan kepada stroker yang membutuhkan, ” kata Titiek Suryanti, Kepala Sekretariat Yastroki beralamat di Gedung Mega Kuningan, Jl. R. Rasuna Said, Jaksel.

TAMPAK CERIA

Stroker Soni di Lubang Buaya, Jaktim bersama keluarga, dan Wahyudi di Cibitung, Bekasi, tampak ceria menyambut rombongan Safari Ramadan Yastroki. Sambil mendengarkan arahan motivasi hidup sehat oleh Dr. Tugas, berkali- kali mengucapkan terima kasih.
Jumlah stroker se-Jabodetabek tergabung dalam Komunitas Kreshna sekitar 750 jiwa. Suhadi, pimpinan Komunitas Kreshna, menjelaskan pihaknya berupaya membimbing penguatan iman kepada Tuhan YME hingga kemandirian ekonomi keluarga sesama anggota.

PENYEBAB KEMATIAN

Stroke menjadi penyebab kematian urutan kedua di dunia pada tahun 2015 dan urutan pertama di Indonesia pada tahun 2014.

Data Kemenkes RI menyebutkan berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur 15 tahun ke atas ada 10,9% atau diperkirakan sebanyak 2.120.362 penderita stroke.

Pemerintah berupaya menurunkan jumlah penderita dengan cara memperkuat pencegahan antara lain mengkampanyekan konsumsi makanan bergizi seimbang, menjaga kadar gula dalam darah, rutin cek kesehatan minimal 6 bulan sekali.

Continue Reading

News

BPN Kota Depok Bahas Progres PTSL 2024, Indra Gunawan: Edukasi Warga, Benamkan Pungli

Berman Nainggolan Lumbanradja

Published

on

Kepala BPN Kota Depok Indra Gunawan bersama Ketua Tim I Agus Tresna, Ketua Tim II Indrayanto menggelar rapat koordinasi PTSL 2024 yang berlangsung di aula Kantor Pertanahan Kota Depok. (Foto: BPN Kota Depok)

DEPOK Koin24.co.id – Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Depok, Indra Gunawan, mengungkapkan harapannya agar program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dapat berjalan dengan baik dan mampu menembus target yang dicanangkan tahun 2024.

Indra Gunawan menekankan pentingnya program PTSL sebagai wujud kepastian hukum untuk perlindungan hak atas tanah bagi masyarakat Kota Depok. Jangan sampai, program baik ini melahirkan oknum pungli (pungutan liar) yang merusak dan merugikan publik.

“Kalau targetnya 5000 bidang, artinya pekerjaan tahun ini lebih berlipat dari tahun-tahun sebelumnya. Maka, butuh inisiatif dan inovasi ekstra untuk merangsang masyarakat berperan aktif mendaftarkan bidang tanahnya,” jelas Indra Gunawan dalam rapat koordinasi dengan tim PTSL, Senin,(18/3/ 2024).

Dengan target besar ini, BPN Kota Depok harus mampu menutup ruang gerak pungli, caranya bekerja sama dengan aparatur kelurahan, kecamatan, hingga kepolisian setempat.

“Masyarakat Kota Depok harus terus diedukasi, jangan biarkan mereka larut dengan janji-janji oknum yang tak bertanggungjawab dengan alasan bisa memuluskan program PTSL. Saatnya bemankan pungli,” tegasnya.

Ditambahkan Indra, program PTSL yang diinisiasi oleh Kementerian ATR/BPN merupakan kebijakan strategis agar masyarakat mendapatkan sertifikat tanah dengan mudah, terjangkau dan mencegah praktek pungutan liar (pungli).

“Masyarakat perlu diimbau berulangkali untuk memanfaatkan program PTSL ini serta melaporkan segala bentuk pungli yang terjadi, sehingga pembuatan sertifikat tanah dapat berjalan dengan lancar dan adil bagi semua pihak,” tegasnya.

Indra Gunawan kembali mengingatkan bahwa PTSL bukan hanya sebatas merealisasikan target atau menambah target. Tapi yang terpenting mampu memberikan kepastian dan perlindungan hukum atas hak tanah masyarakat.

Melalui program PTSL yang terus digencarkan BPN Kota Depok, data yang diperoleh dapat menjadi dasar dalam perencanaan penggunaan lahan yang lebih terarah, mengurangi konflik kepemilikan tanah, dan mendorong pembangunan yang berkelanjutan.

Program PTSL merupakan inisiatif pemerintah yang bertujuan untuk mendaftarkan tanah-tanah di seluruh Indonesia secara sistematis dan lengkap.

Program PTSL diharapkan dapat membantu masyarakat mendapatkan sertifikat hak atas tanah mereka, yang nantinya akan memberikan kepastian hukum dan perlindungan hak atas tanah.

“BPN Kota Depok akan terus berupaya untuk memastikan program ini berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan,” jelas Indra Gunawan.

Sementara itu, Ketua Tim I PTSL Kota Depok Agus Tresna mengatakan, dari data dashboard per Maret 2024, terdapat 404 berkas yang masuk dalam tahap puldadis (pengumpul data yuridis) sedangkan 373 sudah masuk dalam tahap pemberkasan.

“Dari kalkulasi di atas, bisa kita simpulkan terdapat 312,94 hektare sebagai capaian PBT dari target yang ditentukan. Semua sedang on proses mudah-mudahan semua sesuai dengan target PTSL 2024,” jelas Agus Tresna.

Sementara itu, Ketua Tim II PTSL Indrayanto menambahkan, untuk program PTSL untuk wilayah Kecamatan Pancoran Mas, Cilodong, dan Sawanang progresnya cukup baik.

“Untuk tim II dari data masuk terdapat 487 berkas yang masuk dalam tahap puldadis, sisanya 431 bidang, masuk dalam tahap pemberkasan,” kata dia.

Berikut ini target PTSL per bidang di setiap Kecamatan/Kelurahan di Kota Depok:

TIM I PTSL 2024

Beji, Tanah Baru: 450
Beji, Kukusan: 500
Cipayung, Ratu Jaya: 500
Cipayung, Cipayung Jaya: 100
Cipayung, Pondok Jaya: 100
Tapos, Cilangkap: 300
Tapos, Leuwinanggung: 200
Bojongsari, Curug: 150
Bojongsari, Serua: 150
Pancoran Mas, Depok Jaya: 50

Target: 2.500 Sertifikat.

TIM II PTSL 2024

Pancoran Mas, Depok: 100
Pancoran Mas, Mampang: 250
Pancoran Mas, Pancoran Mas: 250
Pancoran Mas, Rangkapan Jaya: 250
Cilodong, Cilodong: 100
Cilodong, Kalibaru: 200
Cilodong, Sukamaju: 200
Cilodong, Kalimulya: 200
Cilodong, Jatimulya: 100
Sawangan, Pengasinan: 500
Sawangan, Sawangan: 250
Sawangan, Sawangan Baru: 100

Target: 2.500 sertifikat

Continue Reading

News

Joni Matondang Terima SK Plt Ketua PWI Pokja Walikota Jaksel

Berman Nainggolan Lumbanradja

Published

on

Jakarta,Koin24.co.id — Joni Matondang terima SK (Surat Keputusan) Pelaksana tugas (Plt) Ketua PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Kelompok Kerja (Pokja) Walikota Jakarta Selatan yang diserahkan oleh Plt Ketua PWI Provinsi DKI Jakarta, Kesit B. Handoyo di Markas PWI Provinsi DKI Jakarta, Jalan Suryopranoto, Jakarta Pusat, Rabu, (13/3/2024) siang.

SK penunjukan Plt tertanggal 8 Maret 2024 tersebut untuk kelancaran roda organisasi PWI Pokja Walikota Jakarta Selatan hingga berakhirnya kepengerusan PWI Provinsi DKI Jakarta masa bakti 2019-2024. Joni Matondang menjadi Plt Ketua PWI Pokja Walikota Jakarta Selatan menggantikan Ketua PWI Koordinatoriat (Pokja-red) Jakarta Selatan yang sebelumnya dipimpin oleh Edi Kuswanto yang telah habis masa jabatannya pada tanggal 03 Maret 2024.

Plt. Ketua PWI Provinsi DKI Jakarta, Kesit B. Handoyo mengatakan, nama Koordinatoriat PWI Jakarta Selatan berubah menjadi Kelompok Kerja (Pokja) Walikota Jakarta Selatan.

“Setelah menerima berita acara penunjukan Joni Matondang sebagai Plt ketua PWI Pokja Walikota Jakarta Selatan dan beritanya juga sudah saya sebarkan di group pengurus, maka sudah kita buatkan SK-nya untuk Plt koordinatoriat, maaf, bukan koordinatoriat namanya sekarang, tapi Pokja Walikota Jakarta Selatan yang masa berlakunya hingga berakhirnya kepengurusan PWI 2019-2024. Jadi,nanti jika ada terpilih ketua yang baru maka beliau yang terpilihlah yang akan menunjuk kembali siapa yang akan bertugas untuk 5 (lima) tahun. Jadi nanti lima tahun bukan 3 (tiga) tahun lagi,” papar Kesit B Handoyo.

Di tempat yang sama, Plt Ketua Dewan Kehormatan PWI Provinsi DKI Jakarta, Berman Nainggolan berpesan kepada Joni Matondang agar terus menjaga kekompakan dan kesolidan sesama anggota PWI Pokja Walikota Jakarta Selatan.

“Tetap jaga soliditas PWI Pokja Walikota Jakarta Selatan. Jangan sampai ada friksi-friksi. Itu saja dari saya,” pungkas Berman Nainggolan.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Terpopuler