Connect with us

Opini Redaksi Tamu

Sukun, Seram, Nikmat Penuh Kenangan

Berman Nainggolan Lumbanradja

Published

on

Kamis (7/5/) lalu menjadi hari yang manis. Terkhusus bagi Kepala Gugus Tugas Percepatan Penangangan Covid-19, Doni Monardo. Saat buka puasa, terhidang sukun goreng, sukun rebus, dan gula merah di lantai 10, Graha BNPB.

Doni pun membuka kisah. Tepatnya di ruang tengah lantai 10 yang kerap dijadikan ajang ‘kongkow’ usai berbuka puasa bersama tamu dan staf.

Di mana letak manisnya? Letaknya pada kenangan tiga tahun berselang. Terjadi nun di Pulau Seram, Maluku, saat ia menjabat Pangdam XVI/Pattimura. Kenangan indah berbuah manis, yang terkait dengan hidangan sukun dan gula merah malam itu.

Benar. Siang sebelumnya, sebuah paket meluncur, ditujukan untuk Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo.

Pengirimnya, mantan anak buah Doni di Batalyon 731. Ini merupakan salah satu batalyon di bawah Korem 151/Binaya, Kodam XVI/Pattimura.

Isinya? Buah-buah sukun dan gula merah.
Yang lebih menarik adalah, sukun-sukun kiriman itu, dipetik langsung dari ‘pohon sukun doni monardo’. Benar, pohon sukun yang ditanam langsung oleh kedua tangan Doni Monardo pada 4 Januari 2017, dan kini telah tumbuh dan berbuah lebat.

Pohon itu ditanam serentak bersama 150.000 bibit pohon lain di areal Batalon 731 yang terletak di kota Masohi.
Kota Masohi adalah ibu kota Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Letaknya di Pulau Seram, pulau terbesar di Maluku.

Kota Masohi terletak di tepian Teluk Elpaputih di sisi selatan Pulau Seram. Sebagian besar wilayahnya memiliki topografi berupa dataran rendah dengan ketinggian 0-110 Mdpl.
Satu di antara banyak prajurit Yonif 731 yang tahu betul kisah ‘pohon sukun doni monardo’ tadi adalah Kapten (Inf) Isaach Pasireron.

“Saat penanaman pohon tahun 2017, pangkat saya masih Letnan Satu. Waktu itu pak Doni memang melakukan gerakan penghijauan dengan menanam 150.000 pohon keras sumbangan PT PLN,” ujar Isaach Pasireron saat dihubungi via telepon, Jumat (8/5/2020).

Sebelum penanaman, prajurit Yonif 731 terlebih dulu melakukan pembukaan lahan milik batalyon. “Kira-kira akhir tahun 2016 kami memulai pembukaan lahan batalyon yang tidak dimanfaatkan dan menjadi semak belukar. Awal tahun 2017 terbuka lahan seluas kurang lebih 24 hektare. Di situlah program penghijauan dilaksanakan,” tutur Isaach.

Selain Pangdam Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo, para pejabat lain juga hadir dalam gerakan penghijauan tadi. Dari PLN hadir Komisaris Jenderal (Pur) Budiman, Direktur HCM PT. PLN Muhammad Ali, PLT Bupati Malteng, M. Saleh Thio dan pejabat lain baik dari PLN, Kementrian Lingkungan Hidup, Pemprov Maluku, dan Maluku Utara.

Ada kisah lain di balik buah sukun yang tempo hari melengkapi hidangan berbuka puasa di Graha BNPB.

Kisah ketika Doni Monardo dipanggil Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya. Selain Doni, dipanggil juga Gubernur Maluku dan Maluku Utara, serta Dirut PLN dan Dirut Pertamina.

Intinya, Menteri Nurbaya meminta bantuan Pangdam Pattimura agar dapat membantu melaksanakan program-program di bidang lingkungan hidup dan kehutanan, dengan menanam pohon keras dan buah–buahan di kawasan hutan kritis.

Pertamina membantu penghijauan di Gunung Botak, Pulau Buru. Sedangkan, PLN membantu penghijauan di Masohi, Pulau Seram.

Permintaan tolong Menteri Nurabaya bak gayung bersambut. Sebab, jauh sebelum diminta membantu penghijauan lahan kritis, Doni di Maluku sudah menggulirkan dua program: Emas Hijau dan Emas Biru.

“Dengan gerak cepat, kami membuka lahan tidur di lingkungan batalyon. Tanah di Pulau Seram umumnya sangat subur. Ditanam apa saja tumbuh. Jadi, gerakan penghijauan yang dicanangkan pak Doni relatif tidak ada kendala terkait kesuburan tanah,” papar Isaach.

Terbukti, pohon-pohon yang ditanam relatif tumbuh dengan baik. Persentase pohon yang mati, sangat kecil. Bahkan, semua pohon yang diberi pelang nama penanamnya, tumbuh dengan baik.

“Pohon-pohon yang ditanam oleh para pimpinan dipasang pelang nama. Semua tumbuh, ada yang sangat subur, ada yang biasa-biasa saja. Dan ‘pohon sukun doni monardo’ termasuk yang subur dan banyak buahnya,” kata Isaach sambil tertawa.

Dikisahkan, sejak ditanam awal 2017, ‘pohon sukun doni monardo’ sudah tiga kali berbuah. Isaach menjamin pohon-pohon itu akan terus terawat dengan baik. Selain menjadi tanggung jawab batalyon, saat ini juga ada beberapa prajurit yang berkebun di lahan tadi, dengan pola tumpang sari.

“Mereka ikut membantu merawat perkebunan hasil penghijauan era pak Doni,” ujarnya.

Saat ditanya, apakah penghijauan tadi berhasil mengatasi bencana rutin berupa kebakaran hutan, banjir, dan longsor? Isaach cepat menjawab, “Alhamdulillah, dengan adanya penghijauan ini, serta seringnya kami melakukan sosialisasi, hasilnya sangat positif,” katanya.

Gunung Karai yang sering terbakar, kini relatif jarang. Sebab, area hutan di gunung yang dulu banyak ditumbuhi ilalang dan mudah terbakar, kini sudah banyak ditumbuhi tanaman-tanaman keras.

Akibatnya, banjir sudah sangat jauh berkurang. Bencana longsor tidak ada lagi.
“Tapi menurut saya itu hanya sebab-akibat. Lebih penting dari itu adalah, saat ini sudah banyak warga Maluku Tengah yang sadar akan pentingnya penghijauan. Sadar akan bahaya menebang pohon secara liar. Jadi menurut saya, tumbuhnya kesadaran masyarakat inilah yang tak ternilai harganya,” kata Isaach serius.

Indikasi lain kesadaran masyarakat menanam pohon, adalah datangnya permintaan bibit ke Batalyon. “Perlu saya laporkan, Pak Doni waktu itu tidak hanya menanam pohon, tapi juga meminta kami menyiapkan satu juta bibit pohon tanaman, berupa pohon keras, pohon buah, dan rempah,” katanya.

Perintah Doni terlaksana dengan baik. Hingga kini, batalyon selalu siap dengan satu juta bibit tanaman. Untuk pohon keras, mereka memiliki beberapa jenis, antara lain bibit pohon merbau, meranti, jabon merah, masoya, dan palaka. Sedangkan untuk pohon buah, hampir semua jenis buah mereka punya. Buah durian, sukun, duku, manggis, rambutan, dan lain-lain.

Sedangkan tanaman rempah yang mereka siapkan bibitnya antara lain cengkeh dan pala.
Bibit-bibit itu akan diberikan secara gratis kepada siapa saja yang berniat melakukan penghijauan, atau penanaman.

“Pesan bapak (Doni Monardo-pen), tidak boleh menjual bibit. Bibit harus diberikan kepada siapa saja yang datang dan memerlukan secara gratis. Silakan datang dan minta, kami beri,” kata Isaach.

Ditegaskan, sejak 2017 sampai sekarang, kebun pembibitan Batalyon 731 tidak pernah kosong. Selalu tersedia. Bibit-bibit itu, pada akhirnya tidak hanya menyebar ke seluruh wilayah Maluku dan Maluku Utara, tetapi sampai ke luar Maluku.

“Benar, pernah ada yang minta dari Palembang, dan kami kirim ke sana,” kata Isaach.
Demi mendengar semua kabar baik dari Masohi tadi, sungguh menggembirakan. Buah-buah sukun yang masih tersisa barang-satu-dua butir, pasti akan lebih nikmat lagi rasanya.

Egy Massadiah, Catatan dari Markas Gugas Covid-19.

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Opini Redaksi Tamu

Pemahaman dan Pemanfaatan Literasi Digital Bagi Orang Tua pada Era Pandemi

meldachaniago

Published

on

Oleh : Anik Hanifatul Azizah, S.Kom, M.IM

Istilah literasi digital tidak asing lagi bagi masyarakat, namun bagaimana memahami dan memanfaatkan digital dengan bijak adalah hal yang perlu dilatih dan terus dipelajari. Mengapa perlu memahami literasi digital? Karena sebenarnya digitalisasi ini sudah menjadi bagian hidup masyarakat sehari-hari.

Menurut definisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), literasi digital adalah kemampuan dan kecakapan menggunakan teknologi digital, memahami isi dan informasi, serta menjalankan perannya secara efektif dalam lingkungan digital.

Terdapat tiga kata kunci dalam definisi di atas, pertama kata ‘menggunakan’, dapat dipahami bagaimana kita sendiri atau anak mampu menggunakan teknologi sesuai fungsinya. Kemudian kata ‘memahami’ berarti adalah bagaimana kita paham value dari sebuah media tersebut, dan ketiga adalah ‘menjalankan’ yaitu bagaimana kita atau anak dapat memposisikan diri dengan dunia digital yang dihadapi.

Pemahaman literasi digital ini disampaikan pada kegiatan pengabdian masyarakat Universitas Esa Unggul bertajuk Edukasi Smart Parenting pada peringatan hari ibu 22 Desember 2021 dengan menggandeng komunitas bidan EBSCO yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Literasi digital sangat penting untuk diterapkan masyarakat, terutama generasi orang tua millennial ataupun baby boomers sebagai pelaku digital immigrant. Terdapat dua generasi yaitu generasi digital native dan generasi digital immigrant.

Generasi digital native merupakan para generasi muda yaitu mereka yang sejak lahir sudah langsung berhadapan dengan kemajuan digital. Sedangkan, generasi digital immigrantmerupakan mereka yang sejak lahir tanpa adanya kemajuan digital atau teknologi, maka mereka perlu mempelajari lagi teknologi yang ada nantinya. Anak-anak dari generasi millennial dan baby boomers ini termasuk generasi digital native, sedangkan orang tuanya sendiri mengenal digital di saat remaja atau bahkan sudah beranjak dewasa. Inilah yang menjadi tantangan terbesar. Seorang digital immigrant ditantang untuk mendidik digital native.

Elemen penting digital literasi Bukan hanya sekadar definisi, tapi esensi. Sebagai orang tua dituntut untuk paham dan membiasakan hal ini pada literasi digital sehari-hari. Beberapa tips menerapkan pola asuh digital yang baik yaitu, menjaga komunikasi dengan anak, membekali diri dan terus belajar, membuat aturan bersama anak, menjadi teladan digital yang baik bagi anak serta memanfaatkan aplikasi parental control dalam penggunaan gadget anak.

Aplikasi parental control dapat membantu orang tua mendampingi anak di dunia digital, tapi tidak dapat menggantikan peran orang tua. Kegiatan anak selama pandemi sebagian besar dilakukan secara daring, tugas orang tua adalah mendampingi anak. Orang tua hendaknya paham esensi dari kegiatan belajar daring tersebut. Orang tua juga sebaiknya paham aplikasi atau platform apa yang digunakan anak selama kegiatan belajar berlangsung. Sebagai orang tua dari generasi digital native harus siap dan rela banyak belajar untuk pemahaman digital yang baik. Menjadi teladan digital yang baik dapat menjadi upaya yang tepat untuk menumbuhkan digital wellbeing atau kesejahteraan digital pada masyarakat. (***)

*Penulis adalah Dosen Prodi Sistem Informasi, Universitas Esa Unggul

Continue Reading

Opini Redaksi Tamu

Aktifitas Fisik Untuk Ibu Hamil Saat Pandemi

meldachaniago

Published

on

Oleh : Dr. Erry Yudhya Mulyani, S.Gz, M.Sc

Pandemi Covid19 membatasi aktivitas fisik manusia. Masyarakat tidak lagi dapat leluasa bergerak. Dampaknya banyak di antara kita merasa menjadi kurang fit dan bugar. Begitu juga dengan ibu hamil. Padahal, aktivitas fisik bagi ibu hamil sangat dibutuhkan untuk kesehatan janin dan dirinya sendiri. Akibatnya dalam kondisi pandemik ini, ibu hamil yang merupakan kelompok rentan terhadap penyakit harus lebih waspada.

Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bertajuk Edukasi Smart Parenting di Era Digital pada 22 Desember 2021 lalu, fenomena yang dihadapi ibu hamil selama masa pandemik menjadi salah satu topik bahasan yang dianggap penting untuk diangkat. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan fisiologis dan anatomis yang terjadi pada perempuan hamil membuat pergerakan ibu menjadi terbatas, apalagi ditambah dengan kondisi pandemik seperti sekarang.

Padahal sistem imun ibu diharuskan beradaptasi dengan keadaan pandemik ini sebagai bentuk pertahanan terhadap ibu dan janin. Sistem imun yang baik akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan yang baik.

Upaya yang dapat dilakukan  perempuan hamil dalam menjaga kesehatan fisiknya selama masa kehamilan adalah dengan melakukan olahraga dan aktifitas fisik. Olahraga merupakan gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Contoh olahraga yang dapat dilakukan ibu adalah jogging, yoga dan berjalan kaki. Sedangkan aktifitas fisik adalah pergerakan tubuh yang menghasilkan energi, misalnya bersih-bersih rumah, menyapu. Ibu dapat berolahraga selama 20 – 30 menit sebanyak 3 – 4 kali perminggu.

Olahraga dan aktifitas fisik selama kehamilan sangat dianjurkan dan penting dilakukan. Hal ini sebagai bentuk persiapan dalam proses persalinan, mengurangi stress kehamilan dan menjaga kenaikan berat badan normal. Oleh sebab itu penting dilakukan ibu dalam menjaga sistem imun dimasa pandemik ini. Namun ibu hamil tidak disarankan untuk melakukan olahraga dan aktifitas fisik berat karena dapat membahayakan kondisi ibu dan janin.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa, aktifitas fisik dan olahraga berperan sebagai modulator dalam sistem imun. Selama dan setelah melakukan aktifitas fisik terjadi peningkatan limfosit dan pelepasan sitokin pro dan anti-iflammatory. Hal ini berdampak pada rendahnya kejadian gejala penyakit infeksi pada orang yang secara rutin melakukan aktifitas fisik dan olahraga (da Silveira M et al 2021). Selain itu penelitian lain juga menyatakan bahwa ibu hamil yang rutin melakukan aktifitas fisik dan olahraga secara signifikan menurunkan kenaikan berat badan selama kehamilan yang berlebih (Wang J et al 2019).

Acara pengabdian masyarakat yang dilakukan secara online melalui aplikasi zoom ini, digelar dalam rangka memperingati Hari Ibu, di antaranya dengan menyelenggarakan pelatihan bidan homecare binaan EBSCO Community, serta acara temu kangen seluruh bidan di Indonesia. Acara ini diselenggarakan melalui bantuan pendanaan program pembelajaran kolaboratif yang berorientasi pada penelitian dan pengabdian masyarakat tahun 2021. (***)

*Penulis adalah Dosen Prodi Ilmu Gizi, Universitas Esa Unggul

Continue Reading

Opini Redaksi Tamu

Ayo Tetap Jaga Prokes, Catatan Hendry Ch Bangun

Avatar

Published

on

Ketika tulisan ini dimuat, Senin 4 Oktober, hanya ada 922 kasus positif virus Corona dalam 24 jam terakhir. Luar biasa, di bawah angka 1.000 ini membuat kita bangga dan bahagia. Dibandingkan bulan Juli lalu yang mencapai 25.000-an, ketika semua fasilitas kesehatan tidak mampu melayani pasien yang datang untuk dirawat.

Bandingkan dengan negara tetangga kita Singapura yang kini setiap harinya mencapai 2000-an pasien positif Covid-19 sejak awal Oktober 2021, atau Malaysia yang sempat menyentuh 20.000-an pada Agustus dan di Oktober mencapai 9000-an.

Gerakan vaksinasi massif yang dilakukan pemerintah, dengan ujung tombak Kemenkes, Polri, dan TNI menunjukkan hasilnya walaupun belum mencapai target dua juta perhari sebagaimana diminta Presiden Jokowi. Tetapi dengan satu jutaan perhari, hasilnya sudah membaik.

Fasilitas kesehatan utama di Jakarta dan hampir seluruh kota besar di Indonesia tidak lagi full, mampu menerima pasien yang ada. Wisma Atlet yang mampu menampung ribuan orang, kini sudah tinggal puluhan. Tidak ada lagi antre ambulan memasukkan pasien. Justru yang tampak adalah orang pulang karena selesai dirawat.

Sukses ini juga dikarenakan sikap konsisten pemerintah, yang semula dijalankan trial by error, sudah menemukan cara jitu melalui Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dievaluasai setiap pekan atau dua minggu sekali. Setiap kota dipantau pelaksanaan vaksinasi, lalu tracing, dan pemberlakukan protokol kesehatan.
Evaluasi di setiap akhir pekan akan menentukan tingkatan PPKM berikutnya. Ditambah dengan dorongan vaksinasi, yang langsung diberikan Presiden, Wakil Presiden, Menteri Kabinet, dan duet Panglima TNI-Kapolri, dengan menyaksikan ke lapangan dan memberi motivasi, memberi efek besar.

Kita bangga bahwa Indonesia masuk dalam klub negara yang 100 juta penduduknya telah divaksin dan juga kita patut senang karena dipuji oleh Badan Kesehatan Sedunia (WHO) dalam keberhasilan menangani pandemik Covid-19.

***

Ya sudah terbukti, kita tidak terpuruk dalam hal kesehatan, dan juga tidak terseret dalam krisis ekonomi, yang seandainya dulu melaksanakan lockdown, akan semakin bangkrut. Lockdown itu membuat penduduk di Vietnam, Thailand, Malaysia, menjerit-jerit karena berbulan-bulan tidak bisa bekerja, tidak bisa berdagang, sebab ekonomi rumah tangga hancur. Sementara di Indonesia ini selain ada skema bantuan sosial, pelonggaran kegiatan memungkin adanya geliat ekonomi, meski bergerak secara pelahan-lahan.

Kita menyaksikan di televisi, membaca di suratkabar atau media online, sektor transportasi sudah bergerak agar cepat. Penerbangan untuk jalur-jalur tertentu tingkat keterisian penumpang telah mencapai 75 persen. Mal dan pertokoan sudah dibuka. Tempat-tempat wisata, mulai dari Bali, Labuan Bajo, Yogyakarta, Bandung, sudah dipenuhi oleh warga yang jenuh karena terlalu lama dikurung di rumah akibat pandemi.

Tidak hanya itu, hotel pun sudah mulai penuh. Baik oleh keluarga yang mengambil program staycation juga karena kegiatan pemerintah seperti rapat-rapat lembaga dan kementerian sudah berlari kencang. Ya, karena selama pembatasan kegiatan dilarang, maka begitu ada kelonggaran kegiatan kembali ke jalur normal agar serapan anggaran mencapai target.

Tetapi euphoria ini harus disikapi dengan hati-hati. Sebagaimana disampaikan Luhut Panjaitan yang dipercaya menjadi komandan pengaturan PPKM, masyarakat harus tetap waspada dan tetap ketat dengan prokes yang ditetapkan pemerintah.
Adanya aplikasi PeduliLindungi, yang dijadikan sebagai syarat untuk dapat terbang, naik kereta api, masuk ke hotel-hotel, mal dan pertokoan, bahkan sudah diujicoba ke pasar modern, ikut mendukung pengawasan kegiatan masyarakat. Sistem itu menjadi semacam seleksi, agar di suatu pusat keramaian atau kegiatan, orang yang berkumpul adalah orang-orang yang bebas virus. Dengan demikian akan dicegah terjadinya penularan.

Hanya saja kita juga menyaksikan bahwa masih banyak anggota masyarakat yang karena alasan tertentu tidak menggunakan masker di tempat umum. Dari sisi ekonomi, masker memang harus dibeli dan harganya tidak murah, antara Rp 1.000 sampai Rp 3.000 perlembar. Apabila dalam satu keluarga ada empat orang dan dianggap sehari digunakan sekali, itu jumlah yang lumayan.

Ada juga yang malas karena terlalu percaya diri bahwa dia sehat tanpa memikirkan lingkungan saat dia beraktivitas yang bisa saja tertular. Ada yang memang bawaannya “menantang” semua kebijakan yang dibuat pemerintah dan tidak ingin diatur karena itu privacy-nya.

***

Ancaman yang disebut-sebut sudah mengintai adalah gelombang ketiga, pada Desember atau awal Januari 2022 karena adanya libur panjang Natal dan Tahun Baru, yang biasanya juga disertai dengan pulang kampung, bertemu kerabat.

Penularan bisa terjadi di perjalanan apabila tidak ada penjagaan protokol kesehata baik oleh para penumpang maupun pelaksana seperti bus ataupun transportasi massal lainnya. Lalu kerumunan karena saling bersilaturahmi atau kumpul keluarga yang sering disertai kesungkanan mengingatkan prokes.

Kita sudah tahu bagaimana susahnya kalau ada penularan massif seperti yang terjadi bulan Juli lalu akibat libur Idul Fitri, rumah sakit penuh, fasilitas kesehatan kolaps, dan ketersediaan obat dan vitamin sulit dan harga-harga naik.

Mudah-mudahan kita semua mau belajar dan coba menghindari kelalaian yang dulu terjadi. Hanya keledai yang terantuk batu yang sama dua kali, kata pepatah. Masak sih kita keledai?

***
Jakarta, 04 Oktober 2021.

Penulis
Hendry Ch Bangun
Wartawan Senior/Wakil Ketua Dewan Pers

Continue Reading
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Terpopuler