Bogor, koin24.co.id – Protokol Kesehatan atau Prokes memang menimbulkan biaya tambahan. Sejumlah pengusaha mengakui menjadi penyebab biaya tinggi namun aman.
Sejak PSBB diterapkan di Indonesia, tingkat hunian hotel langsung anjlok. Bahkan sejumlah hotel di Bali diiklankan untuk dijual karena tidak mampu menghadapi Covid-19.
Kementerian yang biasa melakukan kegiatan dengan gunakan fasilitas hotel, langsung menghentikan kegiatan tatap muka untuk menghindari terjadinya klaster baru.
Saat trend pandemi mulai turun sejumlah kegiatan tatap muka mulai kembali. Namun kementerian mencari hotel yang menerapkan Prokes ketat.
Salah satunya adalah The 101 Hotel di Bogor, Jawa Barat. Hotel ini menjadi pilihan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk melakukan kegiatan bimtek pemantau media.
Prokes Super Ketat
The 101 Hotel di Kota Bogor, memang hotel yang sangat luar biasa ketatnya menerapkan protokol kesehatan untuk melindungi konsumen dari Covid-19.
Mulai dari gerbang masuk, pengunjung sudah dideteksi suhu tubuh. Begitu juga ketika ingin masuk hotel sejumlah pelindung diri tersedia.
Pengunjung tanpa kecuali wajib menggunakan pencuci tangan antiseptik untuk membunuh kuman dan virus.
Begitu juga ketika ingin berbicara dengan front office diberikan alat pelindung diri. Sarung tangan plastik dan cairan atau antiseptik tersedia pada setiap sudut.
Waktu giliran makan baik sarapan pagi, makan siang dan makan malam bukan hanya ditanya asal instansi tetapi juga wajib gunakan masker dan sarung tangan.
“Bapak dan ibu karena makanan dihidang secara prasmanan, gunakan sarung tangan plastik ini dan saat mengambil makanan tetap masih gunakan masker atau pelindung muka,” ujar petugas pada pintu masuk restoran.
Tidak hanya ketat di pintu, karyawan selalu mengingatkan ketika tamu mengambil makanan tambahan belum gunakan masker lagi.
“Mohon ini bapak dan ibu ketika mengambil makanan lagi, masker dan sarung tangan kembali dipakai untuk kesehatan bersama,” ujar mojang Bogor mengingatkan.
Alhamdulillah, tidak ada tamu yang marah ketika diingatkan untuk kembali gunakan masker dan sarung tangan saat menambah makanan.
Masker yang digunakan memang jadi bertambah karena terkena makanan, namun Prokes ketat lebih penting daripada sekedar tambah atau ganti masker.
Selain soal makan yang ketat, suasana dalam ruang pelatihan juga berbeda. Antara satu dengan peserta lainnya berjarak antara 1,5 meter sampai 2 meter.
Semua peserta gunakan masker dan penutup wajah transparan. Suasana bimbingan teknis tidak kalah ketat dengan di ruang makan.
Asisten Deputi Partisipasi Media, Fatahillah MSi yang membuka kegiatan mengakui memilih hotel dengan Prokes super ketat agar pasca bimtek pemantau media semua peserta tetap sehat.
“Ini kegiatan pertama offline setelah PSBB pada bulan Maret lalu. Jadi kita ingin semua lancar dan peserta sehat,” ujar Fatahillah yang kini menjadi Kepala Biro Humas dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Peserta bimtek yang selama ini twin sharing atau sekamar berdua untuk mencegah Covid-19 juga diberikan fasilitas sekamar sendiri.
Itu sebabnya anggaran kegiatan menjadi bertambah karena harus melakukan protokol kesehatan yang super ketat demi tidak memberikan potensi Covid-19.
Amy Mubinoto, salah seorang peserta mengakui protokol kesehatan Covid-19 di Hotel 101 ini super ketat.
Biasanya dia mendapat kamar berdua. “Malam ini sekamar sendiri. Abang enak bawa keluarga,” kata wartawan yang hobinya melaporkan rekan sejawat ke Dewan Pers bila melanggar hak anak.
Biaya tinggi hotel dalam upaya pencegahan Covid-19 juga terlihat ketika membersihkan kamar. Setiap sudut dan permukaan dibersihkan dengan cairan antiseptik untuk membunuh virus.
Bahkan pada berbagai sudut restoran selain ada sarung tamgan dan cairan antiseptik juga pada peralatan makan menggunakan lampu ultraviolet untuk membunuh virus.
Hampir setiap sudut juga terdapat pengumuman 3M, selalu mencuci tangan, menggunakan masker dan menjaga jarak, termasuk saat gunakan liftnya. ( Kamhas)
You must be logged in to post a comment Login