Opini Redaksi Tamu
Ayo Tetap Jaga Prokes, Catatan Hendry Ch Bangun

Published
3 years agoon

Ketika tulisan ini dimuat, Senin 4 Oktober, hanya ada 922 kasus positif virus Corona dalam 24 jam terakhir. Luar biasa, di bawah angka 1.000 ini membuat kita bangga dan bahagia. Dibandingkan bulan Juli lalu yang mencapai 25.000-an, ketika semua fasilitas kesehatan tidak mampu melayani pasien yang datang untuk dirawat.
Bandingkan dengan negara tetangga kita Singapura yang kini setiap harinya mencapai 2000-an pasien positif Covid-19 sejak awal Oktober 2021, atau Malaysia yang sempat menyentuh 20.000-an pada Agustus dan di Oktober mencapai 9000-an.
Gerakan vaksinasi massif yang dilakukan pemerintah, dengan ujung tombak Kemenkes, Polri, dan TNI menunjukkan hasilnya walaupun belum mencapai target dua juta perhari sebagaimana diminta Presiden Jokowi. Tetapi dengan satu jutaan perhari, hasilnya sudah membaik.
Fasilitas kesehatan utama di Jakarta dan hampir seluruh kota besar di Indonesia tidak lagi full, mampu menerima pasien yang ada. Wisma Atlet yang mampu menampung ribuan orang, kini sudah tinggal puluhan. Tidak ada lagi antre ambulan memasukkan pasien. Justru yang tampak adalah orang pulang karena selesai dirawat.
Sukses ini juga dikarenakan sikap konsisten pemerintah, yang semula dijalankan trial by error, sudah menemukan cara jitu melalui Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dievaluasai setiap pekan atau dua minggu sekali. Setiap kota dipantau pelaksanaan vaksinasi, lalu tracing, dan pemberlakukan protokol kesehatan.
Evaluasi di setiap akhir pekan akan menentukan tingkatan PPKM berikutnya. Ditambah dengan dorongan vaksinasi, yang langsung diberikan Presiden, Wakil Presiden, Menteri Kabinet, dan duet Panglima TNI-Kapolri, dengan menyaksikan ke lapangan dan memberi motivasi, memberi efek besar.
Kita bangga bahwa Indonesia masuk dalam klub negara yang 100 juta penduduknya telah divaksin dan juga kita patut senang karena dipuji oleh Badan Kesehatan Sedunia (WHO) dalam keberhasilan menangani pandemik Covid-19.
***
Ya sudah terbukti, kita tidak terpuruk dalam hal kesehatan, dan juga tidak terseret dalam krisis ekonomi, yang seandainya dulu melaksanakan lockdown, akan semakin bangkrut. Lockdown itu membuat penduduk di Vietnam, Thailand, Malaysia, menjerit-jerit karena berbulan-bulan tidak bisa bekerja, tidak bisa berdagang, sebab ekonomi rumah tangga hancur. Sementara di Indonesia ini selain ada skema bantuan sosial, pelonggaran kegiatan memungkin adanya geliat ekonomi, meski bergerak secara pelahan-lahan.
Kita menyaksikan di televisi, membaca di suratkabar atau media online, sektor transportasi sudah bergerak agar cepat. Penerbangan untuk jalur-jalur tertentu tingkat keterisian penumpang telah mencapai 75 persen. Mal dan pertokoan sudah dibuka. Tempat-tempat wisata, mulai dari Bali, Labuan Bajo, Yogyakarta, Bandung, sudah dipenuhi oleh warga yang jenuh karena terlalu lama dikurung di rumah akibat pandemi.
Tidak hanya itu, hotel pun sudah mulai penuh. Baik oleh keluarga yang mengambil program staycation juga karena kegiatan pemerintah seperti rapat-rapat lembaga dan kementerian sudah berlari kencang. Ya, karena selama pembatasan kegiatan dilarang, maka begitu ada kelonggaran kegiatan kembali ke jalur normal agar serapan anggaran mencapai target.
Tetapi euphoria ini harus disikapi dengan hati-hati. Sebagaimana disampaikan Luhut Panjaitan yang dipercaya menjadi komandan pengaturan PPKM, masyarakat harus tetap waspada dan tetap ketat dengan prokes yang ditetapkan pemerintah.
Adanya aplikasi PeduliLindungi, yang dijadikan sebagai syarat untuk dapat terbang, naik kereta api, masuk ke hotel-hotel, mal dan pertokoan, bahkan sudah diujicoba ke pasar modern, ikut mendukung pengawasan kegiatan masyarakat. Sistem itu menjadi semacam seleksi, agar di suatu pusat keramaian atau kegiatan, orang yang berkumpul adalah orang-orang yang bebas virus. Dengan demikian akan dicegah terjadinya penularan.
Hanya saja kita juga menyaksikan bahwa masih banyak anggota masyarakat yang karena alasan tertentu tidak menggunakan masker di tempat umum. Dari sisi ekonomi, masker memang harus dibeli dan harganya tidak murah, antara Rp 1.000 sampai Rp 3.000 perlembar. Apabila dalam satu keluarga ada empat orang dan dianggap sehari digunakan sekali, itu jumlah yang lumayan.
Ada juga yang malas karena terlalu percaya diri bahwa dia sehat tanpa memikirkan lingkungan saat dia beraktivitas yang bisa saja tertular. Ada yang memang bawaannya “menantang” semua kebijakan yang dibuat pemerintah dan tidak ingin diatur karena itu privacy-nya.
***
Ancaman yang disebut-sebut sudah mengintai adalah gelombang ketiga, pada Desember atau awal Januari 2022 karena adanya libur panjang Natal dan Tahun Baru, yang biasanya juga disertai dengan pulang kampung, bertemu kerabat.
Penularan bisa terjadi di perjalanan apabila tidak ada penjagaan protokol kesehata baik oleh para penumpang maupun pelaksana seperti bus ataupun transportasi massal lainnya. Lalu kerumunan karena saling bersilaturahmi atau kumpul keluarga yang sering disertai kesungkanan mengingatkan prokes.
Kita sudah tahu bagaimana susahnya kalau ada penularan massif seperti yang terjadi bulan Juli lalu akibat libur Idul Fitri, rumah sakit penuh, fasilitas kesehatan kolaps, dan ketersediaan obat dan vitamin sulit dan harga-harga naik.
Mudah-mudahan kita semua mau belajar dan coba menghindari kelalaian yang dulu terjadi. Hanya keledai yang terantuk batu yang sama dua kali, kata pepatah. Masak sih kita keledai?
***
Jakarta, 04 Oktober 2021.
Penulis
Hendry Ch Bangun
Wartawan Senior/Wakil Ketua Dewan Pers
You may like

Cerita Dongeng Ian Situmorang
Jakarta, Koin24.co.id – Di negeri Wakanda hidup seorang Raja bernama Galaxy. Merasa memiliki kekuasaan tanpa batas, ia pun mengatur segala ragam level pimpinan bangsa. Ia sesukanya menujuk orang menjadi petinggi negeri.
Penunjukan tokoh bukan karena cakap dan berkepribadian kuat. Dasarnya (secara tidak tertulis), adalah harus tunduk kepada Raja dalam segala hal. Petinggi bak boneka, begitulah.
Raja Galaxy berkuasa dan seolah tiada akhir. Ia pun semakin liar dan berbuat seenaknya. Pikirnya, mana mungkin ada panglimanya berani bersuara dan bertindak di luar kendalinya.
Alkisah, di depan para petinggi negeri itu diadakan pemilihan Panglima secara terbuka (ceritanya mau demokratis). Panglima baru negeri Wakanda adalah hasil kesepakatan dan sesuai regulasi yang berlaku. Sang Raja senang, karena yang terpilih adalah orang yang sudah dikenal baik dan berpengalaman di berbagai kegiatan.
Everybody hepi, begitulah. Suasana di negeri Wakanda di bawah arahan Panglima baru bernama Wakeup berjalan baik. Masyarakat semakin antusias mengikuti aturan main yang disusun ulang secara apik oleh mister Wakeup dan staf professional di sekitarnya.
Tak ada lagi tokoh yang dikultuskan. Negeri Wakanda harus berjalan sesuai konstitusi yang menempatkan hukum sebagai panglima tertinggi, tanpa harus seijin Raja. Berani ya melawan arus.?
Waduh. Suasana menjadi tegang bagi pihak tertentu, khususnya bagi Raja Wakanda. Dia mulai merasa matahari tidak lagi berpusat padanya. Perlahan, pamor Jenderal Wakeup makin mengkristal.
Sang Raja tidak tinggal diam. Harus bertindak, lewat diplomasi atau kekerasan angkat senjata. “Apa-apaan tuh si Wakeup. Saya yang membuatnya mejadi Panglima, tapi tidak mau tunduk,” gumam tuan Galaxy.
Panglima, Jenderal Wakeup keukeuh pada kebenaran menjalankan roda negeri sesuai amanah yang diterima. Bukan tidak menghormati para senior yang hidupnya saat ini telah mapan, tapi harus mengedepankan rule of the game.
Bagi Jenderal Wakeup, orientasi kerja dan pengabdian adalah untuk kepentingan rakyat. Bukan untuk menyenangkan hati secara pribadi Raja Wakanda. Inilah yang membuat tuan Galaxy dan konco sekitarnya tersinggung.
Pertemuan, diskusi, rapat rahasia sambil makan enak-enak di istana mewah berkali-kali dilaksanakan. Raja Wakanda bertitah kepada pengikut setianya. “Cari titik lemah dari Jenderal Wakeup. Telusuri latar belakang hingga peraturan yang dikeluarkan.”
Lapor Raja! Kata intel yang suka carmuk karena sering mendapat bonus. Menurutnya, Jenderal Wakeup melakukan korupsi. Uang sumbangan negara digunakan untuk kepentingan pribadi dan foya-foya.
“Mati kau,” pikir Raja Galaxy. Strategi berbau fitnah pun disebarkan ke selusuh pelosok negeri. Tujuannya agar masyarakat Wakanda menghujat Wakeup dan mengusirnya ke tanah pembuangan.
Rupanya Panglima Wakeup memang jago dan banyak akal. Sepertinya ia memahami strategi Sun Tzu. Ia paham betul strategi perang melawan pihak lalim. Maju terus. Tidak sudi mundur dari medan perang, walau sesungguhnya tidak tega main kotor memprovokasi lawan.
Membina dan membangun hubungan kekerabatan di tengah rakyatnya, itu jauh lebih penting. Ketimbang enerji terkuras urusan dengan orang yang panik, lebih baik guyub bersama grass rooth.
Strategi Wakeup ternyata jitu. Tercatat 30 dari 39 provinsi di negeri Wakanda hadir saat diundang. Sedangkan acara yang digelar Raja Galaxy sepi pih.
Saking malu, Raja Galaxy berlari kencang ke Desa Konoha. Polos telanjang tanpa busana. Bertapa sendirian, berharap dapat wangsit agar memiliki kekuatan gaib. Walau tubuh dan pikirannya sudah tak karuan, tetap saja ia ingin berkuasa. Kasihan deh lu..!
“Ternyata Panglima Wakeup bukan Jenderal angkuh. Ia mau mengajak sang raja dan para pengikutnya yang tak realistis untuk kembali. Tentu dengan syarat yang sebenarnya tidak sulit. ‘Taat aturan main yang sah’,” itu saja. Mau atau mau bangettt? Hi…hi. *
Kopini Tamu
Sukses HPN 2025 Banjarmasin Berkat Waja Sampai Kaputing

Published
6 days agoon
February 13, 2025
Catatan: Irwan Effendi Siregar * Peraih PCNO di HPN 2025 Kalsel dari PWI Provinsi Riau
Riau, Koin24.co.id – Setelah transit selama 10 jam di Bandara Soekarno-Hatta, pesawat Citilink yang kami tumpangi mulai menembus kegelapan malam menuju Banjarmasin. Ada perbedaan waktu selama satu jam dengan Indonesia bagian barat. Sehingga kedatangan kami di Indonesia bagian tengah ini membuat malam terasa menjadi semakin larut.
Ini merupakan kali kedua saya mengunjungi kota bermotto: “Waja Sampai Kaputing.” Bukan kata-kata yang saru. Artinya cukup patriotik: tekad membaja hingga akhir.
Lima tahun lalu saya juga datang ke Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan ini. Untuk acara yang sama. Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2020.
Waktu itu saya bisa ikut karena turut membuat tulisan di sebuah buku yang diterbitkan panitia. Tentu gembira rasanya. Bisa piknik sejauh ribuan kilometer dari Pekanbaru, tanpa mengeluarkan biaya sama sekali. Bahkan juga diberi uang saku, meski hanya sekadarnya.
Kendati begitu, hati kecil ini terasa agak perih saat acara pemberian penghargaan Pers Card Number One (PCNO) kepada wartawan dari seluruh daerah. Dari Riau ada lima orang penerimanya.
Hati saya terasa teriris karena sebelumnya saya sudah diminta mengisi formulir untuk mendapatkannya. Ternyata kemudian para peraih kartu utama itu adalah kawan-kawan yang masih lebih yunior. Baik dari segi usia, pengalaman kerja maupun prestasi di bidang jurnalistik.
Setelah sekian tahun memendam kekecewaan, akhirnya luka tersebut bisa terobati pada peringatan HPN 2025 ini. Plt PWI Riau berinisiatif mengajukan nama-nama wartawan senior di Riau yang layak mendapatkan PCNO. Bukan asal main comot saja. Deretan nama yang diajukan umumnya adalah para senioren yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia kewartawanan.
Panitia di pusat akhirnya memilih enam orang dari Riau. Jumlah ini cukup banyak. Sebab, dari seluruh tanah air yang terpilihlah hanya 17 orang. Mereka adalah: Tun Ahyar, Fahrunnas MA Jabbar, Irwan E. Siregar, Luzi Diamanda, Eka PN, dan Satria Batubara.
Pemilihan keenam ‘jawarah’ di bidang pers ini kelihatan tidak tendensius karena suka atau tak suka, seperti yang sering terjadi sebelumnya. Sepakterjang jurnalistik keenamnya tidak diragukan lagi. Selain itu, mereka juga sudah membuat buku sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan PCNO.
Pemberian kartu pers nomor satu ini memang hanya salah satu bagian dari acara pesta kaum jurnalis tersebut. Kendati sedang terjadi dualisme kepemimpinan di kepengurusan PWI, namun tak mengurangi kemeriahan acara HPN 2025 yang dipusatkan di Banjarmasin. Tiga puluhan PWI provinsi dan ribuan anggota dari daerah, tumplek di kota ini. Bahkan tokoh pers terkemuka Dahlan Iskan ikut berpartisipasi selama beberapa hari memberikan pencerahan di berbagai kegiatan, sehingga membuat acara terasa kian bergengsi.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, tampaknya juga tak mau ketinggalan. Ia ikut berpartisipasi mulai dari malam Gala Dinner hingga pada puncak acara yang berlangsung keesokan harinya di halaman Kantor Gubernur Kalimantan Selatan. Menteri Zulkifli Hasan jadi pembicara pada seminar Ketahanan Pangan.
Banyak pesan-pesan bernas yang diberikan Dahlan Iskan, Fadli Zon, Zulkifli Hasan, Ahmad Muzani, dan pejabat-pejabat setempat. Sayangnya kemeriahan acara tersebut agak terusik karena sebagian kawan-kawan yang berseberangan membuat acara yang sama di Pekanbaru. Menjadi tandingan, tentunya. Namun, ketua PWI Pusat, Hendry Ch Bangun, mencoba membesarkan hati para anggota dengan menyebutkan acara di sana sifatnya hanya lokal. Setiap daerah memang membuat perayaan HPN di daerah masing-masing. Tidak ada pembatasan.
Salut kepada Bung Hendry Ch Bangun, Ketua Panitia Pelaksana, Raja Parlindungan Pane, dan seluruh jajaran kepanitiaan. Dengan tekad pantang menyerah sesuai motto: Waja sampai Kaputing, helat akbar ini pun berlangsung dengan meriah.***
Kopini Tamu
HPN 2025 Kalsel Sukses digelar,Ian Situmorang:Komplet,Sip Pake Telor

Published
1 week agoon
February 12, 2025
Terbang tinggi naik Citilink (cakep)
Ke Banjarmasin mengikuti HPN
Hati penuh suka dan riang
Acara gempita dan bernas
Jakarta, Koin24.co.id – Awalnya saya agak ragu apakah HPN (Hari Pers Nasional) yang dipusatkan di Banjarmasin Kalsel dapat berlangsung sesuai harapan? Jangan-jangan akan direcoki organisasi sempalan yang merasa memiliki hak yang sahih menyandang predikat PWI yang legal.
Bukan karena saya mengenal dekat Hendry Chaerudin Bangun (HCB) ketika sekantor di Majalah Sportif hingga Kompas-Gramedia (KG), sehingga tidak terprovokasi organisasi sebelah. Tidak. Logika sederhana saja, PWI legal adalah di bawah pimpinan HCB karena terpilih lewat Kongres dan memiliki legalitas dari pemerintah Republik Indonesia.
Izinkan saya mengangkat dua jempol sebagai simbol penilaian atas keberhasilan pelaksanaan HPN Banjarmasin ini.
Tentu semua ini bisa terwujud berkat kerjasama Tim Jakarta yang dikomandoi Raja Parlindungan Pane bersama Tim Banjarmasin di bawah arahan Zainal Helmie.
Saya menjadi teringat ketika aktif meliput ke luar negeri. Setiap kali kontingen olahraga Indonesia tiba, kita dikalungi kembang. Begitu juga saat di bandara Syamsudin Noor, saya dikalungi selendang dan diberi topi. Bangga dong!
Nah, kita masuk pada isi acara yang disusun panitia. Sesuai dengan tema: Pers Mengawal Ketahanan Pangan Sebagai Pilar Kemandirian Bangsa.
Pembicara dan antusiasme wartawan peliput pun sungguh luar biasa.
Apakah HPN yang dilaksanakan 7-9 Februari 2025 ini hanya seminar monoton di satu tempat? Ternyata aktivitas dilaksanakan tersebar di berbagai lokasi. Ada seminar khusus IKWI (Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia); Jalan Santai; Lomba Puisi; Training Tenis; Training Sepak Bola; Rapat Kerja Wartawan Olahraga puncaknya adalah Anugerah Adinegoro.
Ketika mengikuti seminar di Hotel Aria Barito, HCB menelepon saya mengajak mengikuti Rapat Kerja Seksi Wartawan olahraga yang dilaksanakan SIWO PWI Pusat yang diketuai Agus Susanto. Dengan mobil Alphard hitam, kami pun segera meluncur ke lokasi seminar.
Karena antusiasme peserta dari 30 SIWO daerah, kami bertiga Ian Situmorang, Yesaya Oktavianus dan Jimmy Harianto (trio ex wartawan KG) diminta Herwan Pebriansyah (Bendahara Siwo Pusat) untuk berbagi pengalaman meliput di berbagai negara.
Sungguh, kami kaget karena ada wartawan sampai menitikkan airmata terharu karena dapat bertatap muka dan salaman bersama kami, wartawan yang mulai sepuh.
Apa yang kami ungkapkan adalah fakta lapangan yang berisi suka dan duka salama bertugas.
Entah dari mana awalnya di kalangan peliput olahraga ada istilah Wartawan olahraga yang sudah Haji. Gelar ini disematkan bagi mereka yang sudah meliput Piala Dunia Sepakbola; Olimpiade dan Grand Slam. Kebetulan kami bertiga sudah mengalami hal tersebut.
Walau peluang meliput event olahraga ke luar negeri semakin tipis karena perkembangan zaman sosmed, tapi harus optimistis. Agak nyombong sikit, saya pun mengatakan sudah meliput olahraga ke lebih dari 50 negara, dari Myanmar sampai Rusia.
Panitia HPN juga menghadirkan seorang juara tenis Asian Games, Suharyadi mengadakan pelatihan singkat bagi anak-anak. Acara ini tentu sangat berkesan dan menjadi motivasi bagi mereka yang memilih olahrag sebagai jalur prestasi. Begitu juga bagi anak-anak penggemar sepakbola. Panitia menampilkan mantan pemain nasional Gendut Doni. Walau hujan mengguyur lapangan sistetis, peserta sangat antusias mengikuti arahan Gendut.
Secara umum, saya menilai pelaksanaan Hari Pers Nasional berjalan sukses, kalau perlu ditambah bangat. Fakta di lapangan adalah bukti kebenaran. Ibarat pesan martabak:
Komplet, Sip Pake Telor
Saudaraku semua, janganlah persahabatan kita sesama insan pers putus karena mengikuti ego orang tertentu. Mari, kembalilah ke jalan yang benar. Mumpung pintu masih terbuka.
Ke Banjarmasin Beli durian Marawin, Makan satu mau lagi. Nyaman sir…
Catatan IAN SITUMORANG,
Mantan Pemimpin Redaksi Tabloid BOLA.

HPN 2025 Kalsel: Zainal Helmie Pandai Mengelola Kompleksitas

Merasa Raja dari Wakanda

HPN 2025 Kalsel Sukses, Yel Yel HCB Pun Menggema

Mari Kita Jual HPN

Ubah SHGB ke SHM Segera, Kepala BPN Palangka Raya Indra Gunawan: Pastikan Kepemilikan Hak Tanah untuk Rumah Tinggal Sesuai Ketentuan

Sukses HPN 2025 Banjarmasin Berkat Waja Sampai Kaputing

PWI Pusat Tetapkan Ahmad Muzani sebagai Anggota Kehormatan : Apresiasi Wartawan Berintegritas

Ketum PWI Hendry Ch Bangun:Farianda Sinik, Nasir Nurdin, dan Andi Gino Tetap Ketua PWI Provinsi

HPN 2025 Kalsel Sukses digelar,Ian Situmorang:Komplet,Sip Pake Telor

HPN 2025 di Banjarmasin Bertemu Wartawan Top

Mahkamah Agung Kabulkan Peninjauan Kembali Apartemen Gardenia Bogor

Satu Komando,PWI Provinsi Sulawesi Selatan Siap Menghadiri HPN 2025 di Banjarmasin

Usung Tema Ketahanan Pangan, PWI Provinsi Kepri Siap Menghadiri HPN 2025 di Banjarmasin

Ketum PWI Pusat Setujui Pengumuman Pemenang Adinegoro 4 Februari 2025

PWI DKI Jakarta Kirim Delegasi 20 Orang,Siap Sukseskan HPN 2025 Banjarmasin

Road To HPN Kalsel 2025,OJK:Pinjaman Online Ilegal dan Judol Sangat Berbahaya,Literasi Solusinya

Road to HPN 2025 Kalsel, Panpel Gelar Seminar Pinjol di Universitas Sahid Jakarta

PWI Umumkan Tujuh Pemenang Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2024

Menurut Hukum Negara, Hukum Organisasi, dan Fakta Politik Organisasi, Hendry Ch Bangun adalah Ketua Umum PWI Pusat yang Sah

Komandan Lanud Husein Sastranegara Kunjungi Vihara Untuk Pererat Toleransi Pada Perayaan Tahun Baru Imlek

Sarapan Subuh, ketan bumbu dan gemblong ketan

Gara-gara Covid-19 rela berbuat seperti ini
“Martabak Alul” kaki 5 yang melayani dengan berbagai jenis pembayaran
Nasi kebuli murah meriah di Bambu Apus
DIRGAHAYU TNI “SINERGI UNTUK NEGERI”
Sambutan Kapolda Metro dalam rangka Baksos Sembako 25 ton menyambut HUT ke-65 Lantas Bhayangkara
Sepenggal sejarah merah putih di tanah Papua

Pramuka Saka Wira Kartika Kodim 0505/JT bantu giat cek poin perbatasan

Ucapan Selamat Idul Fitri dari Letnan Jenderal TNI AD, Doni Monardo, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Simak video ini soal test cepat Covid-19




Terpopuler
-
News2 months ago
Ketum PWI Pusat Minta Persiapan Teknis HPN 2025 Dimulai Pekan Depan
-
News4 weeks ago
Mahkamah Agung Kabulkan Peninjauan Kembali Apartemen Gardenia Bogor
-
News2 months ago
Mengapa HPN 9 Februari
-
News3 weeks ago
Satu Komando,PWI Provinsi Sulawesi Selatan Siap Menghadiri HPN 2025 di Banjarmasin
You must be logged in to post a comment Login