Connect with us

Opini Redaksi Tamu

Gerakan KAMI, krisis ekonomi dan bola biliar politik

Avatar

Published

on

Oleh:
Denny JA

Jakarta, koin24.co.id – Krisis ekonomi itu ibu kandung pergolakan politik. Demikianlah hukum besi dunia sosial, dari dulu hingga kapanpun.

Sebuah negara yang mengalami krisis ekonomi melahirkan ketidak puasan. Tak hanya ketidak puasan, tapi juga keresahan yang sangat meluas di kalangan rakyat banyak. Mereka seperti rumput kering. Mereka sangat mudah dibakar. Harapan perubahan bergema.

Bulan Juli 2020, LSI Denny JA sudah menemukan data ini. Kecemasan publik atas situasi ekonominya berada di zona merah. (1)

Sejak melakukan survei opini publik sejak 2013, saya belum pernah menemukan sentimen itu. Di atas 80 persen publik cemas tak akan mampu membiayai kebutuhan keluarga sehari hari.

Dalam konferensi pers, LSI Denny JA sudah mengumumkan. Hati hati krisis kesehatan karena virus corona, yang tengah menjelma krisis ekonomi, akan pula menjelma menjadi krisis politik.

Lahirlahnya gerakan KAMI, yang dideklarasikan banyak tokoh publik di tugu Proklamasi, itu sebuah keniscayaan. Jika KAMI tak lahir, akan lahir gerakan oposisi serupa, apapun namanya.

Itu hukum besi politik.

-000-

Tiga hal yang membuat gerakan KAMI jangan dianggap remeh.

Pertama, ia lahir dalam kondisi rakyat banyak yang tengah cemas dan marah atas situasi. Jika gerakan ini lahir di zaman normal, ia segera menjadi gerakan elitis biasa.

Tapi gerakan politik yang lahir dalam konteks krisis ekonomi, ia segera mendapatkan pesona ektra. Tinggal ditambah satu langkah lagi, ia bisa merebut harapan publik akan perubahan. Ia dapat menjelma menjadi kekuatan politik altenatif.

Kedua, komposisi tokoh di dalam gerkan KAMI, merangkum aneka lapisan strategis.

Di pucuknya ada Din Syamsuddin, Rokhmat Wahab, dan Gatot Nurmantyo. Din Syamsudin berakar di Ormas besar Muhammadiyah. Rokhmat Wahab berakar di Ormas besar NU. Istrinya cucu pendiri NU, KH.A. Wahab Abdullah. Sementara Gatot Nurmantyo berakar pada dunia militer dan sebagian pengusaha besar.

Gerakan ini juga dihadiri keluarga proklamator dan mantan presiden. Rahmawati, putri Bung Karno. Meutia Hatta putri Bung Hatta. Titiek Suharto putri mantan presiden terlama Indonesia, Pak Harto. Mereka hadir sebagai simbol kekuatan sejarah.

Bertaburan pula intelektual publik di dalamnya. Mereka yang selama ini mengambil jalan berbeda dengan pemerintahan seolah menemukan forum besar bersama.

Ketiga, KAMI lahir di era kosongnya oposisi. Praktis partai politik DPR masa kini sepenuhnya berada di kubu pemerintahan. Media TV dan koran besar juga dimiliki oleh tokoh yang kini juga berpolitik. Mereka pun berada di baris pemerintahan.

Hadirnya oposisi di era krisis ekonomi itu juga hukum besi politik. Tak ada superman yang bisa mengendalikan sebuah negara nasional yang tengah gelisah, agar tertib tanpa oposisi.

Pertanyaannya sekarang, kemana KAMI ini akan bergerak? Seberapa ia bertambah perkasa? Seberapa besar perubahan yang bisa Ia lakukan?

Para pelopor gerakan ini sudah menyampaikan apa yang menjadi kepedulian mereka. Tapi politik praktis itu tak terduga. Ia bisa didesign untuk pintu A. Namun ia berakhir di pintu B.

Politik praktis itu seperti bola biliar. Ketika bola putih dipukul kencang, bola yang masuk ke lubang, bisa bola apa saja, mulai dari bola 1 hingga bola 15.

Maka, terhidanglah tiga skenario.

-000-

Menteri ekonomi pemerintah saat ini, Sri Mulyani Indrawati sudah menyatakan. Krisis ekonomi saat ini puncaknya nanti mungkin lebih berat dibandingkan krisis 98. (2)

Kita tahu, krisis di tahun 98 telah menjatuhkan Suharto dari singgasana kekuasaan. Padahal sebelum tahun 98, pak Harto begitu kuat. Tak pernah ada, rezim politik di Indonesia yang lebih kuat dibandingkan pak Harto.

Tapi, jangankan pak Harto. Uni Sovyet di eranya juga jauh lebih kuat. Ia menguasai hampir separuh dunia.

Toh, krisis ekonomi, yang digerakkan oleh elit berpengalaman, dan didukung oleh publik luas, mampu merontokkannya. Tak hanya pak Harto, Uni Sovyet saja bisa rontok!

Pertanyaannya: akankah KAMI membesar dan merontokkan Jokowi sebelum selesai masa kepresidennya berakhir di 2024?

Disertasi Ph.D saya membahas soal jatuhnya Suharto di tahun 98. Untuk membuat jatuh sebuah rezim politik, kasus Pak Harto, membutuhkan bekerjanya empat variabel sekaligus. Yaitu, krisis ekonomi, pecahnya pemerintahan saat itu, delegitimasi atas presiden, dan hadirnya gerakan politik altenatif. (3)

Saat ini, baru dua variabel yang hadir. Krisis ekonomi dan kekuatan politik alternatif. Selama pemerintahan saat ini kokoh, selama legitimasi Jokowi terjaga, selama itu pula pemerintahan Jokowi akan bertahan hingga 2024.

Skenario pertama: KAMI membawa pemerintahan Jokowi jatuh sebelum berakhirnya jabatan di tahun 2024. Tapi masih ada dua variabel yang belum hadir sebagai konteks gerakan ini.

Sebelum dua variabel tambahan hadir, KAMI tak cukup kuat untuk menjatuhkan Presiden Jokowi di tengah jalan.

-000-

Skenario kedua, gerakan ini akan membesar, tidak menjatuhkan Jokowi, namun mereka segera menemukan Capres 2024 yang populer. KAMI berujung menjadi king maker terpilihnya dan beralihnya kepemimpinan nasional, lewat pemilu, dari koalisi partai saat ini, menuju koalisi partai oposisi plus KAMI.

Skenario ini hanya terbuka jika KAMI mampu solid hingga 2024. Mampulah KAMI bertahan solid bahkan membesar hingga 4 tahun lagi, 2024?

Kekuatan KAMI juga menjadi kekurangannya. Beragamnya tokoh di dalam KAMI itu bagus sebagai forum. Namun ketika gerakan ini harus fokus hanya pada satu Capres dan Cawapres saja, perpecahan internal mungkin terjadi.

Ditambah lagi satu perkara. Bisakah KAMI akhirnya mengalah mendukung Capres 2024 yang potensi menangnya lebih besar, yang capres itu mungkin saat ini tak ikut barisan KAMI?

Amien Rais di tahun 98, berhasil memimpin gerakan yang menjatuhkan Suharto. Tapi Amien Rais tak pernah sukses terpilih sebagai presiden RI, setelah itu.

Ini skenario kedua: KAMI menjadi civil society yang ikut melahirkan the next presiden Indonesia tahun 2024. Namun ini hanya terjadi jika KAMI mendukung capres yang saat itu paling populer.

Skenario ketiga, KAMI akan hadir sebagai bunga demokrasi belaka. Ia justru menjadi pemanis pemerintahan saat ini. Bahwa dalam pemerintahan Jokowi, toh hadir dan dibiarkan gerakan oposisi. Tentu sejauh tak ada hukum nasional yang dilanggar.

Dalam skenari ketiga, KAMI tak menjatuhkan Jokowi sebelum tahun 2024. KAMI juga tak berujung mendukung Capres yang akan menang di tahun 2024. KAMI hadir sebagai gerakan moral belaka.

-000-

Dari tiga skenario di atas, mana yang akan menjadi “makom” dari KAMI?

Semua serba terbuka. Selalu ada surprising. Selalu ada suasana baru yang bahkan tidak didesign. Realitas jauh lebih kompleks dibandingkan konstruksi rasional.

Yang kini bisa dinyatakan adalah harapan. Yaitu agar “Badai Pasti Berlalu.” Yaitu agar di negeri Indonesia tercinta, lagu masa kanak kanak itu cepat pergi.

Lagu yang liriknya:

“Kulihat Ibu Pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang.” (***)

Agustus 2020

Catatan:
1). Survei LSI Denny JA menyatakan Kecemasan Publik di Zona Merah. Hati
Hati krisis kesehatan melalui krisis ekonomi melahirkan krisis politik.
https://amp.beritasatu.com/nasional/653133-kecemasan-publik-sudah-di-zona-merah

2). Menteri Ekonomi Pemerintah saat ini, Sri Mulyani, menyatakan krisis ekonomi saat ini dapat melampaui krisis 98. Kita tahu krisis 98 mampun menjatuhkan pemerintah saat itu
https://amp.beritasatu.com/ekonomi/617465-sri-mulyani-dampak-corona-jauh-lebih-berat-dibandingkan-krisis-1998-dan-2008

3). Empat variabel yang menjatuhakan rezim (pak Harto) dalam disertasi Denny JA: Democratization From Below (sudah diterjemahkan):
https://www.facebook.com/groups/970024043185698/permalink/1401896223331809/

Sumber tulisan ini:

GERAKAN KAMI, KRISIS EKONOMI, DANBOLA BILIAR POLITIKDenny JAKrisis ekonomi itu ibu kandung pergolakan politik….

Posted by Denny J.A's World on Tuesday, August 18, 2020

Denny JA
Konsultan Politik/Penulis/Penggiat Media Sosial

Opini Redaksi Tamu

Pemahaman dan Pemanfaatan Literasi Digital Bagi Orang Tua pada Era Pandemi

meldachaniago

Published

on

Oleh : Anik Hanifatul Azizah, S.Kom, M.IM

Istilah literasi digital tidak asing lagi bagi masyarakat, namun bagaimana memahami dan memanfaatkan digital dengan bijak adalah hal yang perlu dilatih dan terus dipelajari. Mengapa perlu memahami literasi digital? Karena sebenarnya digitalisasi ini sudah menjadi bagian hidup masyarakat sehari-hari.

Menurut definisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), literasi digital adalah kemampuan dan kecakapan menggunakan teknologi digital, memahami isi dan informasi, serta menjalankan perannya secara efektif dalam lingkungan digital.

Terdapat tiga kata kunci dalam definisi di atas, pertama kata ‘menggunakan’, dapat dipahami bagaimana kita sendiri atau anak mampu menggunakan teknologi sesuai fungsinya. Kemudian kata ‘memahami’ berarti adalah bagaimana kita paham value dari sebuah media tersebut, dan ketiga adalah ‘menjalankan’ yaitu bagaimana kita atau anak dapat memposisikan diri dengan dunia digital yang dihadapi.

Pemahaman literasi digital ini disampaikan pada kegiatan pengabdian masyarakat Universitas Esa Unggul bertajuk Edukasi Smart Parenting pada peringatan hari ibu 22 Desember 2021 dengan menggandeng komunitas bidan EBSCO yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Literasi digital sangat penting untuk diterapkan masyarakat, terutama generasi orang tua millennial ataupun baby boomers sebagai pelaku digital immigrant. Terdapat dua generasi yaitu generasi digital native dan generasi digital immigrant.

Generasi digital native merupakan para generasi muda yaitu mereka yang sejak lahir sudah langsung berhadapan dengan kemajuan digital. Sedangkan, generasi digital immigrantmerupakan mereka yang sejak lahir tanpa adanya kemajuan digital atau teknologi, maka mereka perlu mempelajari lagi teknologi yang ada nantinya. Anak-anak dari generasi millennial dan baby boomers ini termasuk generasi digital native, sedangkan orang tuanya sendiri mengenal digital di saat remaja atau bahkan sudah beranjak dewasa. Inilah yang menjadi tantangan terbesar. Seorang digital immigrant ditantang untuk mendidik digital native.

Elemen penting digital literasi Bukan hanya sekadar definisi, tapi esensi. Sebagai orang tua dituntut untuk paham dan membiasakan hal ini pada literasi digital sehari-hari. Beberapa tips menerapkan pola asuh digital yang baik yaitu, menjaga komunikasi dengan anak, membekali diri dan terus belajar, membuat aturan bersama anak, menjadi teladan digital yang baik bagi anak serta memanfaatkan aplikasi parental control dalam penggunaan gadget anak.

Aplikasi parental control dapat membantu orang tua mendampingi anak di dunia digital, tapi tidak dapat menggantikan peran orang tua. Kegiatan anak selama pandemi sebagian besar dilakukan secara daring, tugas orang tua adalah mendampingi anak. Orang tua hendaknya paham esensi dari kegiatan belajar daring tersebut. Orang tua juga sebaiknya paham aplikasi atau platform apa yang digunakan anak selama kegiatan belajar berlangsung. Sebagai orang tua dari generasi digital native harus siap dan rela banyak belajar untuk pemahaman digital yang baik. Menjadi teladan digital yang baik dapat menjadi upaya yang tepat untuk menumbuhkan digital wellbeing atau kesejahteraan digital pada masyarakat. (***)

*Penulis adalah Dosen Prodi Sistem Informasi, Universitas Esa Unggul

Continue Reading

Opini Redaksi Tamu

Aktifitas Fisik Untuk Ibu Hamil Saat Pandemi

meldachaniago

Published

on

Oleh : Dr. Erry Yudhya Mulyani, S.Gz, M.Sc

Pandemi Covid19 membatasi aktivitas fisik manusia. Masyarakat tidak lagi dapat leluasa bergerak. Dampaknya banyak di antara kita merasa menjadi kurang fit dan bugar. Begitu juga dengan ibu hamil. Padahal, aktivitas fisik bagi ibu hamil sangat dibutuhkan untuk kesehatan janin dan dirinya sendiri. Akibatnya dalam kondisi pandemik ini, ibu hamil yang merupakan kelompok rentan terhadap penyakit harus lebih waspada.

Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bertajuk Edukasi Smart Parenting di Era Digital pada 22 Desember 2021 lalu, fenomena yang dihadapi ibu hamil selama masa pandemik menjadi salah satu topik bahasan yang dianggap penting untuk diangkat. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan fisiologis dan anatomis yang terjadi pada perempuan hamil membuat pergerakan ibu menjadi terbatas, apalagi ditambah dengan kondisi pandemik seperti sekarang.

Padahal sistem imun ibu diharuskan beradaptasi dengan keadaan pandemik ini sebagai bentuk pertahanan terhadap ibu dan janin. Sistem imun yang baik akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan yang baik.

Upaya yang dapat dilakukan  perempuan hamil dalam menjaga kesehatan fisiknya selama masa kehamilan adalah dengan melakukan olahraga dan aktifitas fisik. Olahraga merupakan gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Contoh olahraga yang dapat dilakukan ibu adalah jogging, yoga dan berjalan kaki. Sedangkan aktifitas fisik adalah pergerakan tubuh yang menghasilkan energi, misalnya bersih-bersih rumah, menyapu. Ibu dapat berolahraga selama 20 – 30 menit sebanyak 3 – 4 kali perminggu.

Olahraga dan aktifitas fisik selama kehamilan sangat dianjurkan dan penting dilakukan. Hal ini sebagai bentuk persiapan dalam proses persalinan, mengurangi stress kehamilan dan menjaga kenaikan berat badan normal. Oleh sebab itu penting dilakukan ibu dalam menjaga sistem imun dimasa pandemik ini. Namun ibu hamil tidak disarankan untuk melakukan olahraga dan aktifitas fisik berat karena dapat membahayakan kondisi ibu dan janin.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa, aktifitas fisik dan olahraga berperan sebagai modulator dalam sistem imun. Selama dan setelah melakukan aktifitas fisik terjadi peningkatan limfosit dan pelepasan sitokin pro dan anti-iflammatory. Hal ini berdampak pada rendahnya kejadian gejala penyakit infeksi pada orang yang secara rutin melakukan aktifitas fisik dan olahraga (da Silveira M et al 2021). Selain itu penelitian lain juga menyatakan bahwa ibu hamil yang rutin melakukan aktifitas fisik dan olahraga secara signifikan menurunkan kenaikan berat badan selama kehamilan yang berlebih (Wang J et al 2019).

Acara pengabdian masyarakat yang dilakukan secara online melalui aplikasi zoom ini, digelar dalam rangka memperingati Hari Ibu, di antaranya dengan menyelenggarakan pelatihan bidan homecare binaan EBSCO Community, serta acara temu kangen seluruh bidan di Indonesia. Acara ini diselenggarakan melalui bantuan pendanaan program pembelajaran kolaboratif yang berorientasi pada penelitian dan pengabdian masyarakat tahun 2021. (***)

*Penulis adalah Dosen Prodi Ilmu Gizi, Universitas Esa Unggul

Continue Reading

Opini Redaksi Tamu

Ayo Tetap Jaga Prokes, Catatan Hendry Ch Bangun

Avatar

Published

on

Ketika tulisan ini dimuat, Senin 4 Oktober, hanya ada 922 kasus positif virus Corona dalam 24 jam terakhir. Luar biasa, di bawah angka 1.000 ini membuat kita bangga dan bahagia. Dibandingkan bulan Juli lalu yang mencapai 25.000-an, ketika semua fasilitas kesehatan tidak mampu melayani pasien yang datang untuk dirawat.

Bandingkan dengan negara tetangga kita Singapura yang kini setiap harinya mencapai 2000-an pasien positif Covid-19 sejak awal Oktober 2021, atau Malaysia yang sempat menyentuh 20.000-an pada Agustus dan di Oktober mencapai 9000-an.

Gerakan vaksinasi massif yang dilakukan pemerintah, dengan ujung tombak Kemenkes, Polri, dan TNI menunjukkan hasilnya walaupun belum mencapai target dua juta perhari sebagaimana diminta Presiden Jokowi. Tetapi dengan satu jutaan perhari, hasilnya sudah membaik.

Fasilitas kesehatan utama di Jakarta dan hampir seluruh kota besar di Indonesia tidak lagi full, mampu menerima pasien yang ada. Wisma Atlet yang mampu menampung ribuan orang, kini sudah tinggal puluhan. Tidak ada lagi antre ambulan memasukkan pasien. Justru yang tampak adalah orang pulang karena selesai dirawat.

Sukses ini juga dikarenakan sikap konsisten pemerintah, yang semula dijalankan trial by error, sudah menemukan cara jitu melalui Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dievaluasai setiap pekan atau dua minggu sekali. Setiap kota dipantau pelaksanaan vaksinasi, lalu tracing, dan pemberlakukan protokol kesehatan.
Evaluasi di setiap akhir pekan akan menentukan tingkatan PPKM berikutnya. Ditambah dengan dorongan vaksinasi, yang langsung diberikan Presiden, Wakil Presiden, Menteri Kabinet, dan duet Panglima TNI-Kapolri, dengan menyaksikan ke lapangan dan memberi motivasi, memberi efek besar.

Kita bangga bahwa Indonesia masuk dalam klub negara yang 100 juta penduduknya telah divaksin dan juga kita patut senang karena dipuji oleh Badan Kesehatan Sedunia (WHO) dalam keberhasilan menangani pandemik Covid-19.

***

Ya sudah terbukti, kita tidak terpuruk dalam hal kesehatan, dan juga tidak terseret dalam krisis ekonomi, yang seandainya dulu melaksanakan lockdown, akan semakin bangkrut. Lockdown itu membuat penduduk di Vietnam, Thailand, Malaysia, menjerit-jerit karena berbulan-bulan tidak bisa bekerja, tidak bisa berdagang, sebab ekonomi rumah tangga hancur. Sementara di Indonesia ini selain ada skema bantuan sosial, pelonggaran kegiatan memungkin adanya geliat ekonomi, meski bergerak secara pelahan-lahan.

Kita menyaksikan di televisi, membaca di suratkabar atau media online, sektor transportasi sudah bergerak agar cepat. Penerbangan untuk jalur-jalur tertentu tingkat keterisian penumpang telah mencapai 75 persen. Mal dan pertokoan sudah dibuka. Tempat-tempat wisata, mulai dari Bali, Labuan Bajo, Yogyakarta, Bandung, sudah dipenuhi oleh warga yang jenuh karena terlalu lama dikurung di rumah akibat pandemi.

Tidak hanya itu, hotel pun sudah mulai penuh. Baik oleh keluarga yang mengambil program staycation juga karena kegiatan pemerintah seperti rapat-rapat lembaga dan kementerian sudah berlari kencang. Ya, karena selama pembatasan kegiatan dilarang, maka begitu ada kelonggaran kegiatan kembali ke jalur normal agar serapan anggaran mencapai target.

Tetapi euphoria ini harus disikapi dengan hati-hati. Sebagaimana disampaikan Luhut Panjaitan yang dipercaya menjadi komandan pengaturan PPKM, masyarakat harus tetap waspada dan tetap ketat dengan prokes yang ditetapkan pemerintah.
Adanya aplikasi PeduliLindungi, yang dijadikan sebagai syarat untuk dapat terbang, naik kereta api, masuk ke hotel-hotel, mal dan pertokoan, bahkan sudah diujicoba ke pasar modern, ikut mendukung pengawasan kegiatan masyarakat. Sistem itu menjadi semacam seleksi, agar di suatu pusat keramaian atau kegiatan, orang yang berkumpul adalah orang-orang yang bebas virus. Dengan demikian akan dicegah terjadinya penularan.

Hanya saja kita juga menyaksikan bahwa masih banyak anggota masyarakat yang karena alasan tertentu tidak menggunakan masker di tempat umum. Dari sisi ekonomi, masker memang harus dibeli dan harganya tidak murah, antara Rp 1.000 sampai Rp 3.000 perlembar. Apabila dalam satu keluarga ada empat orang dan dianggap sehari digunakan sekali, itu jumlah yang lumayan.

Ada juga yang malas karena terlalu percaya diri bahwa dia sehat tanpa memikirkan lingkungan saat dia beraktivitas yang bisa saja tertular. Ada yang memang bawaannya “menantang” semua kebijakan yang dibuat pemerintah dan tidak ingin diatur karena itu privacy-nya.

***

Ancaman yang disebut-sebut sudah mengintai adalah gelombang ketiga, pada Desember atau awal Januari 2022 karena adanya libur panjang Natal dan Tahun Baru, yang biasanya juga disertai dengan pulang kampung, bertemu kerabat.

Penularan bisa terjadi di perjalanan apabila tidak ada penjagaan protokol kesehata baik oleh para penumpang maupun pelaksana seperti bus ataupun transportasi massal lainnya. Lalu kerumunan karena saling bersilaturahmi atau kumpul keluarga yang sering disertai kesungkanan mengingatkan prokes.

Kita sudah tahu bagaimana susahnya kalau ada penularan massif seperti yang terjadi bulan Juli lalu akibat libur Idul Fitri, rumah sakit penuh, fasilitas kesehatan kolaps, dan ketersediaan obat dan vitamin sulit dan harga-harga naik.

Mudah-mudahan kita semua mau belajar dan coba menghindari kelalaian yang dulu terjadi. Hanya keledai yang terantuk batu yang sama dua kali, kata pepatah. Masak sih kita keledai?

***
Jakarta, 04 Oktober 2021.

Penulis
Hendry Ch Bangun
Wartawan Senior/Wakil Ketua Dewan Pers

Continue Reading
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Terpopuler