Connect with us

Opini Redaksi Tamu

Asisten dua Jenderal

Avatar

Published

on

Jakarta, koin24 – Hari itu pleno Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan dan mengumunkan hasil perhitungan final Pilpres 2014.

Rumah Polonia membuat pengumuman penting : Ketua Tim Pemenangan Nasional (TimKamNas) Prabowo-Hatta beralih dari Bapak Prof. Dr. Mahfud MD kepada Bapak Letjen TNI (Purn) Yunus Yosfiah.

Pak Mahfud berpendapat sudah melaksanakan tugas dengan baik sebagai Ketua TimKamNas dan tidak elok sebagai Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi memimpin sengketa Pilpres di Mahkamah Konstitusi. Penulis sependapat.

Beberapa saat setelah Pak Mahfud MD ditetapkan sebagai Ketua TimKamNas Prabowo-Hatta, penulis ditetapkan oleh Pak Mahfud MD sebagai Deputi Program Pemenangan TimKamNas. Sehingga penulis ikut dalam rapat untuk menentukan langkah yang akan diambil ke depan pasca penetapan dan pengumuman KPU tersebut.

Rapat dipimpin Ketua TimKamNas yang baru, Bapak Yunus Yosfiah. Perdebatan sangat sangat sengit dan argumentatif, namun tidak emosional. Masing-masing diberi kesempatan menyampaikan argumentasinya.

Capres dan Cawapres tidak hadir dalam rapat tersebut dan menyatakan akan mengikuti keputusan yang diambil rapat.

Seingat penulis yang hadir diantaranya Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso, Jenderal TNI (Purn) George Toisutta, Dr. Magdil Ismail, Ali Muchtar Ngabalin (ingat-ingat lupa), dan lain-lain.

Saat menyampaikan pendapat maupun saat diskusi, untuk tidak menyebut debat, penulis sangat menekankan bahwa langkah apapun yang akan diambil haruslah langkah yang konstitusional dan sesuai hukum.

Salah satu yang diumumkan saat menutup rapat oleh Ketua TimKamNas, Bapak Yunus Yosfiah, adalah penulis mulai hari itu ditugaskan menjadi Asisten Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso yang mantan Panglima TNI dan Jenderal TNI (Purn) George Toisutta yang mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat sampai hasil Pilpres final dan mengikat.

Membayangkan saja penulis tidak pernah akan mendapat tugas ini, jadi tidak salah kalau pembaca ada yang berfikiran kalau lutut penulis gemetaran mendengar pengumuman itu, memang demikian adanya.

Sebelum penulis sempat menjawab, terdengar suara “Jawab, Siap”. Penulis menoleh ternyata itu suara Jenderal TNI (Purn) George Toisutta yang sedang memandang penulis. Seketika penulis menjawab “Siap”.

Dikemudian hari baru penulis mendapat jawaban kenapa penulis diberikan tugas tersebut. Ternyata Pak Djoko Santoso dan Pak George Toisutta bersepakat meminta kepada pemimpin rapat agar menugaskan penulis menjadi asisten beliau berdua sampai selesai proses persidangan di Mahkamah Konstitusi.

Beliau berdua sependapat dengan jalan dan basis argumentasi yang penulis sampaikan selama rapat berlangsung.

Penulis berpendapat bahwa proses Pilpres adalah proses politik kenegaraan yang diikuti oleh para negarawan sejati pilihan. Sehingga kalau ada sengketa, baik terkait proses maupun hasil, haruslah diselesaikan dengan cara-cara kenegarawanan juga.

Begitulah cara paling elegan kita mencintai negeri ini yang didapat melalui tumpahan lautan darah dan keringat para pejuang lintas generasi selama berabad-abad.

Jalan kenegarawanan itu adalah menerima hasil Pilpres yang telah diumumkan KPU dan memberi ucapan selamat kepada pasangan Capres-Cawapres yang memenangkan kontestasi atau mengajukan gugatan kepada Mahkamah Konstitusi jika memiliki cukup bukti dan alat bukti untuk mendukung dalil bahwa telah terjadi pelanggaran hukum selama proses Pilpres.

Sebuah pelanggaran tidaklah dapat dikatakan pelanggaran jika tidak ada cukup bukti dan alat bukti untuk membuktikan dalil tersebut. Dan negarawan sejati yang mencintai Indonesia dan masyarakatnya akan mengatakan tidak ada pelanggaran dalam situasi seperti itu.

Persoalan bukti dan alat bukti yang mendukung dalil kita diterima atau ditolak biarlah itu menjadi kewenangan para negarawan yang bernama Hakim Mahkamah Konstitusi untuk menilai dan memutus berdasarkan fakta-fakta persidangan nanti.

Jikapun kalah dalam persidangan di Mahkamah Konstitusi tidaklah sedikitpun menurunkan derajat kenegarawanan Capres dan Cawapres yang mengajukan sengketa.

Mulailah semenjak itu penulis menjalankan tugas sebagai Asisten dari dua Jenderal hebat yang dimiliki negeri ini dengan karakteristik berkomunikasi yang khusus dan spesifik juga.

Jenderal Djoko tidak pegang handphone. Seluruh komunikasi melalui handphone yang pegang ajudan beliau. Jenderal Tosutta pegang sendiri hanphone. Komunikasi kapan saja harus siap.

Tugas penulis selesai dengan keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi tentang sengketa Pilpres 2014. Penulis mendengarkan pembacaan Putusan MK tersebut di Rumah Polonia bersama Jenderal Toisutta. Sementara Jenderal Djoko Santoso menemani Pak Prabowo di suatu tempat di Jakarta.

Semenjak itu penulis hanya sering kontak dengan Jenderal Toisutta sampai akhir hayatnya. Beliau sering kirim Japri melalui WA ke penulis namun isinya lebih banyak tentang keagamaan, tentang amalan-amalan zikir dan semacamnya.

Beliau sering mengingatkan penulis untuk selalu memegang omongan penulis saat rapat yang membuat beliau meminta penulis menjadi asisten beliau dan Pak Djoko Santoso.

Semoga dilapangkan kubur beliau dan kelak dimasukan ke dalam surga oleh Allah SWT. Penulis bersaksi beliau negarawan sejati dan orang sholeh.

Sementara dengan Jenderal Djoko Santoso penulis hampir tidak pernah berkomunikasi kecuali jika bertemu langsung.

Terakhir pernah ketemu pada suatu acara, saat penulis sedang dalam proses fit and proper test sebagai Calon Anggota Komisi Informasi Pusat tahun 2017 silam. Penulis laporkan ke beliau. Singkat namun penuh keyakinan gaya seorang Panglima beliau bilang, Insya Allah masuk.

Minggu pagi, tanggal 10 Mei 2020, bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan 1441 H, Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso telah dipanggil menghadap Allah SWT.

Beliau adalah patriot sejati dan negarawan sejati bangsa ini. Penulis juga meyakini beliau orang sholeh. Semoga beliau husnul khotimah, dijadikan kuburnya taman-taman surga, dan diampuni segala dosanya, amiin

Terima kasih Jenderal berdua. Terima kasih atas pengajarannya selama beberapa saat waktu itu. Pengajaran Jenderal berdua tentang bagaimana mencintai negeri ini, Indonesia, Insya Allah akan senantiasa aku ingat dan wariskan kepada anak cucuku.

Penulis:
Hendra J Kede
Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat RI

Opini Redaksi Tamu

Pemahaman dan Pemanfaatan Literasi Digital Bagi Orang Tua pada Era Pandemi

meldachaniago

Published

on

Oleh : Anik Hanifatul Azizah, S.Kom, M.IM

Istilah literasi digital tidak asing lagi bagi masyarakat, namun bagaimana memahami dan memanfaatkan digital dengan bijak adalah hal yang perlu dilatih dan terus dipelajari. Mengapa perlu memahami literasi digital? Karena sebenarnya digitalisasi ini sudah menjadi bagian hidup masyarakat sehari-hari.

Menurut definisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), literasi digital adalah kemampuan dan kecakapan menggunakan teknologi digital, memahami isi dan informasi, serta menjalankan perannya secara efektif dalam lingkungan digital.

Terdapat tiga kata kunci dalam definisi di atas, pertama kata ‘menggunakan’, dapat dipahami bagaimana kita sendiri atau anak mampu menggunakan teknologi sesuai fungsinya. Kemudian kata ‘memahami’ berarti adalah bagaimana kita paham value dari sebuah media tersebut, dan ketiga adalah ‘menjalankan’ yaitu bagaimana kita atau anak dapat memposisikan diri dengan dunia digital yang dihadapi.

Pemahaman literasi digital ini disampaikan pada kegiatan pengabdian masyarakat Universitas Esa Unggul bertajuk Edukasi Smart Parenting pada peringatan hari ibu 22 Desember 2021 dengan menggandeng komunitas bidan EBSCO yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Literasi digital sangat penting untuk diterapkan masyarakat, terutama generasi orang tua millennial ataupun baby boomers sebagai pelaku digital immigrant. Terdapat dua generasi yaitu generasi digital native dan generasi digital immigrant.

Generasi digital native merupakan para generasi muda yaitu mereka yang sejak lahir sudah langsung berhadapan dengan kemajuan digital. Sedangkan, generasi digital immigrantmerupakan mereka yang sejak lahir tanpa adanya kemajuan digital atau teknologi, maka mereka perlu mempelajari lagi teknologi yang ada nantinya. Anak-anak dari generasi millennial dan baby boomers ini termasuk generasi digital native, sedangkan orang tuanya sendiri mengenal digital di saat remaja atau bahkan sudah beranjak dewasa. Inilah yang menjadi tantangan terbesar. Seorang digital immigrant ditantang untuk mendidik digital native.

Elemen penting digital literasi Bukan hanya sekadar definisi, tapi esensi. Sebagai orang tua dituntut untuk paham dan membiasakan hal ini pada literasi digital sehari-hari. Beberapa tips menerapkan pola asuh digital yang baik yaitu, menjaga komunikasi dengan anak, membekali diri dan terus belajar, membuat aturan bersama anak, menjadi teladan digital yang baik bagi anak serta memanfaatkan aplikasi parental control dalam penggunaan gadget anak.

Aplikasi parental control dapat membantu orang tua mendampingi anak di dunia digital, tapi tidak dapat menggantikan peran orang tua. Kegiatan anak selama pandemi sebagian besar dilakukan secara daring, tugas orang tua adalah mendampingi anak. Orang tua hendaknya paham esensi dari kegiatan belajar daring tersebut. Orang tua juga sebaiknya paham aplikasi atau platform apa yang digunakan anak selama kegiatan belajar berlangsung. Sebagai orang tua dari generasi digital native harus siap dan rela banyak belajar untuk pemahaman digital yang baik. Menjadi teladan digital yang baik dapat menjadi upaya yang tepat untuk menumbuhkan digital wellbeing atau kesejahteraan digital pada masyarakat. (***)

*Penulis adalah Dosen Prodi Sistem Informasi, Universitas Esa Unggul

Continue Reading

Opini Redaksi Tamu

Aktifitas Fisik Untuk Ibu Hamil Saat Pandemi

meldachaniago

Published

on

Oleh : Dr. Erry Yudhya Mulyani, S.Gz, M.Sc

Pandemi Covid19 membatasi aktivitas fisik manusia. Masyarakat tidak lagi dapat leluasa bergerak. Dampaknya banyak di antara kita merasa menjadi kurang fit dan bugar. Begitu juga dengan ibu hamil. Padahal, aktivitas fisik bagi ibu hamil sangat dibutuhkan untuk kesehatan janin dan dirinya sendiri. Akibatnya dalam kondisi pandemik ini, ibu hamil yang merupakan kelompok rentan terhadap penyakit harus lebih waspada.

Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bertajuk Edukasi Smart Parenting di Era Digital pada 22 Desember 2021 lalu, fenomena yang dihadapi ibu hamil selama masa pandemik menjadi salah satu topik bahasan yang dianggap penting untuk diangkat. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan fisiologis dan anatomis yang terjadi pada perempuan hamil membuat pergerakan ibu menjadi terbatas, apalagi ditambah dengan kondisi pandemik seperti sekarang.

Padahal sistem imun ibu diharuskan beradaptasi dengan keadaan pandemik ini sebagai bentuk pertahanan terhadap ibu dan janin. Sistem imun yang baik akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan yang baik.

Upaya yang dapat dilakukan  perempuan hamil dalam menjaga kesehatan fisiknya selama masa kehamilan adalah dengan melakukan olahraga dan aktifitas fisik. Olahraga merupakan gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Contoh olahraga yang dapat dilakukan ibu adalah jogging, yoga dan berjalan kaki. Sedangkan aktifitas fisik adalah pergerakan tubuh yang menghasilkan energi, misalnya bersih-bersih rumah, menyapu. Ibu dapat berolahraga selama 20 – 30 menit sebanyak 3 – 4 kali perminggu.

Olahraga dan aktifitas fisik selama kehamilan sangat dianjurkan dan penting dilakukan. Hal ini sebagai bentuk persiapan dalam proses persalinan, mengurangi stress kehamilan dan menjaga kenaikan berat badan normal. Oleh sebab itu penting dilakukan ibu dalam menjaga sistem imun dimasa pandemik ini. Namun ibu hamil tidak disarankan untuk melakukan olahraga dan aktifitas fisik berat karena dapat membahayakan kondisi ibu dan janin.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa, aktifitas fisik dan olahraga berperan sebagai modulator dalam sistem imun. Selama dan setelah melakukan aktifitas fisik terjadi peningkatan limfosit dan pelepasan sitokin pro dan anti-iflammatory. Hal ini berdampak pada rendahnya kejadian gejala penyakit infeksi pada orang yang secara rutin melakukan aktifitas fisik dan olahraga (da Silveira M et al 2021). Selain itu penelitian lain juga menyatakan bahwa ibu hamil yang rutin melakukan aktifitas fisik dan olahraga secara signifikan menurunkan kenaikan berat badan selama kehamilan yang berlebih (Wang J et al 2019).

Acara pengabdian masyarakat yang dilakukan secara online melalui aplikasi zoom ini, digelar dalam rangka memperingati Hari Ibu, di antaranya dengan menyelenggarakan pelatihan bidan homecare binaan EBSCO Community, serta acara temu kangen seluruh bidan di Indonesia. Acara ini diselenggarakan melalui bantuan pendanaan program pembelajaran kolaboratif yang berorientasi pada penelitian dan pengabdian masyarakat tahun 2021. (***)

*Penulis adalah Dosen Prodi Ilmu Gizi, Universitas Esa Unggul

Continue Reading

Opini Redaksi Tamu

Ayo Tetap Jaga Prokes, Catatan Hendry Ch Bangun

Avatar

Published

on

Ketika tulisan ini dimuat, Senin 4 Oktober, hanya ada 922 kasus positif virus Corona dalam 24 jam terakhir. Luar biasa, di bawah angka 1.000 ini membuat kita bangga dan bahagia. Dibandingkan bulan Juli lalu yang mencapai 25.000-an, ketika semua fasilitas kesehatan tidak mampu melayani pasien yang datang untuk dirawat.

Bandingkan dengan negara tetangga kita Singapura yang kini setiap harinya mencapai 2000-an pasien positif Covid-19 sejak awal Oktober 2021, atau Malaysia yang sempat menyentuh 20.000-an pada Agustus dan di Oktober mencapai 9000-an.

Gerakan vaksinasi massif yang dilakukan pemerintah, dengan ujung tombak Kemenkes, Polri, dan TNI menunjukkan hasilnya walaupun belum mencapai target dua juta perhari sebagaimana diminta Presiden Jokowi. Tetapi dengan satu jutaan perhari, hasilnya sudah membaik.

Fasilitas kesehatan utama di Jakarta dan hampir seluruh kota besar di Indonesia tidak lagi full, mampu menerima pasien yang ada. Wisma Atlet yang mampu menampung ribuan orang, kini sudah tinggal puluhan. Tidak ada lagi antre ambulan memasukkan pasien. Justru yang tampak adalah orang pulang karena selesai dirawat.

Sukses ini juga dikarenakan sikap konsisten pemerintah, yang semula dijalankan trial by error, sudah menemukan cara jitu melalui Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dievaluasai setiap pekan atau dua minggu sekali. Setiap kota dipantau pelaksanaan vaksinasi, lalu tracing, dan pemberlakukan protokol kesehatan.
Evaluasi di setiap akhir pekan akan menentukan tingkatan PPKM berikutnya. Ditambah dengan dorongan vaksinasi, yang langsung diberikan Presiden, Wakil Presiden, Menteri Kabinet, dan duet Panglima TNI-Kapolri, dengan menyaksikan ke lapangan dan memberi motivasi, memberi efek besar.

Kita bangga bahwa Indonesia masuk dalam klub negara yang 100 juta penduduknya telah divaksin dan juga kita patut senang karena dipuji oleh Badan Kesehatan Sedunia (WHO) dalam keberhasilan menangani pandemik Covid-19.

***

Ya sudah terbukti, kita tidak terpuruk dalam hal kesehatan, dan juga tidak terseret dalam krisis ekonomi, yang seandainya dulu melaksanakan lockdown, akan semakin bangkrut. Lockdown itu membuat penduduk di Vietnam, Thailand, Malaysia, menjerit-jerit karena berbulan-bulan tidak bisa bekerja, tidak bisa berdagang, sebab ekonomi rumah tangga hancur. Sementara di Indonesia ini selain ada skema bantuan sosial, pelonggaran kegiatan memungkin adanya geliat ekonomi, meski bergerak secara pelahan-lahan.

Kita menyaksikan di televisi, membaca di suratkabar atau media online, sektor transportasi sudah bergerak agar cepat. Penerbangan untuk jalur-jalur tertentu tingkat keterisian penumpang telah mencapai 75 persen. Mal dan pertokoan sudah dibuka. Tempat-tempat wisata, mulai dari Bali, Labuan Bajo, Yogyakarta, Bandung, sudah dipenuhi oleh warga yang jenuh karena terlalu lama dikurung di rumah akibat pandemi.

Tidak hanya itu, hotel pun sudah mulai penuh. Baik oleh keluarga yang mengambil program staycation juga karena kegiatan pemerintah seperti rapat-rapat lembaga dan kementerian sudah berlari kencang. Ya, karena selama pembatasan kegiatan dilarang, maka begitu ada kelonggaran kegiatan kembali ke jalur normal agar serapan anggaran mencapai target.

Tetapi euphoria ini harus disikapi dengan hati-hati. Sebagaimana disampaikan Luhut Panjaitan yang dipercaya menjadi komandan pengaturan PPKM, masyarakat harus tetap waspada dan tetap ketat dengan prokes yang ditetapkan pemerintah.
Adanya aplikasi PeduliLindungi, yang dijadikan sebagai syarat untuk dapat terbang, naik kereta api, masuk ke hotel-hotel, mal dan pertokoan, bahkan sudah diujicoba ke pasar modern, ikut mendukung pengawasan kegiatan masyarakat. Sistem itu menjadi semacam seleksi, agar di suatu pusat keramaian atau kegiatan, orang yang berkumpul adalah orang-orang yang bebas virus. Dengan demikian akan dicegah terjadinya penularan.

Hanya saja kita juga menyaksikan bahwa masih banyak anggota masyarakat yang karena alasan tertentu tidak menggunakan masker di tempat umum. Dari sisi ekonomi, masker memang harus dibeli dan harganya tidak murah, antara Rp 1.000 sampai Rp 3.000 perlembar. Apabila dalam satu keluarga ada empat orang dan dianggap sehari digunakan sekali, itu jumlah yang lumayan.

Ada juga yang malas karena terlalu percaya diri bahwa dia sehat tanpa memikirkan lingkungan saat dia beraktivitas yang bisa saja tertular. Ada yang memang bawaannya “menantang” semua kebijakan yang dibuat pemerintah dan tidak ingin diatur karena itu privacy-nya.

***

Ancaman yang disebut-sebut sudah mengintai adalah gelombang ketiga, pada Desember atau awal Januari 2022 karena adanya libur panjang Natal dan Tahun Baru, yang biasanya juga disertai dengan pulang kampung, bertemu kerabat.

Penularan bisa terjadi di perjalanan apabila tidak ada penjagaan protokol kesehata baik oleh para penumpang maupun pelaksana seperti bus ataupun transportasi massal lainnya. Lalu kerumunan karena saling bersilaturahmi atau kumpul keluarga yang sering disertai kesungkanan mengingatkan prokes.

Kita sudah tahu bagaimana susahnya kalau ada penularan massif seperti yang terjadi bulan Juli lalu akibat libur Idul Fitri, rumah sakit penuh, fasilitas kesehatan kolaps, dan ketersediaan obat dan vitamin sulit dan harga-harga naik.

Mudah-mudahan kita semua mau belajar dan coba menghindari kelalaian yang dulu terjadi. Hanya keledai yang terantuk batu yang sama dua kali, kata pepatah. Masak sih kita keledai?

***
Jakarta, 04 Oktober 2021.

Penulis
Hendry Ch Bangun
Wartawan Senior/Wakil Ketua Dewan Pers

Continue Reading
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Terpopuler