Connect with us

Opini Redaksi Tamu

Dukung program penerintah, Ayo Vaksin

Avatar

Published

on

Oleh: H. Dadan Tri Yudianto

Jakarta, koin24.co.id – Setahun lebih pandemi virus corona meneror seluruh warga dunia, berbagai merek vaksin berhasil ditemukan. Merek-merek dunia seperti Astra Zenica, Moderna, Pfizer, Sinovac, dan tak ketinggalan Jhonson&Jhonson juga melansir vaksin hasil temuannya.

Dari seluruh keberhasilan temuan tersebut, ada yang sangat menggembirakan bagi kita semua yaitu, produk anak bangsa yang kini secara intensif tengah diirumuskan formulanya atas vaksin yang disebut dengan vaksin Nusantara.

Semua temuan ini merupakan angin segar yang mencetuskan harapan di tengah kenyataan bahwa virus corona diduga masih berada di sekitar lingkungan kita.

Dari banyaknya produk vaksin itu, maka ketersediaannya diperkirakan sangat cukup untuk melindungi seluruh rakyat Indonesia. Sehingga sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran, pemerintah Republik Indonesia selain berusaha menegakkan aturan disiplin ketat dengan menerapkan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKD), juga menggelar program prioritas; vaksinasi nasional.

Program yang sekarang sedang dijalankan secara marathon ini tentu saja harus mendapat dukungan penuh dari selutuh lapisan masyarakat. Sebab dapat dipastikan bahwa program ini merupakan upaya strategis dari negara dalam menanggulangi penyebaran dan sekaligus untuk meningkatkan kekebalan dan antibody seluruh rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu khawatir apalagi bersikdap reaktif dengan menolak ketika namanya terdaftar dalam urutan penerima vaksin. Yang sangat diperlukan sekarang adalah bagaimana hidup sehat dan berusaha untuk selalu bersikap sehat. Salah satunya tentu saja dengan tidak mengonsumsi isu-isu menyesatkan berkenaan dengan temuan dan penyebaran vaksin ini. Sehingga tidak ada kecuali masyarakat dari berbagai usia harus bersedia untuk dilibatkan dan secara sukarela meiibatkan diri dalam program vaksinasi ini.

Meskipun memang sempat muncul kasus bersamaan dengan pelaksanaannya, tapi itu sifatnya kasuistik. Maksudnya, tidak bisa digeneralisir bahwa program ini berbahaya, kasus yang terjadi hanya kejadian kecil dari seluruh kegiatan vaksinasi yang terselenggara.

Sejauh pengetahuan kita, sebelum vaksin tersebut diterapkan dan secara resmi dijadikan vaksin yang akan digunakan dalam program vasinasi nasional. Terlebih dahulu diselenggarakan serangkaian tes yang melibatan para relawan vaksin. Hal ini tentu saja bertujuan untuk mengetahui apakah ada efek samping yang menyertainya atau tidak. Apabila tidak ditemukan gejala sampingan yang membahayakan, tentu saja vaksin tersebut dinyatakan aman dan dapat digunakan untuk seluruh rakyat Indonesia.

Begitupun pada saat pelaksanaan vaksinasi, tidak begitu saja dilakukan. Namun melalui berbagai tahap yang intinya adalah untuk mengetahui catatan medis dari calon penerima vaksin tersebut. Hal ini dapat diketahui misalnya dari catatan penyakit yang pernah dideritanya, kemudian mengukur tensi darah, mendeteksi kemungkinan komorbid atau adanya penyakit penyerta, dan syarat-syarat lain yang ditetapkan sebanyak 14 syarat untuk dapat vaksin.

Bahkan berdasarkan uji medis atas vaksin tersebut, pasien komorbid dapat disertakan dengan catatan memiliki surat pengantar dari dokter. Selain itu, para orang tua lanjut usia atau lansia dan ibu hamil juga dimungkinkan untuk mengikuti program vaksinasi ini. Oleh sebab itu, dapat dipasikan bahwa vaksinasi ini aman.

Terbukti, sampai bulan April 2021 ini, masyarakat yang sudah menerima vaksin hampir sebanyak 10 juta. Mungkin dalam bulan-bulan berikut jumlahnya akan bertambah banyak hingga pada akhirnya seluruh penduduk mendapatkan manfaat vaksi bagi perlinfungan dan pencegahan tertular corona. Semoga. (***)

H. Dadan Tri Yudianto
Pengusaha Millenial

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kopini Tamu

Merasa Raja dari Wakanda

Berman Nainggolan Lumbanradja

Published

on

Ian Situmorang

Cerita Dongeng Ian Situmorang

Jakarta, Koin24.co.id – Di negeri Wakanda hidup seorang Raja bernama Galaxy. Merasa memiliki kekuasaan tanpa batas, ia pun mengatur segala ragam level pimpinan bangsa. Ia sesukanya menujuk orang menjadi petinggi negeri.

Penunjukan tokoh bukan karena cakap dan berkepribadian kuat. Dasarnya (secara tidak tertulis), adalah harus tunduk kepada Raja dalam segala hal. Petinggi bak boneka, begitulah.

Raja Galaxy berkuasa dan seolah tiada akhir. Ia pun semakin liar dan berbuat seenaknya. Pikirnya, mana mungkin ada panglimanya berani bersuara dan bertindak di luar kendalinya.

Alkisah, di depan para petinggi negeri itu diadakan pemilihan Panglima secara terbuka (ceritanya mau demokratis). Panglima baru negeri Wakanda adalah hasil kesepakatan dan sesuai regulasi yang berlaku. Sang Raja senang, karena yang terpilih adalah orang yang sudah dikenal baik dan berpengalaman di berbagai kegiatan.

Everybody hepi, begitulah. Suasana di negeri Wakanda di bawah arahan Panglima baru bernama Wakeup berjalan baik. Masyarakat semakin antusias mengikuti aturan main yang disusun ulang secara apik oleh mister Wakeup dan staf professional di sekitarnya.

Tak ada lagi tokoh yang dikultuskan. Negeri Wakanda harus berjalan sesuai konstitusi yang menempatkan hukum sebagai panglima tertinggi, tanpa harus seijin Raja. Berani ya melawan arus.?

Waduh. Suasana menjadi tegang bagi pihak tertentu, khususnya bagi Raja Wakanda. Dia mulai merasa matahari tidak lagi berpusat padanya. Perlahan, pamor Jenderal Wakeup makin mengkristal.

Sang Raja tidak tinggal diam. Harus bertindak, lewat diplomasi atau kekerasan angkat senjata. “Apa-apaan tuh si Wakeup. Saya yang membuatnya mejadi Panglima, tapi tidak mau tunduk,” gumam tuan Galaxy.

Panglima, Jenderal Wakeup keukeuh pada kebenaran menjalankan roda negeri sesuai amanah yang diterima. Bukan tidak menghormati para senior yang hidupnya saat ini telah mapan, tapi harus mengedepankan rule of the game.

Bagi Jenderal Wakeup, orientasi kerja dan pengabdian adalah untuk kepentingan rakyat. Bukan untuk menyenangkan hati secara pribadi Raja Wakanda. Inilah yang membuat tuan Galaxy dan konco sekitarnya tersinggung.

Pertemuan, diskusi, rapat rahasia sambil makan enak-enak di istana mewah berkali-kali dilaksanakan. Raja Wakanda bertitah kepada pengikut setianya. “Cari titik lemah dari Jenderal Wakeup. Telusuri latar belakang hingga peraturan yang dikeluarkan.”

Lapor Raja! Kata intel yang suka carmuk karena sering mendapat bonus. Menurutnya, Jenderal Wakeup melakukan korupsi. Uang sumbangan negara digunakan untuk kepentingan pribadi dan foya-foya.

“Mati kau,” pikir Raja Galaxy. Strategi berbau fitnah pun disebarkan ke selusuh pelosok negeri. Tujuannya agar masyarakat Wakanda menghujat Wakeup dan mengusirnya ke tanah pembuangan.

Rupanya Panglima Wakeup memang jago dan banyak akal. Sepertinya ia memahami strategi Sun Tzu. Ia paham betul strategi perang melawan pihak lalim. Maju terus. Tidak sudi mundur dari medan perang, walau sesungguhnya tidak tega main kotor memprovokasi lawan.

Membina dan membangun hubungan kekerabatan di tengah rakyatnya, itu jauh lebih penting. Ketimbang enerji terkuras urusan dengan orang yang panik, lebih baik guyub bersama grass rooth.

Strategi Wakeup ternyata jitu. Tercatat 30 dari 39 provinsi di negeri Wakanda hadir saat diundang. Sedangkan acara yang digelar Raja Galaxy sepi pih.

Saking malu, Raja Galaxy berlari kencang ke Desa Konoha. Polos telanjang tanpa busana. Bertapa sendirian, berharap dapat wangsit agar memiliki kekuatan gaib. Walau tubuh dan pikirannya sudah tak karuan, tetap saja ia ingin berkuasa. Kasihan deh lu..!

“Ternyata Panglima Wakeup bukan Jenderal angkuh. Ia mau mengajak sang raja dan para pengikutnya yang tak realistis untuk kembali. Tentu dengan syarat yang sebenarnya tidak sulit. ‘Taat aturan main yang sah’,” itu saja. Mau atau mau bangettt? Hi…hi. *

Continue Reading

Kopini Tamu

Sukses HPN 2025 Banjarmasin Berkat Waja Sampai Kaputing

Berman Nainggolan Lumbanradja

Published

on

Catatan: Irwan Effendi Siregar * Peraih PCNO di HPN 2025 Kalsel dari PWI Provinsi Riau

Riau, Koin24.co.id – Setelah transit selama 10 jam di Bandara Soekarno-Hatta, pesawat Citilink yang kami tumpangi mulai menembus kegelapan malam menuju Banjarmasin. Ada perbedaan waktu selama satu jam dengan Indonesia bagian barat. Sehingga kedatangan kami di Indonesia bagian tengah ini membuat malam terasa menjadi semakin larut.

Ini merupakan kali kedua saya mengunjungi kota bermotto: “Waja Sampai Kaputing.” Bukan kata-kata yang saru. Artinya cukup patriotik: tekad membaja hingga akhir.

Lima tahun lalu saya juga datang ke Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan ini. Untuk acara yang sama. Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2020.

Waktu itu saya bisa ikut karena turut membuat tulisan di sebuah buku yang diterbitkan panitia. Tentu gembira rasanya. Bisa piknik sejauh ribuan kilometer dari Pekanbaru, tanpa mengeluarkan biaya sama sekali. Bahkan juga diberi uang saku, meski hanya sekadarnya.

Kendati begitu, hati kecil ini terasa agak perih saat acara pemberian penghargaan Pers Card Number One (PCNO) kepada wartawan dari seluruh daerah. Dari Riau ada lima orang penerimanya.

Hati saya terasa teriris karena sebelumnya saya sudah diminta mengisi formulir untuk mendapatkannya. Ternyata kemudian para peraih kartu utama itu adalah kawan-kawan yang masih lebih yunior. Baik dari segi usia, pengalaman kerja maupun prestasi di bidang jurnalistik.

Setelah sekian tahun memendam kekecewaan, akhirnya luka tersebut bisa terobati pada peringatan HPN 2025 ini. Plt PWI Riau berinisiatif mengajukan nama-nama wartawan senior di Riau yang layak mendapatkan PCNO. Bukan asal main comot saja. Deretan nama yang diajukan umumnya adalah para senioren yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia kewartawanan.

Panitia di pusat akhirnya memilih enam orang dari Riau. Jumlah ini cukup banyak. Sebab, dari seluruh tanah air yang terpilihlah hanya 17 orang. Mereka adalah: Tun Ahyar, Fahrunnas MA Jabbar, Irwan E. Siregar, Luzi Diamanda, Eka PN, dan Satria Batubara.

Pemilihan keenam ‘jawarah’ di bidang pers ini kelihatan tidak tendensius karena suka atau tak suka, seperti yang sering terjadi sebelumnya. Sepakterjang jurnalistik keenamnya tidak diragukan lagi. Selain itu, mereka juga sudah membuat buku sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan PCNO.

Pemberian kartu pers nomor satu ini memang hanya salah satu bagian dari acara pesta kaum jurnalis tersebut. Kendati sedang terjadi dualisme kepemimpinan di kepengurusan PWI, namun tak mengurangi kemeriahan acara HPN 2025 yang dipusatkan di Banjarmasin. Tiga puluhan PWI provinsi dan ribuan anggota dari daerah, tumplek di kota ini. Bahkan tokoh pers terkemuka Dahlan Iskan ikut berpartisipasi selama beberapa hari memberikan pencerahan di berbagai kegiatan, sehingga membuat acara terasa kian bergengsi.

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, tampaknya juga tak mau ketinggalan. Ia ikut berpartisipasi mulai dari malam Gala Dinner hingga pada puncak acara yang berlangsung keesokan harinya di halaman Kantor Gubernur Kalimantan Selatan. Menteri Zulkifli Hasan jadi pembicara pada seminar Ketahanan Pangan.

Banyak pesan-pesan bernas yang diberikan Dahlan Iskan, Fadli Zon, Zulkifli Hasan, Ahmad Muzani, dan pejabat-pejabat setempat. Sayangnya kemeriahan acara tersebut agak terusik karena sebagian kawan-kawan yang berseberangan membuat acara yang sama di Pekanbaru. Menjadi tandingan, tentunya. Namun, ketua PWI Pusat, Hendry Ch Bangun, mencoba membesarkan hati para anggota dengan menyebutkan acara di sana sifatnya hanya lokal. Setiap daerah memang membuat perayaan HPN di daerah masing-masing. Tidak ada pembatasan.

Salut kepada Bung Hendry Ch Bangun, Ketua Panitia Pelaksana, Raja Parlindungan Pane, dan seluruh jajaran kepanitiaan. Dengan tekad pantang menyerah sesuai motto: Waja sampai Kaputing, helat akbar ini pun berlangsung dengan meriah.***

Continue Reading

Kopini Tamu

HPN 2025 Kalsel Sukses digelar,Ian Situmorang:Komplet,Sip Pake Telor

Berman Nainggolan Lumbanradja

Published

on

Terbang tinggi naik Citilink (cakep)
Ke Banjarmasin mengikuti HPN
Hati penuh suka dan riang
Acara gempita dan bernas

Jakarta, Koin24.co.id – Awalnya saya agak ragu apakah HPN (Hari Pers Nasional) yang dipusatkan di Banjarmasin Kalsel dapat berlangsung sesuai harapan? Jangan-jangan akan direcoki organisasi sempalan yang merasa memiliki hak yang sahih menyandang predikat PWI yang legal.

Bukan karena saya mengenal dekat Hendry Chaerudin Bangun (HCB) ketika sekantor di Majalah Sportif hingga Kompas-Gramedia (KG), sehingga tidak terprovokasi organisasi sebelah. Tidak. Logika sederhana saja, PWI legal adalah di bawah pimpinan HCB karena terpilih lewat Kongres dan memiliki legalitas dari pemerintah Republik Indonesia.

Izinkan saya mengangkat dua jempol sebagai simbol penilaian atas keberhasilan pelaksanaan HPN Banjarmasin ini.

Tentu semua ini bisa terwujud berkat kerjasama Tim Jakarta yang dikomandoi Raja Parlindungan Pane bersama Tim Banjarmasin di bawah arahan Zainal Helmie.

Saya menjadi teringat ketika aktif meliput ke luar negeri. Setiap kali kontingen olahraga Indonesia tiba, kita dikalungi kembang. Begitu juga saat di bandara Syamsudin Noor, saya dikalungi selendang dan diberi topi. Bangga dong!

Nah, kita masuk pada isi acara yang disusun panitia. Sesuai dengan tema: Pers Mengawal Ketahanan Pangan Sebagai Pilar Kemandirian Bangsa.

Pembicara dan antusiasme wartawan peliput pun sungguh luar biasa.

Apakah HPN yang dilaksanakan 7-9 Februari 2025 ini hanya seminar monoton di satu tempat? Ternyata aktivitas dilaksanakan tersebar di berbagai lokasi. Ada seminar khusus IKWI (Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia); Jalan Santai; Lomba Puisi; Training Tenis; Training Sepak Bola; Rapat Kerja Wartawan Olahraga puncaknya adalah Anugerah Adinegoro.

Ketika mengikuti seminar di Hotel Aria Barito, HCB menelepon saya mengajak mengikuti Rapat Kerja Seksi Wartawan olahraga yang dilaksanakan SIWO PWI Pusat yang diketuai Agus Susanto. Dengan mobil Alphard hitam, kami pun segera meluncur ke lokasi seminar.

Karena antusiasme peserta dari 30 SIWO daerah, kami bertiga Ian Situmorang, Yesaya Oktavianus dan Jimmy Harianto (trio ex wartawan KG) diminta Herwan Pebriansyah (Bendahara Siwo Pusat) untuk berbagi pengalaman meliput di berbagai negara.

Sungguh, kami kaget karena ada wartawan sampai menitikkan airmata terharu karena dapat bertatap muka dan salaman bersama kami, wartawan yang mulai sepuh.

Apa yang kami ungkapkan adalah fakta lapangan yang berisi suka dan duka salama bertugas.

Entah dari mana awalnya di kalangan peliput olahraga ada istilah Wartawan olahraga yang sudah Haji. Gelar ini disematkan bagi mereka yang sudah meliput Piala Dunia Sepakbola; Olimpiade dan Grand Slam. Kebetulan kami bertiga sudah mengalami hal tersebut.

Walau peluang meliput event olahraga ke luar negeri semakin tipis karena perkembangan zaman sosmed, tapi harus optimistis. Agak nyombong sikit, saya pun mengatakan sudah meliput olahraga ke lebih dari 50 negara, dari Myanmar sampai Rusia.

Panitia HPN juga menghadirkan seorang juara tenis Asian Games, Suharyadi mengadakan pelatihan singkat bagi anak-anak. Acara ini tentu sangat berkesan dan menjadi motivasi bagi mereka yang memilih olahrag sebagai jalur prestasi. Begitu juga bagi anak-anak penggemar sepakbola. Panitia menampilkan mantan pemain nasional Gendut Doni. Walau hujan mengguyur lapangan sistetis, peserta sangat antusias mengikuti arahan Gendut.

Secara umum, saya menilai pelaksanaan Hari Pers Nasional berjalan sukses, kalau perlu ditambah bangat. Fakta di lapangan adalah bukti kebenaran. Ibarat pesan martabak:

Komplet, Sip Pake Telor

Saudaraku semua, janganlah persahabatan kita sesama insan pers putus karena mengikuti ego orang tertentu. Mari, kembalilah ke jalan yang benar. Mumpung pintu masih terbuka.

Ke Banjarmasin Beli durian Marawin, Makan satu mau lagi. Nyaman sir…

Catatan IAN SITUMORANG,
Mantan Pemimpin Redaksi Tabloid BOLA.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Terpopuler