Connect with us

Opini Redaksi Tamu

Parit Al Farisi

Avatar

Published

on

Jakarta, koin24 – Qur’an Surah Al-Ahzaab : 33 (QS 33 : 33) mendadak viral di media sosial semenjak pemerintah mengumumkan pasien positif Virus Corona di Indonesia.

Kata wa qurna diawal QS 33 : 33 yang berarti perintah tinggal di rumah dihubung-hubungkan dengan salah satu kebijakan pemerintah menangani penanggulangan penyebaran virus Corona : tinggal di rumah

Sekilas memang pengucapan kata wa qurna dengan Corona sangat mirip, apalagi terjemahan bahasa Indonesianya adalah perintah tinggal di rumah.

Memang begitulah dunia media sosial, penuh dengan kreatifitas anak manusia.

Penulis mencoba membuka-buka Tafsir Al-Mishbah yang ditulis Prof. Dr. M. Quraish Shihab, ayahanda pembawa acara terkenal nan inspiratif itu, mbak Najwa Shihab. Dan setelah membaca sekilas ulasan tentang QS Al-Ahzaab Ayat 1-35, inspirasi muncul, lalu memutuskan menulis tulisan ini dan mengaitkannya dengan perang melawan Pandemi Corona yang sedang negara bangsa Indonesia hadapi.

****

Quran Surah Al-Ahzaab salah satunya menceritakan bagaimana pertolongan Allah SWT datang saat perang. Angin dingin nan menusuk tulang bertiup memporak porandakan perbekalan musuh dan tentara-tentara Allah SWT yang tidak kasat mata ikut masuk ke dalam barisan 3.000,- (tiga ribu prajurit) prajurit Rasulullah yang gigih ikhlas berjuang menghadapi serbuan 12.000,- (dua belas ribu) prajurit konfederasi. Peperangan berakhir dengan kekalahan total pasukan konfederasi yang mengepung Kota Madinah Al-Munawwaroh.

Banyak riwayat dalam Hadits yang menerangkan bahwa sebenarnya strategi militer yang awalnya direncanakan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Panglima Perang bukanlah strategi militer yang akhirnya diterapkan dan membawa memenangkan perang.

Salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang berasal dari Persia, Salman Al Farisi R.A., bertanya kepada Nabi, apakah strategi militer yang akan diterapkan tersebut merupakan wahyu dari Allah SWT atau hanya pilihan Nabi sebagai Panglima Perang di antara pilihan yang ada?

Salam Al Farisi R.A. melanjutkan, bahwa seandainya strategi tersebut wahyu dari Allah SWT dan atau ketetapan Nabi Muhammad SAW yang tidak bisa tidak harus dilaksanakan maka ia akan patuh tanpa bertanya, walau nyawa taruhannya demi melaksanakan perintah Rasulullah dan melindungi kaum muslimin yang ada di Kota Madinah Al-Munawwaroh. Namun jika strategi tersebut hanya pilihan Nabi sebagai Panglima Perang semata di antara pilihan yang ada dan masih memungkinkan secara ketentuan hukum Islam untuk diubah maka Salman Al Farisi R.A. meminta ijin menyampaikan tambahan pilihan dan Nabi Muhammad SAW bebas menerima atau menolaknya.

Nabi Muhammad SAW mempersilahkan Salman Al Farisi R.A. menjelaskan usulan alternatif strategi perang.

Sampai di sini terlihat adab dan etika yang sangat mulia yang ditunjukan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Panglima Militer dan demikian juga dengan Salman Al Farisi R.A. sebagai sahabat dan prajurit bawahan dalam militer.

Nabi tidak menggunakan otoritas kenabian beliau karena memang demikian adanya, saat Nabi memilih strategi peperangan di antara strategi yang ada bukan karena wahyu atau ketetapan berdasar kewenangan kenabiannya, namum semata-mata pilihan sebagai Panglima Militer. Nabi terbuka kepada semua pihak tentang hal ini. Nabi tidak merasa malu apalagi gengsi untuk mendengar masukan dari anak buahnya dengan sangat serius dan seksama.

Sementara Salman Al Farisi R.A. merasa nyaman dan bebas untuk menyampaikan pandangannya kepada Panglima Militer yang sekaligus Nabi namun diawali dengan pernyataan kepatuhan total apapun yang diputuskan Nabi Muhammad SAW.

Sejarah kemudian mencatat bahwa peperangan dimenangkan dengan korban paling sedikit dalam sejarah peperangan umat Muslim.

Sejarah mencatat bahwa Nabi Muhammad SAW lebih menerima dan memilih strategi yang dipresentasikan Salman Al Farisi R.A. tanpa merasa tersinggung sedikitpun apalagi malu dan gengsi hanya karena strategi awal beliau tidak jadi dipakai.

*****

Penulis melihat banyak inspirasi yang dapat kita ambil ambil sebagai negara dan bangsa dari uraian di atas, terutama dalam menghadapi peperangan melawan Pandemi Virus Corona yang sangat sulit dikendalikan laju penyebarannya.

Inspirasi Pertama. Membuka diri seluas-luasnya untuk menerima kemungkinan-kemungkinan adanya strategi-strategi baru yang boleh jadi merupakan strategi terbaik yang bisa diterapkan untuk mengendalikan Pandemi Virus Corona sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW diatas;

Inspirasi Kedua. Semua warga negara, khususnya para pejabat pembantu Presiden Republik Indonesia selaku Panglima Tertinggi dalam peperangan melawan Virus Corona, janganlah ada sedikitpun keraguan untuk menyampaikan masukan-masukan strategi baru kepada Presiden jika memang diyakini itu strategi yang baik. Namun harus tetap sesuai dengan unggah ungguh dan kepatutan sebagaimana dicontohkan Salman Al Farisi R.A. di atas;

Inspirasi Ketiga. Presiden selaku Panglima Tertinggi dalam peperangan melawan Virus Corona tentu akan bijaksana sekali jika membuka buka diri seluas-luasnya dan berkenan mendengar dan menerima strategi-strategi baru dari manapun datangnya yang boleh jadi lebih efektif dan efisien untuk menanggulangi Pandemi Corona;

Inspirasi Keempat. Menghadapi Virus Corona ini prinsip-prinsip keterbukaan informasi sangatlah penting, sebagaimana diperlihatkan Nabi Muhammad SAW di atas yaitu dengan terbuka kepada semua pihak bahwa pilihan strategi awal beliau bukanlah wahyu atau berdasar otoritas kenabian.

*****

Pada saat menjelaskan QS Al-Ahzaab : 28-29, Prof. Dr. M. Quraish Shihab mengutip pendapat Fakhruddin ar-Razi : Alhlak mulia hanya terdiri dari dua hal pokok yaitu 1. Pengagungan Allah SWT; dan 2. Kasih sayang terhadap makhluk-Nya.

Pandangan Fakhruddin ar-Razi ini mengingatkan penulis pada tulisan penulis sebelumnya yang penulis beri judul : “Solusi Corona : Do’a, Cinta, dan Usaha”

Do’a para pemimpin bersama masyarakat akan membukakan pintu-pintu pertolongan Allah SWT menghadapi Pandemi Corona;

Cinta dan kasih sayang pemimpin kepada rakyat serta cinta dan kasih sayang masyarakat kepada pemimpin akan melahirkan strategi yang meminimalkan korban dikalangan masyarakat luas termasuk meminimalkan korban dari pihak Dokter, Perawat, dan Tenaga Medis, dan tenaga lainnya seperti dan tidak terbatas jurnalis;

Usaha gigih penuh keikhlasan pemimpin dan masyarakat bergandeng tangan akan menuntun kita sebagai negara bangsa menemukan strategi brilian untuk memenangkan peperangan dan mengakhiri Pandemi Corona dari bumi pertiwi tercinta, Indonesia.

****

Pilihan untuk memilih dan menerapkan usulan Salman Al Farisi untuk menggali parit mengelilingi Kota Madinah Almunawwarah sebagai strategi utama militer tercatat dalam sejarah Islam sebagai strategi sangat brilian dan membawa kemenangan besar dengan korban paling sedikit seperti diuraikan QS Al Ahzaab.

Bahkan peperangan tersebut diabadikan oleh Allah SWT dalam Al-Quranul Karim sebagai petunjuk bagi ummat manusia sampai akhir zaman.

Peperangan itupun dikenang dan dicatat dengan tinta emas dalam sejarah Islam sebagai Perang Khandaq yang secara bebas berarti Perang Parit.

Siapa tahu dengan memenuhi semua prasyarat diatas (do’a, Cinta, dan usaha) yang tulus ikhlas dari pemimpin, aparatur negara, dan rakyat Indonesia, kita sebagai negara bangsa dapat menemukan strategi paling jitu untuk melawan dan mengakhiri Pandemi Corona dengan korban seminimalisir mungkin.

Sebagaimana Nabi Muhammad menemukan parit sebagai strategi paling jitu dalam menghadapi perang Khandaq.

Parit Al Farisi

Allahumma Amiin.

Penulis:
Hendra J Kede
Ketua Bidang Hukum dan Legislasi Pengurus Pusat Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia/Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat RI

Opini Redaksi Tamu

Pemahaman dan Pemanfaatan Literasi Digital Bagi Orang Tua pada Era Pandemi

meldachaniago

Published

on

Oleh : Anik Hanifatul Azizah, S.Kom, M.IM

Istilah literasi digital tidak asing lagi bagi masyarakat, namun bagaimana memahami dan memanfaatkan digital dengan bijak adalah hal yang perlu dilatih dan terus dipelajari. Mengapa perlu memahami literasi digital? Karena sebenarnya digitalisasi ini sudah menjadi bagian hidup masyarakat sehari-hari.

Menurut definisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), literasi digital adalah kemampuan dan kecakapan menggunakan teknologi digital, memahami isi dan informasi, serta menjalankan perannya secara efektif dalam lingkungan digital.

Terdapat tiga kata kunci dalam definisi di atas, pertama kata ‘menggunakan’, dapat dipahami bagaimana kita sendiri atau anak mampu menggunakan teknologi sesuai fungsinya. Kemudian kata ‘memahami’ berarti adalah bagaimana kita paham value dari sebuah media tersebut, dan ketiga adalah ‘menjalankan’ yaitu bagaimana kita atau anak dapat memposisikan diri dengan dunia digital yang dihadapi.

Pemahaman literasi digital ini disampaikan pada kegiatan pengabdian masyarakat Universitas Esa Unggul bertajuk Edukasi Smart Parenting pada peringatan hari ibu 22 Desember 2021 dengan menggandeng komunitas bidan EBSCO yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Literasi digital sangat penting untuk diterapkan masyarakat, terutama generasi orang tua millennial ataupun baby boomers sebagai pelaku digital immigrant. Terdapat dua generasi yaitu generasi digital native dan generasi digital immigrant.

Generasi digital native merupakan para generasi muda yaitu mereka yang sejak lahir sudah langsung berhadapan dengan kemajuan digital. Sedangkan, generasi digital immigrantmerupakan mereka yang sejak lahir tanpa adanya kemajuan digital atau teknologi, maka mereka perlu mempelajari lagi teknologi yang ada nantinya. Anak-anak dari generasi millennial dan baby boomers ini termasuk generasi digital native, sedangkan orang tuanya sendiri mengenal digital di saat remaja atau bahkan sudah beranjak dewasa. Inilah yang menjadi tantangan terbesar. Seorang digital immigrant ditantang untuk mendidik digital native.

Elemen penting digital literasi Bukan hanya sekadar definisi, tapi esensi. Sebagai orang tua dituntut untuk paham dan membiasakan hal ini pada literasi digital sehari-hari. Beberapa tips menerapkan pola asuh digital yang baik yaitu, menjaga komunikasi dengan anak, membekali diri dan terus belajar, membuat aturan bersama anak, menjadi teladan digital yang baik bagi anak serta memanfaatkan aplikasi parental control dalam penggunaan gadget anak.

Aplikasi parental control dapat membantu orang tua mendampingi anak di dunia digital, tapi tidak dapat menggantikan peran orang tua. Kegiatan anak selama pandemi sebagian besar dilakukan secara daring, tugas orang tua adalah mendampingi anak. Orang tua hendaknya paham esensi dari kegiatan belajar daring tersebut. Orang tua juga sebaiknya paham aplikasi atau platform apa yang digunakan anak selama kegiatan belajar berlangsung. Sebagai orang tua dari generasi digital native harus siap dan rela banyak belajar untuk pemahaman digital yang baik. Menjadi teladan digital yang baik dapat menjadi upaya yang tepat untuk menumbuhkan digital wellbeing atau kesejahteraan digital pada masyarakat. (***)

*Penulis adalah Dosen Prodi Sistem Informasi, Universitas Esa Unggul

Continue Reading

Opini Redaksi Tamu

Aktifitas Fisik Untuk Ibu Hamil Saat Pandemi

meldachaniago

Published

on

Oleh : Dr. Erry Yudhya Mulyani, S.Gz, M.Sc

Pandemi Covid19 membatasi aktivitas fisik manusia. Masyarakat tidak lagi dapat leluasa bergerak. Dampaknya banyak di antara kita merasa menjadi kurang fit dan bugar. Begitu juga dengan ibu hamil. Padahal, aktivitas fisik bagi ibu hamil sangat dibutuhkan untuk kesehatan janin dan dirinya sendiri. Akibatnya dalam kondisi pandemik ini, ibu hamil yang merupakan kelompok rentan terhadap penyakit harus lebih waspada.

Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bertajuk Edukasi Smart Parenting di Era Digital pada 22 Desember 2021 lalu, fenomena yang dihadapi ibu hamil selama masa pandemik menjadi salah satu topik bahasan yang dianggap penting untuk diangkat. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan fisiologis dan anatomis yang terjadi pada perempuan hamil membuat pergerakan ibu menjadi terbatas, apalagi ditambah dengan kondisi pandemik seperti sekarang.

Padahal sistem imun ibu diharuskan beradaptasi dengan keadaan pandemik ini sebagai bentuk pertahanan terhadap ibu dan janin. Sistem imun yang baik akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan yang baik.

Upaya yang dapat dilakukan  perempuan hamil dalam menjaga kesehatan fisiknya selama masa kehamilan adalah dengan melakukan olahraga dan aktifitas fisik. Olahraga merupakan gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Contoh olahraga yang dapat dilakukan ibu adalah jogging, yoga dan berjalan kaki. Sedangkan aktifitas fisik adalah pergerakan tubuh yang menghasilkan energi, misalnya bersih-bersih rumah, menyapu. Ibu dapat berolahraga selama 20 – 30 menit sebanyak 3 – 4 kali perminggu.

Olahraga dan aktifitas fisik selama kehamilan sangat dianjurkan dan penting dilakukan. Hal ini sebagai bentuk persiapan dalam proses persalinan, mengurangi stress kehamilan dan menjaga kenaikan berat badan normal. Oleh sebab itu penting dilakukan ibu dalam menjaga sistem imun dimasa pandemik ini. Namun ibu hamil tidak disarankan untuk melakukan olahraga dan aktifitas fisik berat karena dapat membahayakan kondisi ibu dan janin.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa, aktifitas fisik dan olahraga berperan sebagai modulator dalam sistem imun. Selama dan setelah melakukan aktifitas fisik terjadi peningkatan limfosit dan pelepasan sitokin pro dan anti-iflammatory. Hal ini berdampak pada rendahnya kejadian gejala penyakit infeksi pada orang yang secara rutin melakukan aktifitas fisik dan olahraga (da Silveira M et al 2021). Selain itu penelitian lain juga menyatakan bahwa ibu hamil yang rutin melakukan aktifitas fisik dan olahraga secara signifikan menurunkan kenaikan berat badan selama kehamilan yang berlebih (Wang J et al 2019).

Acara pengabdian masyarakat yang dilakukan secara online melalui aplikasi zoom ini, digelar dalam rangka memperingati Hari Ibu, di antaranya dengan menyelenggarakan pelatihan bidan homecare binaan EBSCO Community, serta acara temu kangen seluruh bidan di Indonesia. Acara ini diselenggarakan melalui bantuan pendanaan program pembelajaran kolaboratif yang berorientasi pada penelitian dan pengabdian masyarakat tahun 2021. (***)

*Penulis adalah Dosen Prodi Ilmu Gizi, Universitas Esa Unggul

Continue Reading

Opini Redaksi Tamu

Ayo Tetap Jaga Prokes, Catatan Hendry Ch Bangun

Avatar

Published

on

Ketika tulisan ini dimuat, Senin 4 Oktober, hanya ada 922 kasus positif virus Corona dalam 24 jam terakhir. Luar biasa, di bawah angka 1.000 ini membuat kita bangga dan bahagia. Dibandingkan bulan Juli lalu yang mencapai 25.000-an, ketika semua fasilitas kesehatan tidak mampu melayani pasien yang datang untuk dirawat.

Bandingkan dengan negara tetangga kita Singapura yang kini setiap harinya mencapai 2000-an pasien positif Covid-19 sejak awal Oktober 2021, atau Malaysia yang sempat menyentuh 20.000-an pada Agustus dan di Oktober mencapai 9000-an.

Gerakan vaksinasi massif yang dilakukan pemerintah, dengan ujung tombak Kemenkes, Polri, dan TNI menunjukkan hasilnya walaupun belum mencapai target dua juta perhari sebagaimana diminta Presiden Jokowi. Tetapi dengan satu jutaan perhari, hasilnya sudah membaik.

Fasilitas kesehatan utama di Jakarta dan hampir seluruh kota besar di Indonesia tidak lagi full, mampu menerima pasien yang ada. Wisma Atlet yang mampu menampung ribuan orang, kini sudah tinggal puluhan. Tidak ada lagi antre ambulan memasukkan pasien. Justru yang tampak adalah orang pulang karena selesai dirawat.

Sukses ini juga dikarenakan sikap konsisten pemerintah, yang semula dijalankan trial by error, sudah menemukan cara jitu melalui Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dievaluasai setiap pekan atau dua minggu sekali. Setiap kota dipantau pelaksanaan vaksinasi, lalu tracing, dan pemberlakukan protokol kesehatan.
Evaluasi di setiap akhir pekan akan menentukan tingkatan PPKM berikutnya. Ditambah dengan dorongan vaksinasi, yang langsung diberikan Presiden, Wakil Presiden, Menteri Kabinet, dan duet Panglima TNI-Kapolri, dengan menyaksikan ke lapangan dan memberi motivasi, memberi efek besar.

Kita bangga bahwa Indonesia masuk dalam klub negara yang 100 juta penduduknya telah divaksin dan juga kita patut senang karena dipuji oleh Badan Kesehatan Sedunia (WHO) dalam keberhasilan menangani pandemik Covid-19.

***

Ya sudah terbukti, kita tidak terpuruk dalam hal kesehatan, dan juga tidak terseret dalam krisis ekonomi, yang seandainya dulu melaksanakan lockdown, akan semakin bangkrut. Lockdown itu membuat penduduk di Vietnam, Thailand, Malaysia, menjerit-jerit karena berbulan-bulan tidak bisa bekerja, tidak bisa berdagang, sebab ekonomi rumah tangga hancur. Sementara di Indonesia ini selain ada skema bantuan sosial, pelonggaran kegiatan memungkin adanya geliat ekonomi, meski bergerak secara pelahan-lahan.

Kita menyaksikan di televisi, membaca di suratkabar atau media online, sektor transportasi sudah bergerak agar cepat. Penerbangan untuk jalur-jalur tertentu tingkat keterisian penumpang telah mencapai 75 persen. Mal dan pertokoan sudah dibuka. Tempat-tempat wisata, mulai dari Bali, Labuan Bajo, Yogyakarta, Bandung, sudah dipenuhi oleh warga yang jenuh karena terlalu lama dikurung di rumah akibat pandemi.

Tidak hanya itu, hotel pun sudah mulai penuh. Baik oleh keluarga yang mengambil program staycation juga karena kegiatan pemerintah seperti rapat-rapat lembaga dan kementerian sudah berlari kencang. Ya, karena selama pembatasan kegiatan dilarang, maka begitu ada kelonggaran kegiatan kembali ke jalur normal agar serapan anggaran mencapai target.

Tetapi euphoria ini harus disikapi dengan hati-hati. Sebagaimana disampaikan Luhut Panjaitan yang dipercaya menjadi komandan pengaturan PPKM, masyarakat harus tetap waspada dan tetap ketat dengan prokes yang ditetapkan pemerintah.
Adanya aplikasi PeduliLindungi, yang dijadikan sebagai syarat untuk dapat terbang, naik kereta api, masuk ke hotel-hotel, mal dan pertokoan, bahkan sudah diujicoba ke pasar modern, ikut mendukung pengawasan kegiatan masyarakat. Sistem itu menjadi semacam seleksi, agar di suatu pusat keramaian atau kegiatan, orang yang berkumpul adalah orang-orang yang bebas virus. Dengan demikian akan dicegah terjadinya penularan.

Hanya saja kita juga menyaksikan bahwa masih banyak anggota masyarakat yang karena alasan tertentu tidak menggunakan masker di tempat umum. Dari sisi ekonomi, masker memang harus dibeli dan harganya tidak murah, antara Rp 1.000 sampai Rp 3.000 perlembar. Apabila dalam satu keluarga ada empat orang dan dianggap sehari digunakan sekali, itu jumlah yang lumayan.

Ada juga yang malas karena terlalu percaya diri bahwa dia sehat tanpa memikirkan lingkungan saat dia beraktivitas yang bisa saja tertular. Ada yang memang bawaannya “menantang” semua kebijakan yang dibuat pemerintah dan tidak ingin diatur karena itu privacy-nya.

***

Ancaman yang disebut-sebut sudah mengintai adalah gelombang ketiga, pada Desember atau awal Januari 2022 karena adanya libur panjang Natal dan Tahun Baru, yang biasanya juga disertai dengan pulang kampung, bertemu kerabat.

Penularan bisa terjadi di perjalanan apabila tidak ada penjagaan protokol kesehata baik oleh para penumpang maupun pelaksana seperti bus ataupun transportasi massal lainnya. Lalu kerumunan karena saling bersilaturahmi atau kumpul keluarga yang sering disertai kesungkanan mengingatkan prokes.

Kita sudah tahu bagaimana susahnya kalau ada penularan massif seperti yang terjadi bulan Juli lalu akibat libur Idul Fitri, rumah sakit penuh, fasilitas kesehatan kolaps, dan ketersediaan obat dan vitamin sulit dan harga-harga naik.

Mudah-mudahan kita semua mau belajar dan coba menghindari kelalaian yang dulu terjadi. Hanya keledai yang terantuk batu yang sama dua kali, kata pepatah. Masak sih kita keledai?

***
Jakarta, 04 Oktober 2021.

Penulis
Hendry Ch Bangun
Wartawan Senior/Wakil Ketua Dewan Pers

Continue Reading
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Terpopuler