Jakarta koin24.co.id – Ekonomi keluarga dan kerabatnya sudah hancur diterpa Covid-19 selama sembilan bulan, karena tidak bisa berusaha.
Jangankan menabung untuk sekolah dan masa depan anak, kata Dewi, perempuan berhijab yang menjadi pedagang Warung Tegal.
Sebelum Covid-19, iya mengaku setiap hari menghabiskan sepuluh kilogram iga sapi. Buka pukul 06.00 pukul 15.00 sudah istirahat.
Hasil berjualan selama empat bulan digunakan untuk kehidupan empat bulan berikutnya. “Saya dagangnya aplusan,” ujarnya.
PSBB pertama pada bulan Maret 2020 adalah waktunya dia mengisi aplusan. Pas, mengisi kena PSBB pertama langsung sepi.
Omset tinggal 30 persen saja. Waktu berusaha yang semula sampai pukul 15.00 diperpanjang sampai malam tapi hanya capai saja.
“Tidak ada omset, selama PSBB hanya sekitar tiga kilo iga saja dari biasa sepuluh kilo, ga bisa simpan,” ujar ibu seorang anak.
Itu sebabnya yang biasanya istirahat setelah berdagang selama empat bulan, Dewi dan suaminya harus tetap mengisi Warteg lain.
Bulan Agustus, Dewi mengaku setelah aplusan dari Warteg SOP Iga Rulita Jaya di Manggarai, Jakarta Selatan tidak istirahat.
“Saya aplusan ke Warteg saudara di belakang Mall Ambasador, Kuningan, Jakarta Selatan, ternyata sepi juga. Omset hanya seratus sampai dua ratus ribu saja,” ungkapnya.
Jangankan untung, untuk belanja besok saja ga cukup. Omset sepi, kontrakan malah naik dari Rp 30 juta menjadi Rp 40 juta.
Buat kontrak dan kebutuhan listrik serta air saja Rp 150 ribu sehari. Ini kok omset hanya seratus sampai dua ratus ribu, bangkrut lah.
Dewi dan kerabat pemilik warung akhirnya meninggalkan warung di belakang Mall Ambasador itu. “Saya mengisi Warteg di Ceger ini karena pemiliknya hajatan,” jelasnya lagi.
Covid-19 diakui bukan saja menghancurkan ekonomi keluarganya tetapi juga pedagang Warteg lainnya.
Berharap segera ditemukan vaksin
Ibu dari seorang pelajar SMA ini mengaku tidak mampu untuk biayai anaknya sampai perguruan tinggi, karena kondisi ekonomi akibat Covid-19.
Selesai SMA, anak lelaki satu-satunya diharapkan dapat pekerjaan. Bila sudah kerja bisa biayai kuliah lagi, syukur.
Mantan SPG kecantikan ini mengaku buka usaha Warteg itu melelahkan. Bangun sebelum Subuh, masak dan dagang sampai sore bahkan malam.
Dewi berharap vaksin bisa segera ditemukan dan ekonomi dapat normal kembali. “Bulan Desember ini saya aplusan di Warung Rulita Jaya Manggarai, katanya kondisi belum pulih,” jelasnya.
Sepinya konsumen membuat perempuan lulusan SMA ini menjaga kebersihan makanan dan konsumennya supaya tetap sehat.
“Kapasitas bangku untuk makan di tempat dikurangi. Kita juga sediakan air bersih dan sabun untuk cuci tangan,” jelasnya.
Selain itu bila waktu tertentu konsumen datang bersamaan diminta pengertian untuk menunggu di luar dan menjaga jarak.
Praktek 3M yaitu, mencuci tangan, memakan masker dan menjaga jarak tetap dilakukan. Dewi meminta izin khusus pengambilan foto dia pun membuka masker.
“Semoga pertolongan Allah SWT segera datang. Vaksin pencegah Covid-19 ditemukan dan ekonomi bisa berputar normal kembali,” tutupnya mengaku lelah menghadapi Covid-19 selama sembilan bulan. (Kamhas).
You must be logged in to post a comment Login